Konsep Manusia dan Agama Kajian Tentang Manusia Manusia dalam Islam Kajian Tentang Agama Hubungan Manusia dan Agama
Kajian Tentang Manusia Ilmu Umum Homo sapiens (binatang yang berpikir), Homo volens (binatang yang berkeinginan), Homo sosial (Makhluk Sosial)
Manusia dalam Pandangan Al-Qur’an Insan lebih mengacu pada peningkatan manusia ke derajat yang dapat memberinya potensi dan kemampuan untuk memangku jabatan Khalifah dan memikul tanggung jawab dan amanat manusia di muka bumi, karena sebagai khalifah manusia dibekali dengan berbagai potensi seperti ilmu, persepsi, akal, dan nurani.
Nas Jamak dari Insan lebih menonjolkan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan dan bersama-sama manusia lainnya. Contoh Al-Quran menginformasikan bahwa penciptaan manusia menjadi berbagai suku dan bangsa bertujuan untuk bergaul dan berhubungan antar sesamanya (ta’aruf) (QS. al- hujurat [49]: 13),
Basyar secara etimologis berasal dari kata ba’, syin, dan ra yang berarti sesuatu yang tampak baik dan indah, bergembira, menggembirakan, menguliti/mngupas (buah), atau memperhatikan dan mengurus suatu.
Basyar digunakan al-Quran untuk menyebut manusia dari sudut lahiriah serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Kata basyar juga selalu dihubungkan dengan sifat-sifat biologis manusia, seperti asalnya dari tanah, yang selanjutnya dari sperma dan berkembang menjadi manusia utuh (QS. al- Mu’minun [23]: 12-14),
Adam/Bani Adam Secara umum kedua istilah ini menunjukkan arti keturunan yang berasal dari Adam, atau dengan kata lain bahwa secara historis asal usul manusia adalah satu, yakni dari Nabi Adam (Aflatun Mukhtar, 2001: 109).
Asal Kejadian dan Akhir Manusia Al-Quran menegaskan bahwa manusia pertama adalah Adam a.s. Allah menciptakan Adam a.s. melalui proses yang unik dan berbeda dengan manusia- manusia lainnya. Melalui tanah (turab) “Proses Kun Fayakun” (QS. Ali ‘Imran [3]: 59)
2. Manusia yang lain (selain Adam atau keturunan Adam) diciptakan oleh Allah dari saripati tanah (turab), yang berproses menjadi sperma (nuthfah), segumpal darah (‘alaqah), segumpal daging (mudghah), tulang belulang (‘izham), hingga menjadi janin (khalqan akhar). (QS. al-Mu’minun [23]: 12- 14).
Akhir Manusia Kembali menjadi Tanah....
Potensi Manusia dan Struktur Manusia Potensi kecerdasan (IQ). Al-Baqarah (2): 31 Potensi tauhid (agama) Al-A’raf (7): 172: Jasmani/Fisik Aqal Ruhani/Qolbu
Fungsi kekhalifahan (khalifah Allah). Fungsi ibadah (hamba Allah). Fungsi Manusia Fungsi kekhalifahan (khalifah Allah). Fungsi ibadah (hamba Allah).
Kajian Agama Secara etimologis kata ‘agama’ berasal dari bahasa Sangskerta, yakni a dan gama. A berarti tidak dan gama berarti kocar-kacir atau berantakan. Jadi agama berarti tidak berantakan atau teratur. ‘religion’ yang berasal dari bahasa Latin religio (adjective: religious) akan tetapi sering kata ini dikaitkan dengan kata ‘religare’ yang berarti mengikat, tetapi masih rancu
din’ sendiri dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘dana’ yang sebenarnya memiliki beberapa arti, di antaranya cara atau adat istiadat, peraturan, undang-undang, taat atau patuh, pembalasan, menunggalkan ketuhanan, perhitungan, hari kiamat, nasihat, dan agama (Moenawar Chalil, 1970: 13). Din juga bisa berarti aqidah, syari’ah, dan millah (Aflatun Mukhtar, 2001: 17).
Harun Nasution (1985: 10) mengidentifikasi beberapa definisi tentang agama dari para ahli. Agama didefinisikan sebagai berikut: a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi. b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
perbuatan-perbuatan manusia. c. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia. d. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu. e. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari suatu kekuatan gaib. f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib. g. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia. h. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.
Unsur Pokok Agama 1. Kekuatan gaib. 2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya diakhirat tergantung pada adanya hubungan dengan kekuatan gaib yang dimaksud. 3. Respons yang bersifat emosional dari manusia. 4. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk tempat- tempat tertentu (Nasution, 1985: 11).
Klasifikasi Agama Agama samawiy (Indonesia: samawi) disebut juga sebagai agama tauhid, yang berasal dari kata wahhada yang berarti menganggap satu. Agama samawi merupakan agama yang pertama di dunia yang dibawa oleh Nabi Adam a.s. sampai dengan yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Agama Samawi yang dibawa oleh semua nabi sejak Nabi Adam sampai dengan Nabi Muhammad muatan pesan ajarannya sama, yakni tauhid. Agama ardli ialah agama bumi atau agama budaya. Agama ini disebut ardli (Indonesia: ardi) karena semua konsep ajarannya berasal dari cipta, rasa, dan karsa manusia.
Kebutuhan Terhadap Agama Ada beberapa argumen mengapa agama sangat dibutuhkan oleh manusia. 1. Agama merupakan sumber kebenaran mutlak. 2. Agama sebagai sumber informasi tentang hal- hal yang gaib. 3. Agama sebagai sumber ajaran moral. 4. Agama dapat memberikan nasihat yang sangat berharga bagi manusia baik di kala suka maupun duka