INFEKSI SUSUNAN SARAF PUSAT Rahma Departemen Ilmu Keehatan Anak FK UNTAD rahma_fkuh9913@yahoo.co.id
Pendahuluan Infeksi SSP : morbiditas dan mortalitas tinggi Etiologi : virus, bakteri, mikroorganisme lain Diagnosis dini : masih sulit
Meningitis Bakterialis Peradangan selaput jaringan otak & medulla spinalis oleh bakteri patogen Mengenai arakhnoid, piamater dan cairan serebrospinalis Angka kematian : 5-10 % 40 % gejala sisa : gangguan pendengaran & defisit neurologis
Meningitis Bakterialis Etiologi Usia 0-2 bulan ; strepcoccus group B, E. coli Usia 2 bulan – 5 tahun : Streptococcus pneumnia, Neisseria meningitidis, Haemophilus influenza Usia > 5 tahan : Streptococcus pneumonia, N. meningitidis
Meningitis Bakterialis Anamnesis Biasa didahului infeksi saluran pernafasan dan saluran cerna Demam Nyeri kepala Penurunan kesadaran Kejang Mutah Berkaitan dengan usia Usia < 3 tahun : jarang nyeri kepala Bayi : demam, iritabel, letargi, malas minum, high pitched-cry
Meningitis Bakterialis Pemeriksaan Fisis Gangguan kesadaran UUB menonjol Ditemukan tanda-tanda rangsang meningeal : mungkin tidak ditemukan pada usia < 1 tahun Tanda-tanda peningkatan TIK Tanda infeksi di tempat lain
Meningitis Bakterialis Pemeriksaan Penunjang Darah lengkap & kultur darah Gula darah & elektrolit Pungsi lumbal : Diagnosis Pasti - Cairan keruh/opalesence dengan Nonne -/+ dan pandy +/++ - Jumlah sel 100-10.000/mm3, dominan PMN - Protein 200-500 mg/dl - Glukosa < 40 mg/dl CT scan atau MRI : jika curiga ada komplikasi empiema, hidrosefalus & abses otak EEG : perlambatan umum
Meningitis Bakterialis Tata Laksana Terapi empirik antibiotik Usia 1-3 bulan - Ampisilin 200-400 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis + sefotaksim 200-300 mg/kgbb/hari IV dibagi 4 dosis - Seftriakson 100 mg/kgbb/hari iv dibagi 2 dosis Usia > 3 bulan - Sefotaksim 200-300 mg/kgbb/hari IV dibagi dalam 3-4 dosis - Seftriakson 100 mg/kgbb/hari IV dibagi 2 dosis - Ampisilin 200-400 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis + kloramfenikol 100 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis Dexamethason 0,6 mg/kgbb/hari IV dibagi 4 dosis selama 4 hari Lama pengobatan 10-14 hari
Meningitis Bakterialis Pemantauan Terapi Tumbuh kembang Komplikasi : - Gangguan pendengaran - Retardasi mental - Epilepsi - Spastisitas - Kebutaan - Hidrosefalus
Meningitis Tuberkulosis Radang selaput otak oleh Mycobacterium tuberculosis Kejadian tertinggi usia 6 bulan – 2 tahun Mortalitas 10-20 % Jika tidak diobati : meninggal 3-5 minggu
Meningitis Tuberkulosis Anamnesis Riawayat demam yang lama/kronis Kejang Penurunan kesadaran Penurunan BB, anoreksia, sering batuk & pilek Riwayat kontak dengan penderita TB dewasa Riwayat imunisasi BCG
Meningitis Tuberkulosis Manifestasi Klinis Stadium 1 Apatis, iritabel, nyeri kepala, demam, malaise, mual dan muntah. Belum tampak kelainan neurologis Stadium II Tampak mengantuk, disorietasi, terdapat tanda rangsang meningeal, kejang, defisit neurologis fokal dan gerakan involunter Stadium III Kesadaran turun sampai koma, tanda-tanda peningkatan TIK, pernapasan ireguler, ekstremitas spastis Pada funduskopi : papil yang pucat, tuberkel pada retina, nodul pada koroid
Meningitis Tuberkulosis Pemeriksaan Penunjang Darah lengkap, LED, gula darah, elektrolit darah Pungsi lumbal - Warna jernih, cloudy atau santokrom - Jumalh sel 10-250/mm3, jarang melebihi 500 sel/mm3. Dominan sel limfosit - Protein > 100 mg/dl. - Glukosa < 35 mg/dl, rasio glukosa LCS dan darah di bawah normal CT scan kepala : jika terdapat komplikasi hidrosefalus Foto thorax Uji tuberkulin EEG
Meningitis Tuberkulosis Diagnosis Diagnosis pasti : ditemukan M. Tuberkulosispada pemeriksaan apus LCS/Kultur
Meningitis Tuberkulosis Tata Laksana Medikamentosa Pemberian HRZE selama 2 bulan dilanjutkan HR selama 10 bulan Prednison 1-2 mg/kgbb/hari selama 6-8 minggu TIK : deksametason 0,3-0,5 mg/kgbb/hari Bedah Hidrosefalus 2/3 kasus : dapat diterapi dengan asetazolamid 30-50 mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis VP shunt
Meningitis Tuberkulosis Pemantauan Efek samping OAT : fungsi hati Pemantauan tumbuh kembang Gejala sisa : gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, serebral palsi, epilepsi, retardasi mental Pencegahan Imunisasi BCG
Ensefalitis Pendahuluan Infeksi jaringan otak yang dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme (virus, bakteri, jamur dan protozoa) Sebagia besar, penyebab tidak diketahui Mortalitas : 35-40 % Gejala sisa 20-40 % Penyebab tersering : virus Hanya varisella dan herpes simpleks yang dapat diobati
Ensefalitis Anamnesis Demam tinggi mendadak Penurunan kesdaran dengan cepat Anak agak besar : nyeri kepala Kejang bersifat umum atau fokal
Ensefalitis Pemeriksaan Fisik Hiperpireksia Kesadaran menurun sampai koma Tanda-tanda peningkatan TIK Gejala serebral lain beraneka ragam : kelumpuhan tipe UMN (spastis, hiperrefleks, refleks patologis, dan klonus)
Ensefalitis Pemeriksaan Penunjang Darah lengkap, gula darah, elektrolit Pungsi lumbal - Jumlah sel 50-200/mm3 - Hitung jenis : limfosit - Protein meningkat tapi tidak lebih 200 mg/dl - Glukosa normal CT scan : gambaran edema otak EEG : gambaran perlambatan atau gelombang epileptiform
Ensefalitis Tata Laksana Tidak ada yang spesifik Terapi suportif : tata laksana hiperpireksia, keseimbangan cairan dan elektrolit, peningkatan TIK, tata laksana kejang Peningkatan TIK : mannitol 0,5-1 gram/kg/kali atau furosemid 1 mg/kg/kali Pada anak dengan neuritis optika, vaskulitis inflamasi : metil prednisolon 15 mg/kg/hari dibagi 4 dosis selama 3-5 hari dilanjutkan predniso oral 1-2 mg/kg/hari selama 7-10 hari
Ensefalitis Herpes Simpleks EHS : ensefalitis paling sering menimbulkan kematian Angka mortalitas : 70 % Bila tidak diobati : hanya 2,5 % kembali normal Menjadi perhatian khusus karena dapat diobati Virus HS tipe 1 : pada anak Virus HS tipe 2 : pada neonatus
Ensefalitis Herpes Simpleks Anamnesis Dapat bersifat akut atau subakut Fase prodromal : menyerupai infuenza Gambaran khas ensefalitis : demam tinggi, kejang, penurunan kesadaran Sakit kepala, mual, muntah atau perubahan perilaku
Ensefalitis Herpes Simpleks Pemeriksaan Fisis Kesadaran menurun sopor-koma sampai koma Tanda peningkatan TIK 80 % disertai gejala neurologis fokal : hemiparesis, paresis nervus kranialis, kehilangan lapangan penglihatan, afasia dan kejang fokal Kelumpuhan tipe UMN
Ensefalitis Herpes Simpleks Pemeriksaan penunjang Gambaran darah tidak spesifik Pungsi lumbal : jumlah sel meningkat 10-1000 sel/mm3. Predominan sel limfosit. 50 % kasus ditemukan sel darah merah. Protein meningkat sedikit sampai 100 mg/dl. Glukosa normal EEG : periodic lateralizing epileptiform discharge atau perlambatan fokal di area frontotemporal MRI : lesi hiperdens di regio temporal PCR : titer antibodi VHS Titer serum terhadap IgG-IgM HSV-1 dan HSV-2
Ensefalitis Herpes Simpleks Tata Laksana Asiklovir 10 mg/kgbb tiap 8 jam selama 10-14 hari diberikan dalam infus 100 ml NaCl 0,9% dalam 1 jam Dosis neonatus : 20 mg/kgbb tiap 8 jam selama 14-21 hari Kasus alergi asiklovir : vidarabin 15 mg/kg/hari selama 14 hari Terapi lain berupa terapi suportif
TERIMA KASIH