Oleh Karyanti, M.Pd karyanti982@gmail.com 081251693851 PSIKOLOGI PENDIDIKAN Oleh Karyanti, M.Pd karyanti982@gmail.com 081251693851.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN TERHADAP PENDIDIKAN
Advertisements

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN S U R A K A R T A 2011 Oleh : LUGTYASTYONO BN Tugas.
Psikologi sebagai Ilmu
LANDASAN FILOSOFIS DAN ALTERNATIF
Isyu-isyu penting dalam teori Kepribadian.
PENGANTAR PSIKOLOGI BY Hesti H Hendrawan.
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Psikologi ANAK BERBAKAT
PENGANTAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN ASAS ASAS PEMBELAJARAN
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2004
KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN
Metodologi Penelitian
TEORI BELAJAR.
Bakat, Kecerdasan dan kreativitas Peserta Didik
BAHAN KULIAH PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT (2)
Materi Pertemuan 3 Psikologi Anak Berbakat Olivia Tjandra W., M. Si., Psi.
TEORI PENDIDIKAN Adriy.weebly.com.
Metodologi Penelitian
Identifikasi Anak Berbakat
Bagan Arus Kegiatan Penelitian
BAB ORIENTASI KONSEP PPO
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Ditinjau dari Berbagai Aspek
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KONSEP PENILAIAN.
والله أخرجكم من بطون أمهاتكم لا تعلمون شيئا وجعل لكم السمع والأبصار والأفئدة لعلكم تشكرون Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan.
ESTY ARYANI SAFITHRY, M.PSI, PSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KUNINGAN 2010
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2004
Tes Psikologi.
INTELIGENSI.
Psikologi Kognitif By Adam Nur Fauzan.
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Psikologi Pendidikan Winny Puspasari.
Tes Inteligensi Stanford-Binet
PRINSIP BELAJAR ORANG DEWASA/ANDRAGOGI
PERTEMUAN 4 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
LAPORAN DALAM PENELITIAN KUANTITATIF Dr. RATNAWATI SUSANTO, M.M., M.Pd
“PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL UNTUK ANAK BERKELAINAN AKADEMIK DAN MENTAL EMOSIONAL” Nur Amalina Siti Lailatus Sholichah Kanty.
Landasan Pengembangan Kurikulum
JENIS-JENIS PENELITIAN
BAB III KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU DAN ANTISIPASI PENDIDIKAN
Perspektif Psikologi, Nature & Nurture
MASA ANAK SEKOLAH Materi Pertemuan 2.
Aplikasi, Perspektif & Metode Penelitian Dalam Psikologi
BAB ORIENTASI KONSEP PPO
Psikologi Pendidikan : Pertemuan ke-2
TEORI BELAJAR Teori Behaviorisme Oleh : Iswadi, M. Pd.
Masalah-masalah BELAJAR
Pendidikan Fisika FKIP UHO 2016
DOSEN FEBRIYANTO PSIKOLOGI PENDIDIKAN DOSEN FEBRIYANTO
INTELIGENSI.
Sejarah dan Perkembangan Psikologi.
Konsep Belajar dan Teori Belajar IPA
INTELIGENSI.
PENGANTAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN
HAKIKAT BELAJAR & PEMBELAJARAN
KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR
Konsep Belajar dan Teori Belajar IPA
LANDAS AN PSIKOLOGIS DALAM PENGEM BANGAN KURIKULUM
LANDASAN PSIKOLOGIS PENGEMBANGAN KURIKULUM DOSEN : Dr. HASMI M.Pd
Mengapa keberbakatan itu perlu. Kasus 1. Kalimantan Timur a
Metode Penelitian, Aplikasi & Perspektif dalam Psikologi PERTEMUAN 2
Teori Belajar Behavioristik & Penerapannya dalam Pembelajaran
KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR
Berbagai Kemampuan Manusia Agus Riyanto,M.T
KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN IPA
Teori Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki.
Psikologi Pendidikan : Pertemuan ke - 6
Teori Belajar Behavioristik & Penerapannya dalam Pembelajaran Teori belajar behavioristik.ppkm1.
MINAT DAN BAKAT.
Transcript presentasi:

Oleh Karyanti, M.Pd karyanti982@gmail.com 081251693851 PSIKOLOGI PENDIDIKAN Oleh Karyanti, M.Pd karyanti982@gmail.com 081251693851

A. PENGANTAR Manfaat Psikologi Pendidikan Psikologi Pendidikan = Ilmu Terapan Long Life Education

B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN Pendidikan Informal Pendidikan Formal Pendidikan Non-formal

B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN 1. Pendidikan Informal “Proses belajar yang relatif tak disadari yang kemudian menjadi kecapakan dan sikap hidup sehari-hari” Contoh: pendidikan di rumah, tempat ibadah, lapangan permainan, perpustakaan, radio, televisi, dsb.

B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN 2. Pendidikan Formal “Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja dengan tujuan dan bahan ajar yang dirumuskan secara jelas dan diklasifikasikan secara tegas”. Contoh: jenjang pendidikan sekolah (TK, SD, SMP, SMA, PT)

B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN 3. Pendidikan Non Formal “Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja tetapi tidak memenuhi syarat untuk termasuk dalam jenjang pendidikan formal”. Contoh: kursus menjahit, memasak, bahasa, musik, dsb.

C. DEFINISI PENDIDIKAN Definisi Awam Definisi Psikologi Definisi Uu Sisdiknas No.2/2003

C. DEFINISI PENDIDIKAN 1. Definisi Awam “Suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik”. “Tujuannya untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi seseorang”.

C. DEFINISI PENDIDIKAN 2. Definisi Psikologi PROSES “Mencakup segala bentuk aktivitas yang akan memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat” HASIL “Mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi atau akibat dari partisipasi individu dalam kegiatan belajar

D. SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN DEMOCRITUS PLATO & ARISTOTELES ARISTOTELES JOHN AMOS COMENICUS ROUSSEAU JOHN LOCKE JOHN HEINRICH PESTALOZZI FRANCIS GALTON STANLEY HALL WILLIAM JAMES CATTEL BINET ABAD KE-20

E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN 1 E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN 1. Kontribusi Bagi Proses Pendidikan Penggunaan audio visual aids Membantu dalam pengelolaan sekolah Membantu dalam penyusunan jadwal pelajaran Membantu terhadap produksi buku pelajaran Memberi dasar bagi penyusunan kurikulum

2. Kontribusi Bagi Peserta Didik Mengerti hakekat belajar Pendidikan yang lebih kooperatif dan demokratif bagi siswa Membantu perkembangan kepribadian siswa melalui kegiatan ekstra/intra kurikuler

3. Kontribusi Bagi Pendidik Pendidik lebih terbuka terhadap perbedaan individu Mengetahui metode mengajar yang efektif Memahami permasalahan anak didik Membantu dalam evaluasi belajar Meningkatkan kemampuan meneliti Mengarahkan pendidik dalam menangani anak-anak khusus

F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN 1. Instrospeksi Melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri/self observation yaitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu.

Observasi Kegiatan melihat sesuatu di luar diri sehingga yang diperoleh merupakan data overt behavior (perilaku yang tampak).

3. Metode Klinis Digunakan untuk mengumpulkan data secara lebih rinci mengenai perilaku penyesuaian dan kasus-kasus perilaku menyimpang. Studi Kasus Klinis Studi Kasus Perkembangan Longitudinal Cross-Sectional

4. Metode Diferensial Digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan individual yang terdapat di antara anak didik. Menggunakan berbagai macam teknik pengukuran (contoh: tes, angket,dsb) serta menggunakan statistik untuk menganalisis.

5. Metode Ilmiah Merupakan prosedur yang sistematik dalam memecahkan permasalahan dan merupakan suatu pendekatan objektif yang terbuka untuk dikritik,dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan mungkin ditolak kebenarannya oleh penelitian berikutnya. Digunakan untuk menyelesaikan permasalahan perilaku yang lebih kompleks yang harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

6. Metode Eksperimen Melakukan pengontrolan secara ketat terhadap faktor-faktor atau variabel-variabel yang diperkirakan dapat mencemari atau mengotori hasil penelitian.

II. Mekanisme Perilaku Manusia Beberapa Pandangan Psikologi tentang Hakekat Perilaku Manusia Pandangan Psikoanalitik Pandangan Holistik/ Humanistik Pandangan Behavioristik Pandangan Konvergensi

Pandangan Psikoanalitik Tokoh : Sigmund Freud Asumsi dasar teori Freud adalah bahwa sebagian besar perilaku manusia berasal dari proses bawah sadar (unconcious) Sifat manusia pada dasarnya negatif; ia yakin bahwa kita didorong oleh instink dasar yang sama seperti hewan (terutama seks dan agresi) Dinamika perilaku ditentukan oleh id, ego, dan super ego

Teori Kepribadian STRUKTUR KEPRIBADIAN

Pandangan Kognitif SEBAGIAN KEMBALI PADA AKAR KOGNITIF DARI PSIKOLOGI PERSEPSI, DAYA INGAT, PENALARAN, PEMUTUSAN PILIHAN. SEBAGIAN LAGI REAKSI TERHADAP BEHAVIORISME PENELITIAN TENTANG KOGNISI MODERN DIDASARKAN PADA ASUMSI : 1) Hanya dengan mempelajari proses mental kita dapat sepenuhnya memahami apa yang dilakukan oleh suatu organisme 2) Kita dapat mempelajari proses mental secara obektif dengan memfokuskan pada perilaku spesifik, sama seperti yang dilakukan oleh ahli perilaku, tetapi menginterpretasikannya dalam kaitan proses mental dasar. \DALAM INTERPRETASI MENGGUNAKAN ANALOGI ANTARA PIKIRAN DAN KOMPUTER informasi yang masuk diproses dengan berbagai cara : dipilih, dibandingkan, dan dikombinasikan dg informasi lain yang telah ada dalam memori, ditransformasikan, disusun kembali dan seterusnya.

Contoh interpretasi kognitif Respons jika seseorang dicemooh oleh orang yang tidak dikenal, dikenal, pernah menyakitkan Respons terhadap cemoohan orang yang tidak dikenal cenderung lemah/tidak diabaikan Respons terhadap cemoohan orang yang dikenal cenderung lebih kuat/lebih agresif dari pada respons kepada yang tidak dikenal Respons terhadap cemoohan orang yang pernah menyakitkan cenderung lebih agresif dan kuat dari pada respons kepada yang tidak dikenal atau dikenal saja. Pengetahuan yang ada dalam kognisi yang disebut dengan struktur kognitif (tidak dikenal, dikenal, dan pernah menyakitkan) yang mengendalikan perilaku

Pandangan Behavioristik PAHAMNYA DISEBUT BEHAVIORISME TOKOH : JOHN. B. WATSON PADA AWAL TAHUN 1990AN PERILAKU ADALAH AKTIVITAS SUATU ORGANISME YANG DAPAT DIDETEKSI, SEPERTI BERBICARA, TERTAWA, MENANGIS. PADA PERSPEKTIF INI YANG DILIHAT PERILAKU ORGANISME KETIMBANG PADA OTAK DAN SISTEM SYARAFTNYA SALAH SATU CABANG BEHAVIORISME ADALAH PSIKOLOGI STIMULUS RESPONS (S – R) S-R MEMPELAJARI STIMULI YANG RELEVAN DI LINGKUNGAN, RESPONS YANG DITIMBULKAN STIMULI TERSEBUT, DAN HADIAH ATAU HUKUMAN YANG TERJADI SETELAH RESPONS TERSEBUT

FORMULA PERILAKU MENURUT TEORI BEHAVIORISME S R, stimulus diterima, muncul respons S O R, stimulus diterima organisme, lalu organisme merespons

Pandangan Konvergensi Teori konvergensi didalam ilmu psikologi merupakan sebuah teori yang tergolong masih baru dikarenakan teori ini merupakan gabungan dari teori nativisme dan teori empirisme yang kedua teori tersebut sangat erat kaitannya dengan paham filsafat.

Empirisme Teori empirisme : watak/kepribadian dibentuk oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh secara inderawi John Locke : satu filsuf Inggris yang sangat mempengaruhi aliran empirisme memperkenalkan suatu diktum sebagai berikut: “Andaikan pikiran manusia sebagai kertas putih yang tak ada sama sekali materi di dalamnya, lalu, pikirkan bagaimana manusia caranya pikiran manusia bisa memiliki banyak corak? Darimana asalnya semua penalaran dan pengetahuan yang ada dalam diri manusia? Hal itu cuma memiliki satu jawaban yaitu pengalaman Locke mengandaikan pikiran manusia sebagai sebuah kertas putih / batu tulis yang disebut sebagai tabula rasa (sebenarnya konsep tabula rasa ini pertama kali diungkapkan oleh Aristoteles) yang diisi oleh pengalaman-pengalaman inderawi manusia yang berasal dari lingkungan sekitarnya.

Nativisme Teori Nativisme menganggap bahwa manusia sudah memiliki watak/kepribadian yang bersifat pembawaan sejak lahir yang sering disebut sebagai innate / original idea (sebuah ide yang diperoleh tanpa melalui proses persepsi ataupun pengaruh dari lingkungan sekitarnya) selain itu hal ini seringkali berkaitan dengan konsep intelegensia seseorang.

Visulalisasi Proses Perilaku Manusia PERUBAHAN YANG TERJADI PADA UNSUR PERILAKU MANUSIA, BAIK PADA : ASPEK PENGETAHUAN, SIKAP, MAUPUN KETRAMPILAN PERUBAHAN PERILAKU BERSIFAT MIKRO DAN BERBASIS INDIVIDU TERJADI PADA TINGKAT INDIVIDU DAN KELOMPOK YANG LEBIH BESAR YANG MELINGKUNGI INDIVIDU TSB.

Hakikat Prilaku Disiplin ilmu yang mempelajari prilaku manusia dibedakan atas tiga, yaitu: Psikologi yang mempelajari sebagian besar berfokus pada perilaku dalam individu; Sosiaologi yang mempelajari perilaku orang dalam kelompok atau lembaga; Antropologi yang mempelajari sebagian besar berfokus pada konteks yang lebih luas di berbagai perilaku budaya

TAHAPAN PERUBAHAN PERILAKU PENGETAHUAN (Knowledge) - RECALLING - UNDERSTAND OF MEANING PERSETUJUAN/PENERIMAAN (Approval) - RESPOND - DISCUSS - THINK - APPROVE PENGETAHUAN (Knowledge) - RECOGNIZE - INTEND TO PRACTICE PELAKSANAAN (Practice) - CHOSE THE ALTERNATIVE - CONTINUE OF THE USE

Perbedaan Individual PENDAHULUAN INTELEGENSI BAKAT LINGKUNGAN & HEREDITAS KELAS SOSIAL & IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN DIKOTOMI DESA-KOTA JENIS KELAMIN

A. PENDAHULUAN Bakat & intelegensi merupakan kemampuan mental individu

B. INTELEGENSI Sejarah Intelegensi Pengertian Intelegensi Teori-teori Intelegensi Pengukuran Intelegensi Kurve Normal Dalam Intelegensi

B. INTELEGENSI 1. Sejarah Intelegensi Wundt(Jerman), Galton(Inggris), Cattel(AS) tes untuk anak-anak. Hasilnya:ada perbedaan ketepatan dan kecepatan individu dalam mengerjkan tes. Pra 1800-an  tes hanya untuk mengukur satu kemampuan 1880  Ebbinghause menemukan berbagai tes memori Alfred Binet & Theopile Simon  membedakan intelegensi anak normal dengan anak lemah pikir  Tes Binet-Simon Tes Binet  direvisi 1916 menjadi Tes Stanford Binet

B. INTELEGENSI 2. Pengertian Intelegensi  TERMAN  Suatu kemampuan untuk berpikir berdasarkan atas gagasan yang abstrak.  BINET  Intelegensi mencakup 4 hal yaitu:pemahaman, hasil penemuan, arahan dan pembahasan.  STREN  Kapasitas umum dari individu yang secara sadar dapat menyesuaikan jiwa yang umum dengan masalah dan kondisi hidup baru.  THORNDIKE  Daya kekuatan respon yang baik dari sudut pandang kebenaran dan kenyataan. Tiga aspek intelegensi: ketinggian, keluasan dan kecepatan.

B. INTELEGENSI 3. Teori-teori Intelegensi CHARLES SPEARMAN  Dua faktor intelegensi, yaitu:  Faktor G: mencakup semua kegiatan intelektual dan dimiliki oleh semua orang.  Faktor S: mencakup semua faktor khsusus tertentu yang relevan dengan tugas tertentu.

B. Intelegensi 3. Teori-teori Intelegensi THURSTONE  Intelegensi beroperasi pada empat tingkat trial & error yaitu :  Perilaku nyata (trial & error)  Perseptual (trial & error)  Ideational  Konseptual  dijadikan acuan bagi pengukuran intelegensi

B. INTELEGENSI 3. Teori-teori Intelegensi KEMAMPUAN KONSEPTUAL THURSTONE: Verbal Comprehention (V) Number (N) Spatial Relation (S) Word Fluency (W) Memory (M) Reasoning (R)

B. INTELEGENSI 4. Pengukuran Intelegensi KUALITATIF  Perbedaan intelegensi disebabkan karena kualitas individu yang berbeda. KUANTITATIF  Perbedaan intelegensi disebabkan karena terdapat perbedaan kuantitas individu.

B. INTELEGENSI 4. Pengukuran Intelegensi ALFRED BINET  TES STANFORD BINET IQ = MA X 100 CA IQ = Intelligence Quotient MA = Mental Age CA = Chronological Age

B. INTELEGENSI 4. Pengukuran Intelegensi Klasifikasi IQ Menurut Stanford-Binet

B. INTELEGENSI 4. Pengukuran Intelegensi DAVID WECHSLER  Wechsler-Bellevue Intellegence Scale (1939)  Wechsler Intellegence Scale for Children (1949)  Wechsler Adult Intellegence Scale (1955)

B. INTELEGENSI 4. Pengukuran Intelegensi Klasifikasi IQ Menurut Wechsler

B. INTELEGENSI 5. Kurve Normal Dalam Intelegensi

C. BAKAT Sejarah Bakat Pengertian Bakat Bakat & Intelegensi Pengukuran Bakat

C. Bakat 1. Sejarah Bakat Pendidikan = Bakat Ideal Aplikasi Bakat pendidikan & lapangan kerja Thorndike Tiga jenis intelegensi : Abstrak Mekanis Sosial Spearman Teori faktor G & faktor S dalam intelegensi

C. Bakat 2. Pengertian Bakat  Crow dan Crow : Bakat merupakan kualitas yang dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang beragam William B. Michael : bakat adalah kapasitas seseorang dalam melakukan tugas, yang dedikit sekali dipengaruhi atau tergantung dari latihan Brigham : Bakat kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas yang dititik beratkan pada apa yang dapat dilakukan individu (segi performance/kinerja) setelah individu mendapat latihan.  

C. Bakat 2. Pengertian Bakat Woodworth dan Marquis : bakat adalah prestasi yang dapat diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus. Bakat merupakan kemampuan yang memiliki tiga arti, yaitu: 1. Achievement Kemampuan aktual 2. Capacity Kemampuan potensial 3. Aptitude Kualitas  

C. Bakat 2. Pengertian Bakat  Guilford : bakat adalah kemampuan kinerja yang mencakup dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual Suryabrata : Analisis mengenai bakat selalu merupakan analisis mengenai tingkah laku. Tingkah laku mengandung tiga aspek : aspek tindakan (performance/act) aspek sebab atau akibatnya (a person causes a result) aspek ekspresif  Aspek kedua banyak dibahas terutama bila dikaitkan dengan bakat

C. Bakat 3. Bakat dan Intelegensi Binet dan Weschler menekankan pada berfungsinyaseluruh kemampuan mental individu. Hasil tes intelegensi bisa mengukur bakat. Pengukuran intelegensi bersifat meramalkan tentang keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan beberapa tugas pekerjaan yang memerlukan kemampuan mental. Pengukuran bakat bertujuan menunjukkan kemampuan yang berhasil dalam bidang khusus.

C. Bakat 4. Pengukuran Bakat Prosedur pengukuran bakat (Suryabrata, 1995) : a. Analisis jabatan/lapangan b. Deskripsi jabatan/lapangan studi c. Menemukan persyaratan yang diperlukan d. Menyusun alat pengungkap bakat, biasanya berbentuk tes

D. LINGKUNGAN & HEREDITAS Studi terhadap keluarga Studi terhadap anak kembar

D. Lingkungan & Hereditas 1. Studi terhadap Keluarga Galton orang tua IQ tinggi = IQ anak tinggi Asumsi dulu: IQ dipengaruhi faktor keturunan Asumsi sekarang: IQ kemungkinan dipengaruhi faktor lingkungan

D. Lingkungan & Hereditas 2. Studi terhadap Anak Kembar Penelitian Hardy dan Heyes, 1988: Kembar monozigotik dibesarkan bersama:  IQ hampir sama faktor nature berperan besar  IQ yang berbeda jauh faktor nuture berperan besar Kembar monozigotik dibesarkan, terpisah  IQ hampir sama faktor nature berperan kecil  IQ yang berbeda jauh faktor nuture berperan kecil

E. KELAS SOSIAL Havighurst  kelas sosial & intelegensi, laki-laki & perempuan Makin tinggi kelas sosial, makin tinggi tingkat intelegensi Tidak ada perbedaan laki-laki & perempuan

F. DIKOTOMI DESA-KOTA Crow & Crow (1989)  intelegensi anak kota  anak desa Colleman, dkk  prestasi anak metropolitan  anak non metropolitan

G. JENIS KELAMIN Intelegensi laki-laki = perempuan (Cage & Berliner, 1979;Crow & Crow, 1989)

G. JENIS KELAMIN Perbedaan laki-laki & perempuan (Cage & Berliner, 1979): Kemampuan verbal (p  l) Kemampuan matematika (l  p) Kemampuan spasial (l  p) Problem solving (l  p) Orientasi prestasi

BAB III KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN PENDAHULUAN PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT PENDIDIKAN BAGI SLOW LEARNER PENDIDIKAN ANAK KHUSUS

A. PENDAHULUAN Aplikasi konsep-konsep bakat & intelegensi pada lapangan pendidikan Pendidikan harus sesuai dengan kondisi peserta didik

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT Kondisi di manca negara(AS, Jepang, Inggris, Korea, Taiwan) dan di Indonesia Anak berbakat Identifikasi anak berbakat Model identifikasi Layanan pendidikan anak berbakat

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia 1958; Amerika mencoba memikirkan pendidikan untuk menjaring anak berbakat. Aplikasi teori psikologi (teori belajar dan konsep kognitif) dan pengkajian teknologi merupakan hal yang berpengaruh terhadap masalah bakat dan aktualisasi diri di AS. Jepang menggunakan “Sistem Nasional Pendidikan Universal” untuk mengidentifikasi anak berbakat. Inggris tidak mengenal pengelompokkan Gifted & Talented. Hal itu akan membuat anak di luar kelompok itu merasa inferior secara intelektual. Identifikasi anak berbakat merupakan tugas guru

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia Korea. Pengembangan pendidikan anak berbakat melalui dua tingkat: a. Tingkat Nasional b. Tingkat Swasta Untuk penjaringan anak berbakat dengan: a. Akselerasi b. Undang-undang (1996) yang mengatur beragam ukuran untuk menjamin adanya suatu bentuk belajar mengajar yang berbeda-beda yang diarahkan pada diversifikasi, kebutuhan individual pengajar dan untuk memaksimalkan pengembangan potensi individu.

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia Taiwan. Faktor dalam pengembangan pendidikan di taiwan: kebutuhan nasional akan pendidikan bagi Gifted & Talented, kebutuhan akan pengembangan individual dan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Taiwan SEL (Special Education Laws) 1984, mengartikan Gifted & Talented meliputi individu yang memiliki satu atau lebih kualitas di bawah ini: a. Gifted dalam kemampuan umum b. Gifted dalam bakat akademik c. Gifted dalam talent khusus

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia 1974, beasiswa bagi anak unggulan yang tidak mampu 1980, pilot project untuk identifikasi dan seleksi anak berbakat. Prosesnya: 1. Penjaringan umum 20-25 % anak berbakat dari populasi sekolah. Berdasarkan penilaian guru, nilai rapor dan tes IQ. 2. Proses seleksi dengan baterai tes IQ, tes kreativitas, skala perilaku siswa dan tes hasil belajar. 1989, UU No.2/1989 (Sisdiknas) ps 8:”Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus.

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 2. Anak Berbakat Keberbakatan: beberapa anak berbakat (child giftted) yang memilik kinerja dengan tingkat potensi aktivitas manusia yang bernilai dan secara konsisten luar biasa. (Paul Witty) Gifted (berbakat): 1.memiliki suatu derajat kemampuan intelektual yang tinggi, IQ > 140 atau lebih; 2.memiliki satu bakat non-intelektual, misalnya musik atau olahraga sampai pada tingkat tinggi sekali. Talent: suatu bentuk kemampuan khusus, seperti kemungkinan musikal yang diwarisi orang tua dan memungkinkan seseorang memperoleh keuntungan dari hasil latihannya sampai tingkat yang tinggi (bakat) (sumber:Chaplin, 1995).

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 3. Identifikasi Anak Berbakat Penjaringan Anak Berbakat. A. Didasarkan pada anggapan bahwa dalam skala makro terdapat 1 % dari seluruh populasi adalah anak berbakat unggul (Ward dalam Semiawan, 1994). B. Pada populasi anak berbakat terdapat 10 % dengan IQ = 120-137 (moderately gifted) C. Sampel identifikasi awal = 15 - 25 % (Penelitian Balitbang dalam Semiawan, 1994)

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 3. Identifikasi Anak Berbakat Penyaringan Anak Berbakat Tujuan: memberikan dasar terhadap penilaian pada kemampuan, sifat, sikap atau perilaku seseorang. Penyaringan berguna bagi peramalan tentang kinerja tertentu pada masa yang akan datang. Identifikasi anak berbakat harus meliputi semua aspek secara komprehensif yaitu IQ, kreativitas, motivasi dan kepemimpinan. Berbagai kemampuan tersebut merupakan manifestasi dari berbagai bakat sebagai kapasitas mental (Semiawan, 1994)

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 4. Model Identifikasi Renzulli IQ > Rata-rata Task comitment Kreativitas THREE-RINGS INTERACTION

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 4. Model Identifikasi Triandis Sekolah Teman Sebaya Keuletan Kreativitas Anak cerdas tinggi Intelegensi Keluarga

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 5. Layanan Pend.Anak Berbakat Menurut Ward, Kitano & Kirby (dalam Semiawan, 1994): Pendidikan anak berbakat seyogyanya berbeda dengan menekankan pada aspek intelektual. Diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas sesuai kemampuan anak berbakat di atas rata-rata. Penekanan pada perkembangan kreatif dan proses berpikir tinggi. Penekanan pada orientasi penemuan dan pendekatan induktif. Memerlukan pertimbangan khsusus dalam pendidikan. Kurikulum berdiferensiasi (Semiawan, 1994)

C. MENTAL RETARDATION Karakteristik MR Kategori MR Faktor-faktor penyebab MR

C. MENTAL RETARDATION 1. Karakteristik MR Menurut PPDGJ III: a. IQ = 75 ke bawah b. Kesulitan dalam memenuhi tuntutan sosial c. Adaptive behavior buruk MR merupakan fenomena sosiokultural yang kompleks karena melibatkan hal-hal yang kompleks: hubungan antar keluarga menjadi beban semua orang hambatan bagi pembangunan

C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR 1). Ditinjau dari skala IQ a. Mild MR - Stanford Binet : 52 - 67 - Wechsler : 55 - 69 b. Moderate MR - Stanford Binet : 36 - 51 - Wechsler : 40 - 54

C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR c. Severe MR - Stanford Binet : 20 - 35 - Wechsler : 25 - 39 d. Profound MR - Stanford Binet : <= 19 - Wechsler : <= 24

C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR 2). Ditinjau dari istilah dalam psikologi dan kesehatan: a. Debil : IQ 50 - 75 b. Imbicil : IQ 25 - 49 c. Idiot : IQ < 25 3). Ditinjau dari istilah dalam pendidikan: a. Dull : IQ 75 - 85 b. Educable : IQ 50 - 74 c. Trainable : IQ 25 - 49 d. Hanya mampu rawat : IQ < 25

C. MENTAL RETARDATION 3. Faktor Penyebab MR Sebab Biologis A). Pranatal: infeksi, detoksifikasi, virus rubella, oabt, AIDS, herphes simplex, siphilis, hypoxia, radiasi, kelainan metabolisme. B). Masa pranatal dengan penyebab tidak jelas: microcephallus, hydrocephallus, meningocelle, kelainan kromosom, BB < minimum, bayi dari ibu psikosis Sebab Psikologi dan sosial Disebabkan karena dibesarkan dalam lingkungan primitif (masa pekanya terlewati tanpa adanya stimulasi)

D. EXCEPTIONAL PEOPLE Pengertian Kategori individu khusus

D. EXCEPTIONAL PEOPLE 1. Pengertian Individu yang secara jelas/signifikan dan sifatnya menetap berbeda dari yang normal dan mengalami hambatan untuk mencapai suskes dalam aktivitas sosial, personal dan pendidikan yang sangat dasar (Harring, 1982). Beberapa istilah terkait: Disabled Impaired Disordered Handicaped Exceptional

TERIMA KASIH