Mal An Abdullah Nilai-nilai Kearifan dan Religiusitas Masyarakat Melayu dalam Konteks Berbangsa dan Bernegara
PERSPEKTIF HISTORIS Kedatangan Islam menandai datangnya sebuah zaman baru dalam sejarah perkembangan peradaban masyarakat di Dunia Melayu Nusantara Pemahaman mengenai zaman ini memerlukan perspektif dan sudut pandang yang tepat, yang disusun berdasarkan sumber-sumber tarikh dan kaidah-kaidah pengkajian ilmiah yang teruji Kefahaman yang tepat tentang sejarah islamisasi Dunia Melayu adalah pintu awal untuk melihat aspek-aspek zaman baru yang (oleh UIN RF) disebut “Peradaban Islam Melayu Nusantara” berikut arti pentingnya bagi kesadaran kebangsaan kita
ISLAMISASI DUNIA MELAYU Setidaknya ada lima teori umum mengenai proses sejarah bagaimana Islam datang ke wilayah Melayu Nusantara (dari mana, oleh siapa, kapan): (1) Islam datang dari anak benua India, dibawa oleh para saudagar Muslim yang berasal dari India (Gujarat dll) (2) Islam datang dari Negeri Cina, dibawa oleh orang-orang Muslim asal Cina (seperti Ceng Ho, dll) (3) Islam datang dari wilayah Persia (Iran), disebarkan oleh para penganut ajaran Syiah, yang membawanya misalnya ke negeri Pasai dll
ISLAMISASI DUNIA MELAYU (4) Islam datang dan dibawa langsung dari Tanah Arab oleh para pedagang Muslim Arab (5) Islam datang dari Tanah Arab, disebarkan oleh para ulama pendakwah yang memiliki ilmu (agama) yang mendalam, keluhuran adab, kemampuan intelektual yang tinggi, dan ketrampilan yang luas; mereka sengaja datang untuk berdakwah, namun juga siap untuk hidup dan menetap di wilayah Nusantara, hingga berkembang dinasti baru berasaskan peradaban Islam
ISLAMISASI: PENILAIAN Tidak ada sumber tarikh yang mencatat bahwa penyebar Islam di Nusantara adalah orang India Juga tidak pernah ada sumber Melayu yang menyebut penyebaran Islam oleh para pedagang (dari manapun mereka); mengikut teori pedagang ini islamisasi terkesan hanya terjadi kebetulan, sebab dakwah dan berniaga adalah kerja yang sungguh-sungguh berbeda; lagi pula dalam masyarakat Hindu Buddha pedagang bukanlah status sosial yang tinggi yang memungkinkan orang berada dekat dengan raja dan menikahi puteri raja (seperti yang direkam dalam banyak berita islamisasi)
ISLAMISASI: PENILAIAN Teori Cina juga tidak berdasar. Para pelaut Cina (termasuk Ceng Ho) bukanlah pendakwah; Muslim asal Cina yang selepas kegaduhan mereka dengan Kaisar (abad ke-9/10) pergi dari Cina dan menetap di wilayah Nusantara bukanlah orang Cina; banyak dari mereka diketahui pemukim asal Arab Adanya cerita-cerita Persia yang diterjemahkan ke bahasa Melayu, seperti Hikayat Muhammad Hanafiah dan Hikayat Iskandar, bukanlah bukti bahwa islamisasi Nusantara berawal dari Persia. Penyebaran karya sastra seprti itu bukanlah dakwah atau penyebaran agama; selain itu pada masa yang sama di Nusantara juga tersebar buku-buku agama asal Arab
ISLAMISASI: PENILAIAN Di antara teori yang ada, yang paling berdasar adalah teori kelima: Islam disebarkan ke Nusantara oleh para ulama pendakwah yang berasal dari Tanah Arab Teks-teks historiografi Melayu lama selalu bertutur bahwa pendakwah yang melakukan islamisasi adalah ulama asal Arab; mereka datang ke Nusantara tentu ikut berlayar dengan kapal dagang karena waktu itu hanya ada dua jenis kapal: kapal dagang dan kapal perang; masing-masing ulama pendakwah tersebut tentu sudah mempunyai bekal ketrampilan yang cukup untuk hidup lama di tempat yang baru, misalnya dengan jalan berdagang atau dengan ketrampilan lain, namun mereka bukan berprofesi sebagai pedagang
ISLAMISASI: KAPAN Kapan Islam datang ke Nusantara? Perkenalan pertama tampaknya sudah terjadi sejak abad ke-1 Hijriah Pedagang Muslim Arab yang berniaga ke Cina melewati Selat Melaka harus setiap kali singgah dan bermukim sementara di wilayah pinggiran pantai tertentu (yakni ketika menunggu datangnya angin monsun) selama masa hingga 4/5 bulan Islamisasi Dunia Melayu dilakukan dengan jalan damai, bukan peperangan; karena itu perlu waktu lama (enam abad, yaitu hingga abad ke-13) sampai tujuan dakwah betul-betul terwujud, yakni ketika di sini mulai lahir dinasti baru berteraskan peradaban Islam dan kemudian penyebaran Islam berlangsung cepat
HIKAYAT RAJA PASAI HRP adalah teks historiografi Melayu terawal yang kini diketahui, yang mulai ditulis sejak akhir abad ke-13 atau awal abad ke-14 HRP memuat dua jenis informasi: yang bersifat sejarah dan bersifat kuasi-sejarah (legenda) Informasi yang bersifat sejarah pada HRP: misalnya berita dari hadis Nabi Saw tentang negeri di bawah angin (Samudra Pasai) - ambil seorang alim keturunan Quraisy untuk mengajak orang menjadi Muslim – akan banyak wali Allah lahir dari situ; Syarif Makkah setelah mendapat kepastian merealisasikan pesan Nabi itu - membawa Syaikh Isma’il dari Mengiri ke Pasai
HIKAYAT RAJA PASAI Contoh informasi yang bersifat kuasi-sejarah (legenda) dalam HRP: cerita tentang mimpi ajaib Merah Silu - ia bertemu seorang yang menyuruhnya mengucap syahadatayn - apa yang boleh dimakannya dst - meludahi mulutnya - bahwa ia akan menjadi Malik al-Shalih; ketika terbangun ia sudah dikhitan, badannya tiba-tiba berbau harum, sudah hafal Quran 30 juz Mengapa harus ada cerita kuasi sejarah seperti itu? Penulis sejarah Melayu, yang lazimnya menulis atas permintaan patron mereka (Raja/Sultan misalnya), berupaya menyesuaikan diri dengan alam pikiran zaman pertengahan ketika legenda menjadi bagian dari pemahaman umum masyarakat
HIKAYAT RAJA PASAI Tugas peneliti sejarah: mencari unsur (pesan) kebenaran yang tersimpan dalam legenda. Dalam HRP misalnya kita temukan pesan bahwa untuk memimpin sebuah kerajaan baru (Islam) raja haruslah seorang Muslim (masuk Islam), tahu membedakan halal-haram, taat mengerjakan ibadah, tahu tata cara mensucikan diri, faham semua juzu’, belajar agama dari para ulama, dst Mengapa diungkapkan dalam bentuk cerita mimpi ajaib seperti itu, dan bukan dengan cara yang lain? Tradisi Islam memang mengenal adanya petunjuk Ilahi melalui “mimpi suci”. Dalam tasawuf cerita mengenai mimpi suci sering muncul dalam manaqib para wali Allah, termasuk wali-wali dari Dunia Melayu seperti Syaikh Abdus-Samad al-Palimbani
KESADARAN KEBANGSAAN Konsep kesadaran kebangsaan dalam karya-karya historiografi Melayu lama terdapat dalam cerita-cerita mengenai: (1) bakti kepada keluarga dan kampung halaman; (2) kesetiaan kepada bangsa; (3) kesetiaan rakyat kepada rajanya; (4) kesetiaan raja kepada bangsanya; (5) puji-pujian terhadap negara (dan raja); (6) cerita ajaib yang berunsur kepahlawanan; (7) cerita kepahlawanan yang berunsur Islam Konsep kesadaran kebangsaan dalam teks-teks Melayu lama selalu diletakkan terkait dengan gagasan mengenai kemakmuran negara (dan kemunduran negara) yang melnyatu dengan konsep keadilan (dan kezaliman)
KESADARAN KEBANGSAAN Kriteria kemakmuran negara: orang ramai, rakyat makmur, isi negara ramai, tenaga kerja ramai, orang kaya ramai, bandar (kota) ramai dengan berbagai bangsa; negara aman, tantara ramai, adatnya halus, tidak ada orang jahat, negara diperbaiki oleh raja adil; kawasan taklukan luas, banyak kapal dari berbagai jenis, bangunan perkotaan dari batu; gajah dan kuda berlimpah makanannya, bahan makanan berlimpah tiadaa habisnya; segala dagang berkampung, jajahannya banyak, oleh segala Arab disebut “malaqat”, tidak membawa api lagi karena kemana pun pergi ada rumah orang; sungai bersih yang dikagumi oleh segala dagang; masjid terlalu besarnya, kemuncaknya tinggi terbuat dari perak, jamaahnya ramai
KESADARAN KEBANGSAAN Kemunduran dan kemerosotan negara digambarkan sebagai akibat dari penzaliman: kezaliman raja dan apparat-apparat kerajaan, kemerosotan undang-undang, orang lari dari ajaran agama dsb; perilaku mengumbar hawa nafsu, hukuman yang tidak adil, kerajaan yang tidak adil,tersebarnya fitnah, durhaka dsb; negeri menjadi sunyi, beras mahal, orang miskin merasakan penderitaan dan kesakitan, rakyat banyak dilanda kelaparan, perahu-perahu dagang tidak lagi masuk dan berlabuh, jumlah orang semakin berkurang, kalah dalam peperangan, negara rusak, lanun banyak dan berkeliaran, usaha perniagaan tidak berjalan, cukai tidak adil, dsb
ZAMAN BARU PERADABAN Islam adalah agama dan peradaban yang berasaskan ilmu dan persuratan (tulis, kitab). Ia membawa perubahan besar pada sejarah dan peradaban masyarakat Dunia Melayu Dalam mengembangkan ajaran dan tradisi Islam para ulama di sini sejak awal memilih Bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Bahasa Melayu menjadi Bahasa Islam di wilayah Dunia Melayu; maka Islam dan Iunsur-unsur peradabannya dapat difahami secara merata oleh semua lapisan masyarakat Berpadu dengan terbentuknya aksara Jawi (Arab-Melayu) Islam betul-betul memiliki momentum untuk membangun peradaban baru berasaskan ilmu dan rasionalitas yang tidak pernah terjadi pada peradaban sebelumnya (Hindu Buddha)
ZAMAN BARU PERADABAN Gerakan penerjemahan yang dilakukan secara kreatif oleh ulama-ulama Melayu harus dicatat sebagai langkah besar peradaban. Untuk pertama kalinya orang-orang Melayu (secara meluas) dapat mempelajari kitab-kitab agama (tingkat tinggi sekalipun) yang terhubung secara kontekstual dengan kehidupan mereka, dalam bahasa mereka sendiri Hadirnya pusat-pusat pengkajian Islam di Dunia Melayu, seperti Palembang abad ke-18 dan 19, membuat kontekstualisasi itu berlangsung pasti namun tetap berakar pada tradisi besar Islam. Dalam konteks kesadaran kebangsaan, karya Al-Palembani Nasihat al- Muslimin dan Nasihat li al-Muslimin adalah contoh dari warisan historis Islam Melayu yang monumental
Wa Allah a’lam bi al-shawab Q&A