Analisa Sperma
Morfologi Sperma Kepala Sperma, pada kepala sperma terdapat akrosom yang berfungsi untuk melindungi kepala sperma. Leher Sperma, pada bagian ini banyak mengandung mitokondria, sehingga tempat ini merupakan tempat oksidasi sel untuk membentuk energi, sehingga sperma dapat bergerak aktif. Ekor Sperma, bagian ini merupakan alat gerak sperma menuju ovum.
Sel Spermatozoa
Kecacatan pada Spermatogenesis Nondisjuntion (Syndrom Turner) Sperma yg dihasilkan adlh sperma XY dan sperma O (tdk mempunyai kromosom kelamin), membuahi ovum X, maka terbentuk individu 44A + X Sperma berkepala dua Sperma tanpa akrosom Oligosperma Azoospermia Azoospemia obstruksi (vas deferens) Azoospermia non obstruksi (gagal produksi)
Pengaruh Hormon Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pembentukan sperma secara langsung serta merangsang sel sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) untuk memacu spermatogonium dalam melakukan spermatogenesis. Hormon LH yang berfungsi merangsang Sel Leydig untuk memperoleh sekresi Testosterone (Suatu hormon seks yang penting untuk perkembangan sperma)
Tahapan Spermatogenesis 1. Tahapan Spermatocytogenesis Yaitu tahapan spermatogonium yang bermiosis menjadi spermatid primer, proses ini dipengaruhi oleh sel sertoli, dengan sel sertoli yang memberi nutrisi-nutrisi kepada spermatogonium, sehingga dapat berkembang menjadi spermatotid. 2. Tahapan Meiosis Merupakan tahapan spermatosit primer bermitosis I membentuk spermatosit sekunder dan langsung terjadi meiosis II yaitu pembentukan spermatid, dari spermatosit sekunder. 3. Tahapan Spermiogenesis Merupakan tahapan terakhir pembentukan spermatozoa, dimana terjadi transformasi dari spermatid menjadi spermatozoa.
Spermatogenesis Spermatogonium (2n) Spermatosit Primer (2n) Spermatosit Sekunder (n) Spermatosit Sekunder (n) Spermatid (n) Spermatid (n) Spermatid (n) Spermatid (n) Sperma (n) Sperma (n) Sperma (n) Sperma (n) mitosis Meiosis I Meiosis II Meiosis II
Pemeriksaan Sperma Pemeriksaan sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur jumlah serta kualitas semen dan sperma seorang pria. Secara keseluruhan, cairan putih dan kental yang keluar dari alat kelamin pria saat ejakulasi disebut semen. Sedangkan 'makhluk' kecil yang berenang-renang di dalam semen disebut sperma.
Pemeriksaan Sperma Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan tahap pertama untuk menentukan kesuburan pria. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah ada masalah pada sistim produksi sperma atau pada kualitas sperma, yang menjadi biang ketidaksuburan
Pemeriksaan Sperma Ada dua tahap penting pada pemeriksaan sperma, yaitu tahap pengambilan sampel dan tahap pemeriksaan sperma. Pada tahap pengambilan sampel, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : Pria yang akan diambil semennya dalam keadaan sehat dan cukup istirahat. Tidak dalam keadaan letih atau lapar. Tiga atau empat hari sebelum semen diambil, pria tersebut tidak boleh melakukan aktifitas seksual yang mengakibatkan keluarnya semen. WHO bahkan merekomendasikan 2 – 7 hari harus puasa ejakulasi, tentunya tidak sebatas hubungan suami istri, tapi dengan cara apapun. Semen (sperma) dikeluarkan melalui masturbasi di laboratorium (biasanya disediakan tempat khusus). Sperma kemudian ditampung pada tabung terbuat dari gelas. Masturbasi tidak boleh menggunakan bahan pelicin seperti sabun, minyak, dll. Sedangkan pada tahap kedua, dilakukan pemeriksaan sampel semen di laboratorium.
Jumlah Sperma Hitung Sperma (Sperma Count) Semen normal biasanya mengandung 20 juta sperma per mililiternya dan 8 juta diantaranya bergerak aktif. Sperma yang bergerak aktif ini sangat penting artinya, karena menunjukkan kemampuan sperma untuk bergerak dari tempat dia disemprotkan menuju tempat pembuahan (tuba fallopi, bagian dari kandungan wanita).
Jumlah Sperma 0 juta/ml :Azoospermia 0 – 5 juta/ml : ekstrim oligozoospermia < 20 juta/ml : oligozoospermia > 250 juta/ml : Polizoospermia
Morfologi Hasil pemeriksaan dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, yaitu : bentuk normal kepala tidak normal ekor tidak normal sel sperma yang belum matang (immature germ cells, IGC).
Motilitas Sperma harus mencapai ovum untuk pembuahan dg energi berasal dari bagian tengah sperma. Motilitas dibagi menjadi 4 grade : 0 : spermatozoa tdk menunjukkan pergerakan 1 : Spermatozoa bergerak ke depan dg lambat 2 : Spermatozoa bergerak ke depan dgn cepat 3 : Spermatozoa bergerak ke depan dg sangat cepat
Non selular sperma Benda hidup : Parasit Jamur Bakteri Benda Mati : Sel epitel Kristal-kristal Lemak
Aglutinasi Sperma Kepala – kepala Kepala – Ekor Ujung ekor – ujung ekor Campuran Lain- lain
Likuifaksi Likuifaksi terjadi karena daya kerja enzim-enzim yg diproduksi prostat (seminin) Sperma normal gumpalan mencair 15 – 20 menit Jika lebih, adanya gangguan prostat atau defisiensi seminin
Viskositas Panjang benang 3 – 5 cm Subjektif Pipet Elliason (volume 0.1 ml) Sperma diisap sampai 0,1 ml Kemudian tekanan dilepaskan Tetesan pertama diukur dg stopwatch * Normal 1-2 detik
Hasil Pemeriksaan A. Konsentrasi Polyzoospermia : Konsentrasi sperma sangat tinggi Oligozoospermia : Jumlah sperma kurang dari 20 juta/ml B. Volume Semen Hypospermia : Volume semen < 1,5 ml Hyperspermia : Volume semen > 5,5 ml Aspermia : Tidak ada semen C. Molekul non seluler Pyospermia : Ada sel darah putih pada semen Hematospermia : Ada sel darah merah pada semen D. Motilitas • Asthenozoospermia : Sperma yang mampu bergerak < 40%. • Oligoasthenozoospermia : Sperma yang mampu bergerak < 8 juta/ml E. Morfologi • Teratozoospermia : > 40% sperma mempunyai bentuk yang tidak normal • Necozoospermia : sperma yang tidak hidup
Hasil pemeriksaan sperma yang normal menurut WHO Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan nilai acuan untuk analisa sperma/air mani yang normal, sebagai berikut : Volume total cairan lebih dari 2 ml Konsentrasi sperma paling sedikit 20 juta sperma/ml Morfologinya paling sedikit 15% berbentuk normal Pergerakan sperma lebih dari 50% bergerak kedepan, atau 25% bergerak secara acak kurang dari 1 jam setelah ejakulasi Adanya sel darah putih kurang dari 1 juta/ml Analisa lebih lanjut (tes reaksi antiglobulin menunjukkan partikel ikutan yang ada kurang dari 10 % dari jumlah sperma)
Respon Imun Hormon, jaringan dan cairan sekresi yg berhubungan dg traktus genitalia bersifat antigenik dan mampu menimbulkan respon imun Antigen sperma menyebabkan timbulnya antibodi thdp antigen spesifik sperma atau permukaan sperma (pada wanita) Autoimun thdp semen dan komponen sperma pada laki-laki yg mengalami proses pada genitalianya (vasektomi da mumps)
Respon Imun Antigen dlm sperma : Molekul yg dibentuk saat miosis Autoantigen spesifik testis pada saat spermiogenesis Pada membran plasma stlh stadium midspermatid speratogenesis Permukaan sperma pada perjalanan sperma di epididimis Antigen fertilisasi-1 (AF-1) pada sel germinal laki-laki (bereaksi kuat dg semen laki-laki & perempuan infertil)
Respon Imun Respon imun reproduksi wanita thdp sperma melalui sel-sel yg memfagositosis spermatozoa, dg dibantu faktor-faktor : Jumlah sperma yg banyak/berlebihan Sperma juga difagosit oleh sel-sel somatik sebagaimana makrofag dan semen secara kemotaktik mempengaruhi makrofag dan netrofil Antigen asing lain mempunyai efek ajuvan thdp saluran reproduksi, misal infeksi vagina Limfosit pada semen mengakibatkan sterilitas pada wanita
Respon Imun Pada keadaan normal, reaksi imun dihalangi sel sertoli dg cara : Mempertahankan lingkungan intralumen bebas dari komponen serum Membentuk barier imunologik yg memfagositosis dan menghancurkan sisa-sisa produk spermatogenesis
Pemeriksaan Imunologi SAA (Sperm aglutination antibodi) SIA (Sperm-immobilizing antibody) IgA Deteksi langsung thdp antibodi yg terikat sperma atau tidak langsung mengukur antibodi dlm cairan * Uji Isojima, kremer&jager, indirect immunobead binding (IBD), Mix antiglobulin reaction (MAR), ELISA, Tray Aglutination Test, Gelatin aglutination test, imunofluoresens, flow cytometry
Pemeriksaan Imunologi Jones Guideline’s : Tes imobilisasi sperma tepat untuk skrining adanya antibodi suami atau isteri, dpt digunakan utk pemeriksaan lendir serviks Tes kontak sperma-lendir serviks utk melihat faktor imunologis lokal. Dapat ditentukan aktivitas antibodi apakah berasal dari suami atau isteri Tes aglutinasi dg gelatin cocok utk suami, interpretasi harus teliti Atibodi lokal (SIgA) tidak dpt dideteksi pd ledir serviks dan plasma semen dg tes konvensional utk antibodi antisperma serum Tes mikroaglutinasi sperma sebaiknya dihindari Tes menggunakan mikroskop imunofluoresens tak langsung bukan merupaka tes rutin, tapi mungkin bermanfaat untuk menilai sifat reaksi antigen antibodi dlm penelitian