Kelompok 1 Sherly yulita Armona Sari Silvia Elki Cicilia Sri Wahyunita Danti Arika Niken Widia Astuti Dede Ismoyo Nurfitri SW Ega Harisa Nurwindi Madina Judika Yesi Nori Nofrianti Putra Ananda Riski Ismawati
What is that??? :O
Definisi Cleft Lip atau Labioschisis merupakan suatu keadaan terbukanya bibir dan langit– langit rongga mulut dapat melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan langit – langit tidak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa pembentukan mesuderm pada saat kehamilan.. left Lip atau Labioschisis merupakan suatu keadaan terbukanya bibir dan celah bibir merupakan kelainan congenital yang disebabkan gangguan perkembangan wajah pada masa embrio. Labiochisis adalah celah pada bibir
epidemiologi Labio palatoschizis adalah suatu kelainan kongenital sehingga insidensnya adalah neonatus, dengan prevalensi penyakit 1:1000 kelahiran. Insiden dari Labio palatoschizis tertinggi terdapat pada orang Asia dan insiden paling rendah pada orang amerika keturunan Afrika.
klasifikasi Klasifikasi yang diusulkan oleh veau dibagi dalam 4 golongan yaitu : Golongan I : Celah pada langit-langit lunak (gambar 1) Golongan II : Celah pada langit-langit lunak dan keras dibelakang foramen insisivum(gambar 2) Golongan III : Celah pada langit-langit lunak dan keras mengenai tulang alveolar dan bibir pada satu sisi (gambar 3) Golongan IV : Celah pada langit-langit lunak dan keras mengenai tulang alveolar dan bibir pada dua sisi (gambar 4)
Gambar 1. A. Celah pada langit-langit lunak saja. B Gambar 1. A. Celah pada langit-langit lunak saja. B. Celah pada langit-langit lunak dan keras. C. Celah yang meliputi langit-langit dan lunak keras juga alveolar pada satu sisi. D. Celah yang meliputi langit lunak dan keras juga alveolar dan bibir pada dua sisi. (Young & Greg)
Klasifikasi celah bibir dan celah palatum menurut kernahan dan satark (1958) Group I : celah langit-langit primer Dalam group ini termasuk celah bibir dan kombinasi celah bibir dengan celah pada tulang alveolar .Celah terdapat dimuka forameninsisivum. Group II :Celah yang tedapat dibelakang foramen insisivum .Celah langit-langit lunak dan keras dengan variasinya Group III :kombinasi celah langit-langit primer (I) dengan langit-langit sekunder (II)
Klasifikasi celah bibir Unilateral incomplete : Jika celah bibir terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung atau dengan kata lain bahwa unilateral inkomplit memberikan gambaran keadaan dimana terjadi pemisahan pada salah satu sisi bibir, namun pada hidung tidak mengalami kelainan.
Unilateral Complete : Jika celah bibir yang terjadi hanya di salah satu sisibibir dan memanjang hingga ke hidung atau dengan kata lain unilateral komplit memberikan gambaran keadaan dimana te1ah terjadi pemisahan pada salah satu sisi bibir, cuping hidung dan gusi. Unilateral komplit memiliki dasar dari palatum durum yang merupakan daerah bawah daripada kartilago hidung.
Bilateral complete: jika celah bibir terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung. Dapat terlihat adanya penonjolan pada daerah premaxilla, yang disebabkan tidak adanya hubungan dengan daerah lateral dari palatum durum.
Bilateral Inkomplit. Jika celah ini terjadi secara inkomplit dimana kedua hidung dan daerah kedua premaxilla tidak mengalarni pemisahan dan hanya menyertakan dua sisi bibir.
Etiologi 1. Faktor genetik Dengan bertambahnya usia ibu hamil dapat menyebabkan ketidakkekebalan embrio terhadap terjadinya celah Adanya abnormalitas dari kromosom menyebabkan terjadinya malformasi congenital yang ganda Adanya tripel autosom sindrom celah mulut yang diikuti dengan abnormaly congenital lainnya
2. Factor non genetic Defisiensi nutrisi Zat kimia Virus rubella Insufisiensi zat (Asam folat,Vitamin C, Zn) Pengaruh obat teratogenik (Jamu, Kontrasepsi hormonal, Obat – obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital) Faktor lingkungan (Zat kimia (rokok dan alkohol), Gangguan metabolik (DM), Penyinaran radioaktif, Infeksi)
Patofisiologi
Manifestasi Klinis Distersi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan Deformitas pada bibir Kesukaran dalam menghisap/makan Gangguan komunikasi verbal Kelainan susunan archumdentis Regurgitasi makanan Pada Labio skisis Pada Palato skisis Distorsi pada hidung Tampak ada celah pada tekak (unla), palato lunak, keras dan faramen incisive Tampak sebagian atau keduanya Adanya celah pada bibir Ada rongga pada hidung Distorsi hidung Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari. Kesukarandalammenghisap/makan
Komplikasi Distress pernafasan Gangguan psikologis Kesulitan makan Gangguan dental Gangguan bicara Infeksi telinga Aspirasi Distress pernafasan Pertumbuhan dan perkembangan terhambat Gangguan psikologis Penyakit peri odontal Asimetri wajah.
Pemeriksaan diagnostic Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah lahir mudah karena pada celah sumbing mempunyai ciri fisik yang spesifik. Sebetulnya ada pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan janin apakah terjadi kelainan atau tidak. Walaupun pemeriksaan ini tidak sepenuhya spesifik. Ibu hamil dapat memeriksakan kandungannya dengan menggunakaan USG. Foto rontgen Pemeriksaan fisik MRI untuk evaluasi abnormal
Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan labiopalatoskisis adalah dengan tindakan pembedahan. Tindakan operasi pertama kali dikerjakan untuk menutup celah bibir palatum berdasarkan kriteria “ rule of ten “, yaitu: Umur lebih dari 10 minggu ( 3 bulan ) Berat lebih dari 10 pond ( 5 kg ) Hb lebih 10 g / dl Leukosit lebih dari 10.000 / ul
2. Penatalaksanaan Keperawatan Perawatan Pra-Operasi Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan pengobatan bayi Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adekuat Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas Perawatan Post Operasi Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak
Asuhan keperawatan cleft lip and palatum
Pengkajian Gastrointestinal Urinary system Muskuloskeletal Respiratori Sistem Kardiovaskuler Persyarafan Gastrointestinal Urinary system Muskuloskeletal
Diagnosa, Kriteria Hasil, Intervensi, dan Rasional Keperawatan
1. dx: Resiko tinggi trauma sisi pembedahan berhubungan dengan prosedur pembedahan, disfungsi menelan Kriteria hasil : Pasien tidak mengalami trauma pada sisi bedah Sisi operasi tetap tidak rusak Intervensi dan Rasional Beri posisi telentang / miring / duduk R: Untuk mencegah trauma pada sisi operasi Pertahankan alat pelindung bibir R: Untuk melindungi garis jahitan Gunakan teknik pemberian makan non traumatik R: Untuk meminimalkan resiko trauma Gunakan jaket restrein pada bayi lebih besar R: Untuk mencegahnya agar tidak berguling dan menggaruk wajah
Hindari menempatkan objek di dalam mulut setelah perbaikan PS (kateter penhisap, spatel lidah, dot, sendok kecil) R: Untuk mencegah trauma pada sisi operasi Jaga agar bayi tidak menangis keras dan terus menerus R: Karena dapat menyebabkan tegangan pada jahitan Bersihkan garis jahitan dengan perlahan setelah memberi makan R: Karena inflamasi dan infeks akan mempengruhi penyembuhan dan efek kosmetik dari perbaikan pembedahan Ajari tentang pembersihan dan prosedur restrein khususnya bila pulang sebelum jahitan dilepas R: Untuk meminimalkan komplikasi setelah pulang
2. dx: Perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan makan setelah prosedur pembedahan Kriteria hasil : Bayi mengkonsumsi jumlah nutrient yang adekuat Keluarga mendemonstrasikan kemampuan untuk menjalankan perawatan pascaoperasi Bayi menunjukkan penambahan BB yang adekuat Intervensi dan Rasional Beri diet sesuai usia dan ketentuan selama periode pasca operasi R: Bayi mendapat nutrisi yang adekuat Libatkan keluarga dalam metode pemberian makan yang terbaik R: Memegang tanggung jawab pemberian makan di rumah Ubah teknik pemberian makan R: Untuk menyesuaikan diri efek pembedahan Beri makan dalam posisi duduk R: Untuk meminimalkan resiko aspirasi
3. dx: Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan Kriteria Hasil : Bayi tampak nyaman dan tenang Intervensi dan Rasional Kaji perilaku dan TTV R: Untuk adanya bukti nyeri Berikan analgetik / sedatife sesuai instruksi R: Untuk meminimalkan nyeri Beri stimulasi belaian dan taktil R: Untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal Libatkan orang tua dalam perawatan bayi R: Untuk memberikan rasa nyaman dan aman
Makasih perhatiannya abang kakak