Bab 4 Aplikasi Praktis Imunologi bab 5 Antibodi monoklonal Kristi Ninis Kurnia Asih Siti Khoiriah David Alberto
Vaksin dan Imunisasi Imunisasi dapat terjadi secara alamiah dan buatan dimana masing-masing dapat diperoleh secara aktif maupun pasif Vaksin adalah suatu suspensi mikroorganisme atau substansi mikroorganisme yang digunakan untuk menginduksi sistem imunitas. Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan imunitas seseorang terhadap invasi mikroorganisme patogen atau toksin
Imunisasi Aktif Aktif buatan : vaksinasi Aktif alamiah : infeksi virus, bakteri, dll Pasif Pasif buatan : pemberian antitoksin, antibodi Pasif alamiah : Antibodi didapat melalui plasenta dan kolostrum Beberapa cara imunisasi untuk memperoleh kekebalan tubuh
Imunisasi aktif Imunisasi aktif adalah pemberian suspensi, substansi atau toksin mikroorganisme yang sudah dimatikan atau dilemahkan untuk merangsang agar tubuh memproduksi antibodi sendiri
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan vaksin, antara lain : 1. Vaksin harus efektif dalam merangsang sistem imun sehingga dapat mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme patogen 2. Vaksin harus stabil dan imunogenisitasnya tidak mudah berkurang 3. Mudah didapat dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas 4. vaksin harus memenuhi persyaratan kualitas mutu yang baik dan aman untuk digunakan
Jenis-jenis imunisasi aktif buatan 1. Imunisasi BCG. Ditujukan untuk memberikan kekebalan terhadap infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Vaksin BCG mengandung bakteri Mycobacterium bovis ( Bacillus Calmette Guerin = BCG), yang telah dilemahkan.
Imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi waktu imunisasi yang terbaik adalah sebelum bayi berusia 2 bulan Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja Bila pemberian imusisasi ini berhasil akan meninggalkan bekas luka parut atau benjolan kecil di tempat suntikan
2. Imunisasi DPT (Difteri, pertusis, Tetanus) Imunisasi DPT dilakukan dengan menyuntikkan vaksin DPT yang mengandung toksoid tetanus murni, difteri murni dan bakteri pertusis yang diinaktivasi untuk memperoleh kekebalan terhadap penyakit difteri, tetanus, dan pertusis
Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali yaitu sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang waktu penyuntikan minimal 4 minggu. Suntikan pertama belum memberikan perlindungan, sehingga harus dilakukan sebanyak 3 kali.
Difteri Penyakit difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil) dan terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Pencegahan paling efektif dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu-dua bulan
Pertusis Penyakit pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “Batuk Seratus Hari” adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Penularan umumnya terjadi melalui udara (batuk/bersin)
tetanus Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospamin. Tetanospamin menempel pada urat saraf di sekitar area luka dan dibawa ke sistem saraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat saraf, terutama pada saraf yang mengirim pesan ke otot. Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistem saraf dan otot.
Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang otot mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit, dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih dan tidak steril, terutama jika tali pusar terinfeksi.
3. Imunisasi Polio Vaksin yang digunakan biasanya merupakan vaksin trivalen yang mengandung suspensi dari tipe 1, tipe 2, dan tipe 3 virus polio hidup galur Sabin yang telah dilemahkan.
Cara pemberiannya melalui oral yaitu dengan meneteskan vaksin polio sebanyak 2 tetes ke dalam mulut bayi. Imunisasi dilakukan sejak bayi baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Imusisasi ini diberikan sebanyak 4 kali dengan selang waktu tidak kurang dari 1 bulan. Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari.
Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio
4. Imunisasi campak Imunisasi campak diberikan pada bayi yang berusia 9 bulan. Vaksin yang digunakan adalah vaksin yang mengandung virus Measles yang telah dilemahkan. Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi namun adakalanya terjadi demam ringan atau sedikit bercak merah pada pipi atau pembengkakan pada tempat suntikan
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh virus campak. Penularan melalui udara atau kontak langsung dengan penderita. Gejalanya berupa demam, batuk, pilek, dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam.
Polio Vaksin tetanus Campak Vaksin BCG
5. Imunisasi hepatitis B Vaksin hepatitis B yang digunakan biasanya merupakan vaksin rekombinan. Vaksin ini mengandung antigen virus Hepatitis B, HBsAg, yang tidak menginfeksi yang dihasilkan dari biakan sel ragi dengan teknologi rekayasa DNA. Antigen yang dihasilkan oleh sel ragi Hansenula polymorpha ini dimurnikan dengan metode ultra sentrifugasi, kromatografi kolom dan diinaktivasi dengan formaldehid
6. Imunisasi MMR Dilakukan untuk memberikan kekebalan terhadap Measles, Mumps, dan Rubella. Imunisasi diberikan 1 kali setelah bayi berumur 15 bulan dan imunisasi ulang dilakukan setelah anak berusia 12 tahun.
7. Imunisasi tifoid Imunisasi ini dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella. Terdapat 2 jenis vaksin demam tifoid yaitu vaksin oral dan vaksin suntikan.
8. Imunisasi Hib Ditujukan untuk mendapatkan kekebalan terhadap infeksi yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe B, yang sering menimbulkan radang selaput otak pada bayi usia 6-12 bulan. Imunisasi dasar diberikan 2 kali pada usia 2-14 bulan dengan selang waktu 2 bulan
9. Imunisasi hepatitis A Imunisasi dasar dengan vaksin hepatitis A diberikan 2 kali dengan selang waktu 2-4 minggu. Dosis ke 3 diberikan setelah 6 bulan sejak suntikan pertama. Vaksin hapatitis A mengandung virus hepatitis A (HAV) yang telah dilemahkan
10. Imunisasi cacar air 11. Imunisasi influenza Cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang sangat menyerang bayi dan anak-anak. Imunisasi diberikan pada bayi umur 12 bulan dan diulang setelah berumur 5 tahun Influenza adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus influenza, yang menyerang saluran pernapasan. Penularan virus terjadi melalui udara pada saat berbicara, batuk, dan bersin 10. Imunisasi cacar air 11. Imunisasi influenza
Imunisasi pasif Adalah penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Imunisasi pasif dapat terjadi secara alamiah maupun secara buatan. 1. secara alamiah A. imunisasi maternal melalui plasenta B. imunisasi meternal melalui kolostrum
2. Imunisasi pasif buatan Dapat dilakukan dengan cara menyuntikkan antibodi tertentu ke dalam tubuh seseorang yang memerlukan antibodi segera untuk mengatasi keadaan defisiensi antibodi di dalam tubuhnya. Antibodi yang disuntikkan antara lain adalah : a. immune serum globulin (ISG) b. Globulin manusia yang spesifik, untuk mengatasi penyakit infeksi antara lain : - Tetanus immune globulin (TIG) - Varicella zoster immune globulin (VZIG) - Rabies immune globulin (RIG) - Hepatitis B immune globulin (HBIG) - Vaccinia immune globulin (VIG)
Jenis Vaksin Meningokokal meningitis Jenis Penyakit Jenis vaksin Difteri Toksoid murni dari Diphteria Meningokokal meningitis Polisakarida dari Neisseria meningitidis Pertusis Bordetella pertusis yang dimatikan Pneumonia Polisakarida dari Streptococcus pneumoniae Tetanus Toksoid murni dari tetanus Meningitis Hib Polisakarida dari Haemophilus influenzae tipe b Influenza Virus influenza yang dilemahkan
Polio Virus polio yang dimatikan (Salk) atau dilemahkan (Sabin) Rabies Virus rabies yang dimatikan Cacar air Virus chickenpox yang dilemahkan Hepatitis B Fragmen antigenik dari virus hepatitis B Hepatitis A Virus hepatitis A yang dimatikan Measles, mumps, rubella Terdiri dari virus measles, mumps, rubella yang dilemahkan
Program dan jadwal imunisasi vaksin Umur pemberian imunisasi Umur imunisasi ulang (booster) Program imunisasi wajib BCG 0-2 bulan - DPT 2,3,4, bulan 18 bulan, 5 tahun, 12 tahun Polio 0,2,3,4 bulan 18 bulan, 5 tahun Hepatitis B 0, 1, 6 bulan 5 tahun Campak 9 bulan 5 tahun bila tidak mendapat MMR (*)
Program imunisasi yang dianjurkan MMR 15 bulan – 2 tahun 5 tahun atau 10-12 tahun Hib 2,4,6 bulan 18 bulan Hepatitis A 2 tahun 6 bulan – 1 tahun setelah imunisasi pertama Cacar air 1 tahun 10 tahun Tifoid Setiap 3 tahun Influenza Setiap tahun Pneumokokus (*) imunisasi ulang vaksin campak tidak perlu diberikan bila telah mendapatkan imunisasi MMR
Sesuai dengan cara pembuatan dan pengembangannya, jenis vaksin dapat digolongkan menjadi : 1. vaksin mengandung organisme yang dilemahkan. Jenis vaksin ini mengandung mikroorganisme hidup yang sudah dilemahkan sehingga tidak bersifat virulen. Contoh vaksin yang mengandung virus yang dilemahkan antara lain adalah vaksin polio (Sabin), vaksin measles, mumps, dan rubella (MMR) Vaksin BCG dan vaksin tifoid yang digunakan secara luas pada saat ini merupakan vaksin yang mengandung bakteri yang dilemahkan. Kelemahan dari vaksin yang dilemahkan adalah kemungkinan untuk bermutasi kembali menjadi virulen sehingga menimbulkan efek yang tidak diinginkan
2. Vaksin mengandung mikroorganisme yang dimatikan beberapa vaksin yang mengandung mikroorganisme yang dimatikan antara lain adalah vaksin rabies, vaksin polio (Salk), vaksin pneumokokus dan vaksin kolera 3. Toksoid merupakan toksin yang telah diinaktifkan atau dimatikan untuk mempertahankan tubuh dari toksin yang dikeluarkan oleh mikroorganisme 4. Vaksin rekombinan Merupakan vaksin yang mengandung fragmen antigenik dari suatu mikroorganisme yang dapat merespon sistem imun. Sebagai contoh, vaksin hepatitis B mengandung bagian protein selubung dari virus hepatitis B yang diproduksi melalui rekayasa genetika oleh sel ragi
5. Vaksin konjugasi vaksin ini dibuat untuk meningkatkan efektivitas vaksin yang terbuat dari komponen polisakarida selubung mikroorganisme. Contoh vaksin konjugasi adalah vaksin DPT dan vaksin MMR 6. Vaksin DNA merupakan vaksin yang mengandung satu gen atau lebih, yang diisolasi dari virus, yang mengkode ekspresi dari protein inti virus atau protein selubung virus. sel hospes yang diimunisasi akan menggunakan DNA yang terdapat dalam vaksin DNA tersebut untuk memproduksi protein virus yang bersifat antigenik
Mekanisme respon imun yag terjadi adalah melalui jalur I dari kompleks histkompatibilitas utama (MHC-I). Molekul MHC-I akan meyajikan fragmen protein virus yang tereksoresi pada permukaan sel, sehingga akan merangsang aktivitas sel-T sitotoksik Sebaliknya respon imun vaksin konvensional melalui mekanisme fagositosis dan diproses melalui sistem MHC-II, sehingga merangsang pembentukan antibodi. Kelemahan dari vaksin DNA adalah DNA rentan terdegradasi setelah disuntikkan ke dalam tubuh sehingga efektivitasnya akan cepat menurun