Administrasi tes Annisa julianti
Bahasan: Pelaksanaan Tes Laporan Pemeriksaan Psikologis Norma Tes Psikologis Validitas Reliabilitas Jenis-jenis Norma Standarisasi Metode Kualitatif & Kuantitatif Faktor Biopsikologis sebagai Determinan Kepribadian
A. Pelaksanaan Tes Administrasi tes adalah urutan penyelenggaraan atau pelaksanaan tes dari awal sampai akhir dengan laporan tertulis secara lengkap. Dalam laporan termasuk interpretasi dan kesimpulan hasil pengetesan, bahkan disertai rekomendasi.
1. Persiapan Administrasi tes pada tes kelompok/klasikal: Menetapkan jumlah subjek yang akan dites Menyiapkan ruangan dan perlengkapan yang dibutuhkan Menyiapkan buku tes dg perlengkapannya
2. Pelaksanaan Subjek masuk ruang tes dan duduk Tester melakukan rapport (sapaan, dan terimakasih) Asisten membagi lembar jawaban dan subjek tulis identitas Identitas telah terisi lalu buku soal dibagikan kepada subjek dalam keadaan tertutup (tidak boleh dibuka)
e. Buku telah diterima, buka halaman pertama. Asisten mengawasi subjek e. Buku telah diterima, buka halaman pertama. Asisten mengawasi subjek. f. Tester membacakan petunjuk tes dengan jelas hingga selesai. Lalu tanyakan, apakah sudah jelas? Apakah ada yang ingin ditanyakan? g. Setelah semua jelas, subjek mengerjakan soal-soal tsb. Stopwatch berjalan. h. Waktu sudah habis, berikan instruksi ‘Stop’.
i. Asisten mengumpulkan lembar jawaban dan buku soal. j i. Asisten mengumpulkan lembar jawaban dan buku soal. j. Satu subtes selesai, istirahat bbrp menit. Teruskan tes berikutnya. k. Jika buku tes terdiri dari bbrp subtes, harus dikerjakan secara berurutan. Lembar jawaban sudah diberikan sebelumnya. l. Jika subjek terdiri dari beberapa kelompok, pekerjaan tes perlu dikelompokkan (dipisah- pisah)
3. Skoring Siapkan kunci jawaban Hasil skoring ditulis di baris tertentu yang telah ada di lembar jawaban. Seluruh hasil penyekoran dimasukkan dalam daftar skor menurut kelompoknya masing- masing Jika ada yang ragu-ragu, perlu dikoreksi ulang Setelah selesai, diproses tahap selanjutnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes: Rapport Membangun hubungan yang baik antara klien dan psikolog. Sangat penting! Dapat meningkatkan skor pengetesan. Keterlibatan ego Siatuasi yang melibatkan kepentingan klien, agar tercipta kerjasama yang baik.
Motivasi Dorongan yang sebaik-baiknya pada klien. Tes kognitif → agar klien berusaha sungguh-sungguh Tes non kognitif → agar klien menjawab sesuai dg keadaannya → tidak ada yg benar/salah
B. Laporan Pemeriksaan Psikologis Laporan pemeriksaan psikologis → sarana untuk mengkomunikasikan data. Hasil interpretasi dari masing-masing data diorganisir dan disistematisir kemudian disimpulkan → menjadi pemahaman mengenai klien yang utuh.
Laporan psikologis atau psychological report harus memenuhi beberapa syarat: Kejelasan laporan (clarify of the report) Gunakan istilah dan kalimat yang mudah dipahami Laporan secukupnya yang penting jelas Relevan dengan tujuannya (relevance to goal) Sesuai dengan tujuannya → untuk klasifikasi gangguan, untuk mendeskripsikan klien dsb
Kemanfaatan laporan (usefulness of report) Manfaat tdk hanya utk klien, namun jg utk perkembangan ilmu, kesejahteraan manusia, pendidikan, industri, dsb. Sebab laporan psikologis tdk mempunyai nilai praktis: Informasi yang disajikan terlalu sedikit Pernyataan-pernyataan yang dipakai tidak tepat.
Format Laporan Psikologis (Groth-Marnat, 2010) Tidak ada format laporan tunggal yang disepakati namun setiap laporan harus mengintegrasikan informasi lama dan perspektif baru dan unik ttg klien. Isi dari laporan psikologis, sbb: Informasi lama mengenai informasi pengidentifikasi (nama, tanggal lahir, dll), pertanyaan rujukan, riwayat yang relevan. Informasi baru mengenai hasil-hasil asesmen, kesan-kesan, rangkuman/kesimpulan, dan rekomendasi Dibagian atas laporan, harus menyebutkan ttg kerahasiaan dg menuliskan “Evaluasi Psikologis Rahasia”.
Nama: Umur (tanggal lahir): Jenis Kelamin: Etnis: Tanggal Laporan: Nama Pemeriksa: Dirujuk oleh: Pertanyaan Rujukan Prosedur Evaluasi Observasi Perilaku Informasi Latar Belakang (riwayat yang relevan) Hasil-hasil Tes Kesan-kesan dan Interpretasi Rangkuman dan Rekomendasi
I. Pertanyaan Rujukan Memberikan deskripsi singkat tentang klien dan sebuah pernyataan tentang alasan umum untuk melaksanakan evaluasi psikologis. Secara khusus, bagian ini memasukkan sebuah deskripsi singkat tentang masalahnya.
II. Prosedur Evaluasi Menyebutkan tes-tes yang akan diberikan dan prosedur-prosedur evaluasi lainnya, tetapi tidak termasuk hasil-hasil tesnya.
III. Observasi Perilaku Deskripsi tentang perilaku klien dapat memberikan insight tentang masalahnya dan bisa menjadi sumber data. Observasi berhubungan dengan penampilan klien, observasi perilaku secara umum, atau interaksi antara pemeriksa- klien.
IV. Informasi Latar Belakang (riwayat yang relevan) Berisi aspek-aspek riwayat yang relevan dengan masalah yang dihadapinya dan interpretasi hasil- hasil tes. Informasi latar belakang dibuat seringkas mungkin. Riwayat pribadi klien bisa termasuk informasi dari masa bayi, masa kanak- kanak, remaja, dan dewasa
V. Hasil-hasil Tes Skor tes tidak perlu diperinci, kecuali laporan psikologis diberikan untuk kalangan yang memang paham akan skor-skor dalam hasil tes.
VI. Kesan-kesan dan Interpretasi Bagian ini sering disebut dengan ‘Diskusi’ Sebagai bagian utama dari laporan Isi: temuan-temuan evaluasi disuguhkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis yang terintegrasi Disusun berdasarkan pada pengintegrasian data tes, observasi perilaku, riawayat yang relevan , dan data lain yang tersedia
Kesimpulan dan diskusi dapat berkaitan dengan bidang lainnya seperti kekuatan dan kelemahan kognitif, kesulitan emosional, konsep disi, coping style, hubungan interpersonal, dan kekuatan- kekuatan klien.
VII. Rangkuman dan Rekomendasi Bagian rangkuman adalah untuk menyatakan kembali secara ringkas temuan-temuan dan kesimpulan-kesimpulan pokok laporan. Dipilih bahasan yang paling penting. Disarankan berdasarkan pada pertanyaan- pertanyaan rujukan dengan memberikan jawaban- jawaban singkat bernomor sesuai dengan pertanyaan rujukan (jika bernomor).
Bagian rekomendasi merupakan tujuan praktis pokok laporan karena menyebutkan langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalahnya. Harus memahami jelas masalahnya, alternatif-alternatif terbaik untuk menyelesaikan masalah, dan sumber daya yang tersedia di masyarakat. Contoh laporan
C. Norma Tes Psikologis Syarat tes yang baik: Validitas Reliabilitas Jenis-jenis Norma Standarisasi
1. Validitas Valid dapat diartikan sebagai kesahihan atau keabsahan Tes harus benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Valid = mampu mengukur apa yang mau diukur
Suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya Contoh: hendak mengukur kecemasan, maka alat ukur kecemasan yang valid adalah yang benar-benar dapat mengungkap kecemasan yang dialami oleh individu.
2. Reliabilitas Keajegan, konsisten, keterandalan, kepercayaan. Reliabel yaitu sejauhmana hasil suatu pengukuran itu dapat dipercaya Suatu tes yang baik harus memiliki reliabilitas yang tinggi Ingin mengukur panjang meja, bagaimana?
Panjang meja akan diukur dengan menggunakan jengkal tangan, maka hasil pengukuran bisa valid tetapi tidak reliabel. Mengukur panjang dengan menggunakan meteran maka hasil pengukurannya valid dan reliabel. Oleh karena itu dalam alat ukur harus memenuhi syarat valid dan reliabel.
Test-retest Reliability Mengulang tes yang sama, pada orang yang sama, di kesempatan yang berbeda Kesalahan/eror bisa terjadi dari kondisi tes yang tidak terkontrol, mis: cuaca, kebisingan, kecemasan Menunjukkan sejauhmana skor tes dapat digeneralisasikan untuk berbagai kesempatan yang berbeda
3. jenis-jenis Norma Norma adalah penyebaran skor-skor dari suatu kelompok yang digunakan sebagai patokan untuk memberi makna pada skor- skor individu. Skor yang diperoleh itu memberikan suatu dasar untuk melakukan interpretasi skor individu yang satu dengan yang lain.
Jenis Norma Norma perkembangan Norma kelompok Nilai rata-rata yang diperoleh kelompok umur tertentu Norma kelompok Skor subjek dibandingkan dengan skor kelompok. Cth: tes IST (raw score ditransformasikan ke dalam scale score)
Standard score (Z-score) Skala ordinal Norma yang digunakan untuk mengidentifikasi tahap yang dicapai dalam perkembangan fungsi- fungsi perilaku tertentu Norma persentil Norma yang menggambarkan posisi relatif seseorang dalam sampel standarisasi Standard score (Z-score) Skor yang mengungkapkan jarak individu dari nilai rata-rata (mean) dalam suatu simpang baku/standar deviasi (SD)
4. Standarisasi Test yang baik haruslah yang sudah distandartkan (dibakukan) Tujuan: agar setiap testee mendapat perlakuan yang benar-benar sama Hal-hal yang perlu distandarisasi yaitu: Materi tes Penyelenggaraan tes Skoring tes Interpretasi hasil tes
Instruksi lisan seperti: Diperlukan keseragaman yang meliputi jumlah materi yang digunakan, batas waktu, instruksi-instruksi lisan. Instruksi lisan seperti: Isi instruksi (cara penyampaian) Perubahan suara Jeda waktu Ekspresi wajah Cara menjawab soal test
D. Metode Kualitatif & Kuantitatif Dalam psikodiagnostik, metode kualitatif dan kuantitatif dapat digunakan bersama, saling melengkapi. Data kuantitatif berupa angka. Skor IQ, skor tes prestasi dsb Data kualitatif berupa informasi-informasi kategorisasi, dalam pernyataan-pernyataan semantik (kalimat- kalimat). Nilai tesnya sangat tinggi, baik, atau kurang. Aspek-aspek lain yang memengaruhi data kuantitatif
Kualitatif Kuantitatif Metode kualitatif, subjek diikutsertakan, misalnya tes WAIS, subjek mendapatkan nilai rendah pada subtes aritmatika, maka dalam pemeriksaan kualitatif, muncul pertanyaan, “mengapa ia mendapat skor rendah dalam aritmatik?” Metode kualitatif mempunyai sifat probing, yaitu selalu dipertanyakan mengapa dan bagaimana. Kualitatif memberi banyak kemungkinan, disebut sifat polivalensi. Dalam metode kuantitatif, misalnya tes kecerdasan, subjek tidak diikutsertakan, hanya hasil skor yang dilihat. Metode kuantitatif, hanya memperhatikan benar atau salah, cukup atau tidak prestasi seseorang. Kuantitatif hanya mengenal satu kemungkinan, disebut sifat monovalensi.
Kedua metode tersebut merupakan satu kesatuan, karena dalam psikodiagnostik pada hakikatnya menuju diagnostik kepribadian, karena manusia merupakan suatu kesatuan. Mengukur kecerdasan tidak hanya sekedar angka saja.
E. Faktor Biopsikologis sebagai Determinan Kepribadian Faktor biopsikologis adalah faktor-faktor internal manusia yang berupa sistem-sistem organis jasmaniah dan neurofisiologis, serta sistem-sistem fungsional kejiwaan, sebagai penentu atau determinan internal kepribadian, yang kemudian berinteraksi dengan faktor-faktor eksternal, yaitu lingkungan, sehingga terbentuklah tingkah laku individu yang kemudian secara teknis disebut kepribadian.
Sekian terima kasih