Welcome in Our Presentation GOOD BEHAVIOR (Akhlak Terpuji) – Taubat dan Raja’ Group 2
Edo Maulana Taris PUTERA Member in Group 2: Edo Maulana Taris PUTERA MulIA ASRI HASTARI Arbi Rifaul Khusna Lukman Nulhakim Valian Fil Ahli
Taubat dan Raja’ Pengertian Taubat TAUBAT Taubat secara etimologis/bahasa dari kata taba (fi’il madhi), yatubu (fi’il mudhari’), taubatan (mashdar) yang berarti “kembali” atau “pulang”. Adapun secara terminologis/menurut makna syari’ taubat berarti kembali dari dosa. Dengan kata lain: Taubat adalah meminta ampun kepada Allah atas segala perbuatan tercela/dosa yang telah dilakukan dan berupaya sekuat hati untuk tidak akan mengulangi perbuatan tercela tersebut.
Macam-macam taubat Antara lain: Taubat umum adalah taubat dari maksiat, yaitu taubat orang-orang yang bermaksiat. Taubat khusus adalah taubat dari taubat umum, taubat ini adalah taubatnya para Nabi terdahulu. Taubat paling khusus adalah taubat dari perhatian terhadap selain Allah swt, ini adalah taubatnya Rasulullah saw dan Ahlul bait (sa).
Syarat-syarat taubat Menyesal atas segala perbuatan dosa yang pernah dilakukan. Mensucikan diri dari perbuatan maksiat yang sudah dilakukan. Karena tidak ada artinya bertaubat jika dosa masih terus dikerjakan. Bertekad dengan sungguh-sungguh bahawa tidak akan mengulanginya lagi, selama hayat dikandung badan, sampai mengucapkan selamat tinggal pada dunia yang fana ini.
Syarat diterimanya Taubat Ikhlas. Artinya, taubat pelaku dosa harus ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena lainnya. Menyesali dosa yang telah diperbuatnya. Meninggalkan sama sekali maksiat yang telah dilakukannya. Tidak mengulangi. Artinya, seorang muslim harus bertekad tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut. Istighfar. Yaitu memohon ampun kepada Allah atas dosa yang dilakukan terhadap hakNya. Memenuhi hak bagi orang-orang yang berhak, atau mereka melepaskan haknya tersebut. Waktu diterimanya taubat itu dilakukan di saat hidupnya, sebelum tiba ajalnya. Sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam : “Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seorang hambaNya selama belum tercabut nyawanya.” (HR. At-Tirmidzi, hasan).
Kriteria Orang yang bertaubat sesudah melakukan kesalahan. Orang ini diampuni dosanya Tobat seseorang ketika hampir mati atau sekarat. Tobat semacam ini sudah tidak dapat diterima Tobat nasuha atau tobat yang sebenar-benarnya. Tobat nasuha adalah tobat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh atau semurni- murninya. Tobat semacam inilah yang dinilai paling tinggi. Untuk bisa dinyatakan sebagai tobat nasuha, seseorang harus memenuhi tiga syarat sebagai berikut : 1) Harus menghentikan perbuatan dosanya 2) Harus menyesalai perbuatannya 3) Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi.
3 Tahapan Taubat Tahapan Taubat Dalam bertaubat, ada tiga tahapan, yaitu: Tahap pertama yaitu berpaling dari dosa karena takut kepada Allah SWT. Tahapan seperti ini merupakan tahapan orang mukmin biasa. Kedua yaitu inabat, yaitu taubat karena ingin mendapat balasan atau pahala dari Allah SWT, Inabat merupakan tahapan para wali dan yang diridhai Allah SWT. Ketiga yaitu aubat, aubat adalah taubat karena mematuhi perintah allah SWT, bukan karena menginginkan pahala atau takut kepada Allah SWT. Aubat merupakan tahapan para nabi dan rasul.
Hukum taubat adalah wajib bagi setip muslim atau muslimah yang sudah mukallaf (balig dan berakal). Allah SWT berfirman: وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ “Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman. Supaya kamu beruntung”. (QS. An-nur 24:31) Adapun hikmah dan manfaat yang diperoleh dari taubat itu antara lain: dosanya diampuni, memperolah rahmat Allah, dan bimbingan untuk masuk surga. Allah SWT berfirman: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ يَوْمَ لاَ يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ “Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga”. (Q.S At-Tahrim, 66 : 8)
Dari sini dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa taubat merupakan perintah Allah yang menjadi kewajiban seluruh kaum muslimin, meskipun mereka tidak berbuat maksiat, apalagi yang telah berbuat maksiat kepada Allah. Karena ternyata Allah SWT memberikan predikat dzolim, kepada mereka yang tidak mau bertaubat, sebagaimana yang Allah firmankan, وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ "Dan barang siapa yang tidak mau bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzolim" (QS. Al-Hujurat/ 49: 11).
Raja’ Pengertian Raja’ Raja’ berarti harapan. Maksudnya adalah mengharap ridha Allah SWT. Raja’ termasuk akhlak yang terpuji yaitu suatu akhlak yang dapat berguna untuk mempertebal iman dan taqwa kepada Allah SWT. Dengan kata lain: Raja' berarti mengharapkan sesuatu dari Allah SWT. Ketika berdo’a maka kita harus penuh harap bahwa do’a kita akan dikabul oleh Allah SWT.
Peranan raja’ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: "Ketahuilah sesungguhnya penggerak hati menuju Allah 'azza wa jalla ada tiga: Al-Mahabbah (cinta), Al-Khauf (takut) dan Ar-Rajaa' (harap). Yang terkuat di antara ketiganya adalah mahabbah. Sebab rasa cinta itulah yang menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu dikarenakan kecintaan adalah sesuatu yang diharapkan terus ada ketika di dunia maupun di akhirat. Berbeda dengan takut. Rasa takut itu nanti akan lenyap di akhirat (bagi orang yang masuk surga, pent). Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Ketahuilah, sesungguhnya para wali Allah itu tidak ada rasa takut dan sedih yang akan menyertai mereka." (QS. Yunus: 62) Sedangkan rasa takut yang diharapkan adalah yang bisa menahan dan mencegah supaya (hamba) tidak melenceng dari jalan kebenaran.
Ciri-ciri Raja’ Dalam berusaha (ikhtiar) seseorang akan mengawali dengan niat yang baik, yaitu karena Allah swt Senantiasa berpikir positif dan dinamis, memiliki pengharapan yang baik bahwa usahanya akan berhasil, serta berani menghadapi resiko yang menghadang Munculnya sifat ulet, pantang menyerah dalam menghadapi cobaan sehingga akan menjadikannya mampu berpikir kritis Selalu bertawakal kepada Allah setelah usaha yang dilakukan. Ia sadar bahwa kewajiban manusia hanya berusaha dari Allah yang menentukan Tidak lekas merasa puas atas apa yang diraih dan selalu berusaha meningkatkan diri Jika ia menjadi orang yang berhasil, akan menyadari bahwa segala keberhasilannya berkat karunia Allah, ia tidak lupa untuk menafkahkan sebagian hasil jerih payahnya untuk beramal dan membantu mereka yang membutuhkan
Seorang yang beriman kepada Allah SWT tentunya memiliki sifat raja’ Seorang yang beriman kepada Allah SWT tentunya memiliki sifat raja’. Dengan sifat raja’ tersebut maka akan tercermin suatu sikap yang khusnudzon, berhaluan maju, dan berpikir yang islami. Khusnudzon adalah sifat yang terpuji yaitu sifat yang menunjukkan prasangka yang baik. Seseorang yang bersifat raja’ akan selalu berprasangka baik terhadap Allah SWT, selalu optimis dalam hidup guna meningkatkan kualitas hidup, berusaha sekuat tenaga untuk meraih yang diinginkan, masalah hasil diserahkan kepada Allah SWT Berhaluan maju artinya dalam hidup dan kehidupan seorang muslim selalu dinamis, terus menerus dan sungguh-sungguh dalam meningkatkan dan mengaktualkan kualitas diri. Kebalikan dari sifat berhaluan maju ialah berhaluan mundur yaitu suatu sifat yang tercela dan menghambat dalam kemajuan dan sangat merugikan. Seseorang yang berhaluan mundur tidak kompetitif, sehingga yang ada adalah kemalasan yang menyebabkan tidak berkualitas.
Alloh SWT telah berfirman di dalam surat Al-Mu'min ayat : 60 : Berfikir yang Islami adalah suatu sifat yang sehat dan terpuji, tajam dalam analisa dan berusaha untuk menunjukkan kesalahan dan kekurangannya sesuai dengan Al Qur’an dan sunnah. Dengan berpikir yang islami maka akan sangat terjauhkan dari hal-hal yang bersifat kasar, menyakitkan hati, tempramen, mendengki dan bermusuh-musuhan. Alloh SWT telah berfirman di dalam surat Al-Mu'min ayat : 60 : وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ Dan alloh berfirman "Berdo'alah kepadaku, niscaya akan kuperkenankan bagimu semua"
Contoh Prilaku Raja’ Bekerja dengan mengharap rida Allah atas penghasilan yang ia dapat Bersedekah dengan mengharap rida Allah Membantu orang lain tanpa pamrih dan hanya mengharap rida Allah
Manfaat dan Hikmah Memperoleh keridaan Allah Terhindar dari perbuatan dosa Mendapatkan kepuasan hidup Mendekatkan diri kita pada Allah S.W.T Sarana penyelesaian persoalan hidup Memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
Daftar Pustaka Al-Qur’an https://mihwanuddin.wordpress.com/2011/09/13/pengertian-taubat-dan-raja http://paismansammbvii.blogspot.com/2010/07/membiasakan-perilaku-terpuji- taubat-dan.html http://hbis.wordpress.com/2007/11/23/tobat-dan-raja%E2%80%99/ http://pai-smansa.blogspot.com/2011/09/taubat-raja.html http://www.slideshare.net/AnggitaLestari/taubat-dan-raja http://rikzamaulan.blogspot.com/2009/05/senantiasa-memperbaharuii- taubat.html http://izinkanakumemenuhipanggilanmu.blogspot.com/2012/07/doa-itu-bukan- permohonan-namun-unkapan.html
KETERANGAN Edo Maulana Taris PUTERA - Editor MulIA ASRI HASTARI – Pencari Sumber Arbi Rifaul Khusna – PeNCARI SUMBER Lukman Nulhakim – PENCARI SUMBER Valian Fil Ahli - EDITOR