KEDARURATAN HIPERTENSI DINI FITRI LAILATUS RINA SURYADI TIO
Definisi Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commite on Detection, Evaluation and of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal, tinggi, sampai hipertensi maligna.
Krisis hipertensi atau hipertensi darurat adalah suatu kondisi dimana diperlukan penurunan tekanan darah dengan segera (tidak selalu diturunkan dalam batas normal), untuk mencegah atau membatasi kerusakan organ.( Mansjoer:522 ) Kedaruratan hipertesi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak terkontrol atau mereka yang tiba-tiba menghentikan penobatan.( Brunner & Suddarth:908 ). Krisis Hipertensi adalah keadaan yang sangat berbahaya, karena terjadi kenaikan tekanan darah yang tinggi dan cepat dalam waktu singkat. Biasanya tekanan diastolik lebih atau sama dengan 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam, disertai dengan gangguan fungsi jantung, ginjal dan otak serta retinopati tingkat III – IV menurut Keith-Wagner (KW).
Klasifikasi Hipertensi Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg Stadium 1 (Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg Stadium 2 (Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg Stadium 3 (Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg Stadium 4 (Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 Hg atau lebih
Jenis Hipertensi krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2 jenis : Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak, jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari 180/120mmHg, tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ atas yang sudah nyata timbul. Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi belum ada gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan menit, tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.
Etiologi Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada kerusakan organ target yang progresif. Faktor Resiko Krisis Hipertensi Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat. Kehamilan Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal. Pengguna NAPZA Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala, penyakit vaskular/ kolagen)
MANIFESTASI KLINIS Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya. Gambaran klinik hipertensi darurat : Tekanan darah Funduskopi Status neurologi Jantung Ginjal Gastrointestinal >220/140 mmHg Perdarahan, eksudat, edema papilla Sakit kepala, kacau, gangguan kesadaran, kejang. Denyut jelas, membesar, dekompensasi, oliguria Uremia, proteinuria Mual, muntah
Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target serta faktor risiko lain seperti merokok,dislipidemia dan diabetes melitus. (Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali (Anggraini, Waren, et. al, 2009).
Patofisiologi HIPERTENSI Peningkatan afterload Aterosklerosis Peningkatan tekanan dinding ventrikel Sclerosis koroner Hipertrofi ventrikel kiri Hipo sistole Peningkatan kerja jantung Penurunan stroke volume Penurunan suplai oksigen miokard Dekompresi kordis Iskemia miokard Peningkatan kebutuhan oksigan miokard kardiomegali Calcium influk berlebihan Congestive heart failure Penyakit jantung iskemi
Epidemiologi Hipertensi merupakan penyakit yang lazim, tapi gawat darurat pada hipertensi jarang terjadi , ini akibat dari perbaikan dalam terapi obat yang telah dipertahankan (maintenance drug therapy). Dari populasi hipertensi (HT), ditaksir 70% menderita HT ringan, 20% HT sedang dan 10% HT berat. Pada setiap jenis HT ini dapat timbul krisis hipertensi dimana tekanan darah diastolik sangat meningkat sampai 120-130 mmHg yang merupakan suatu kegawatan medik dan memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Angka kejadian krisis HT menurut laporan dari hasil penelitian decade lalu dinegara maju berkisar 2-7% dari polulasi HT, terutama pada usia 40-60 tahun dengan pengobatan yang tidak teratur selama 2-10 tahuun. Angka ini menjadi lebih rendah lagi dalam 10 tahun belakangan ini karena kemajuan dalam pengobatan HT, seperti di Amerika hanya lebih kurang 1% dari 60 juta penduduk yang menderita hipertensi. Di Indonesia belum ada laporan tentang angka kejadian ini.
Komplikasi Gagal Jantung Kiri Akut Deseksi Aorta Anerisma Akut Ensefalopati Hipertensi Feokromositoma Toksemia Gravidarum Perdarahan Intrakranial
Penatalaksanaan Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita. Medikasi yang diberikan sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian dengan ABCD Airway yakinkan kepatenan jalan napas berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal) jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera ke ICU 2. Breating kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk mempertahankan saturasi >92%. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-valve-mask ventilation Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2 Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan Lakukan pemeriksan system pernapasan Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan kongesti paru.
Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3 3. Circulation Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop Kaji peningkatan JVP Monitoring tekanan darah Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan: Sinus tachikardi Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3 Right bundle branch block (RBBB) Right axis deviation (RAD) Lakukan IV akses dekstrose 5% Pasang Kateter Lakukan pemeriksaan darah lengkap Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid,Nitroprusid 4. Disability kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU.
5. Exposure selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik lainnya. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik B. Pengkajian Fisik Aktivitas / istirahat Gejala : Kelemahan Letih Napas pendek Gaya hidup monoton Tanda : Frekuensi jantung meningkat Perubahan irama jantung Takipnea Sirkulasi Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD Nadi : denyutan jelas Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia Bunyi jantung : murmur Distensi vena jugularis Ekstermitas “Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi perifer), pengisian kapiler mungkin lambat”. Integritas Ego Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan ). Letupan suasana hati Gelisah Penyempitan kontinue perhatian Tangisan yang meledak otot muka tegang ( khususnya sekitar mata ) Peningkatan pola bicara
Eliminasi Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal ) Makanan / Cairan. Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol. Mual Muntah Riwayat penggunaan diuretic Tanda : BB normal atau obesitas Edema Kongesti vena Peningkatan JVP Glikosuria Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing / pening, sakit kepala Episode kebas Kelemahan pada satu sisi tubuh Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia ) Episode epistaksis Tanda : Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan ) Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman Perubahan retinal optic Nyeri/ketidaknyamanan Nyeri Sakit Hilang timbul pada tungkai Sakit kepala oksipital berat Nyeri abdomen
Pernapasan Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas Takipnea Ortopnea Dispnea nocturnal proksimal Batuk dengan atau tanpa sputum Riwayat merokok Tanda : Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi ) Sianosis
Keamanan Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan Tanda Episode parestesia unilateral transien Pembelajaran / Penyuluhan Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain Penggunaan obat / alcohol
Diagnosa Keperawatan Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload. Vasokontriksi,iskemi miokard, hipertrofi/rigiditas ventrikel Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketiakseimbangan anatara suplai dan kebutuhan O2 Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan peningkatan tekanan vaskuler serebral “Resiko tinggi terhadap injuri atau trauma fisik b.d pandangan kabur,rupture pembuluh darah otak, epistaksis” Perubahan nutrisi (lebih dari kebutuhan tubuh ) b.d kelebihan asupan makanan, gaya hidup, kebiasaan, atau budaya.
Perencanaan No Dx Tujuan umum Tujuan khusus Intervensi Rasional 1 Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individual yang dapat diterima, irama jantung dan denyut jantung dalam batas normal. Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam. Dengan Kriteria hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil Monitoring TD, ukur pada kedua ekstermitas baik lengan maupun kaki pada awal evaluasi, gunakan ukuran manset dan cara pengukuran yang tepat ukur denyutan sentral dan perifer Auskultasi suara napas dan bunyi jantung Observasi warna kulit, kelembapan, suhu kulit, dan waktu pengisian kembali kapiler. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, batasi jumlah pengunjang. 1 - 4. Peningkatan tekanan darah meningkatkan preload dan beban kerja jantung. Terdengar bunyi ‘ crakles’, di basal paru mengidikasikan kongesti pulmonal, akibat peningkatan tekanan jantung sisi kiri, terdengarnya BJ3 atau BJ$ gallop’s akibat dari penurunan pengembangan ventrikel kiri. 5. Lingkungan nyaman dan pembatasan aktivitas menurunkan konsumsi oksigen miokard.
2 pertahankan pembatasan aktivitas, membuat jadwal terapi untuk klien Bantu klien memenuhi perawatan dirinya, sesuai kebutuhan Berikan diet rendah garam dan pembatasan cairan. observasi intake dan output pada klien Kolaborasi pemberian terapi obat sesuai indikasi 6-9. diet rendah garam dan pembatasan cairan mencegah peningkatan volume cairan ekstravaskuler yang dapat meningkatkan tekanan darah. 10. untuk menurunkun tekanan darah pada klien 2 Mampu beraktivitas tanpa adanya keluhan. Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam Dengan Kriteria hasil : Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hari Menunjukkan penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas Kaji respon klien terhadap aktivitas dan catat : denyut nadi (denyut jantung aktivitas ≤ 20bpm dan denyut jantung istirahat) ; catat tekanan darah pasca aktivitas (sistolik meningkatkan 40 mmHg dan diastolic meningkatkan 20 mmHg) ; keluhan sesak nafas, nyeri dada, keletihan yang sangar, diaphoresis, pusing atau syncope Anjurkan klien menggunakan teknik penghematan tenaga saat beraktivitas, seperti personal hygiens,melakukan aktivitas secara bertahap. 1. Tanda dan gejala tersebut mengindikasikan penurunan curah jantung dan perfusi jaringan akibat peningkatan preload dan afterload ventrikasi kiri.
2.Penghematan energy mengurangi penggunaan oksigen pada miokard. 3 Mengurangi nyeri dan menurunkan tekanan pembuluh darah otak Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam. Dengan Kriteria hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala Pasien tampak nyaman TTV dalam batas normal Pertahankan bed rest selama fase akut. Berikan tindakan kenyamanan untuk mengurangi sakit kepala seperti masase punggung dan leher, elevasi kepala, kompres hangat di dahi atau leher, teknik relaksasi, meditasi, dan aktivitas diversional. Kurangi aktivitas yang merangsang aktivitas simpatis yang makin memperberat sakit kepala seperti batuk lama, ketegalasingan saat defekasi. Bantu klien saat ambulasi. Kolaborasi pemberian terapi - Analgetik - Diazepam - Pemeriksaan fundus mata 1 – 4. Bed rest adekuat dan tindakan kenyamanan membantu merelaksaksikan otot dan menurunkan kecemasan. 5. Mengurangi rasa nyeri pada kepala Menurunkan kecemasan dan membantu untuk tidur Menilai ada atau tidaknya komplikasi pada mata (retina)
4. Berat badan dalam batas normal atau ideal, klien mampu mengubah pola makan, gaya hidup, dan pola olahraga Klien mampu mempertahankan berat badanya dalam peratan 3 x 24 jam Dengan kriteri hasil : Asupan pola makan terkontrol Nafsu makan stabil Bantu klien memahami hubungan antara hipertensi dan obesitas. Diskusikan manfaat penurunan asupan kalori dan pembatasan asupan garam, lemak, serta gula atau kalori. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. Mal – diet menyebabkan obesitas, hipertensi, dan memicu serangan jantung Mengidentifikasi kekuatan / kelemahan dalam program diet terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk penyesuain.
Referensi Juni,wajan.2010. keperawatan kardiovaskuler .jakarta.salemba medika. Gray,huon,dkk.2005.lecture notes kardiologi.Jakarta.Erlangga Dewi, sofia dan Digi Familia (2010). Hidup bahagia dengan Hipertensi. A “ Plus Book , Yogyakarta Kapita selekta kedokteran, seditor Mansjoer Arif edisi 3, Jakarta : 2010 Doengoes, M.E 2000. Rencana asuhan keperawatan dabn Dokumentasi Keperawatan Edisi 3. EGC. Jakarta