MANAJEMEN NYERI FARMAKOLOGIS PERTEMUAN 3 Dr. Widaningsih, S.Kp., M.Kep Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen nyeri farmakologis: Tahapan Pemberian Antinyeri Manajemen Nyeri Farmakologis pada Nyeri Ringan Manajemen Nyeri Farmakologis pada Nyeri Sedang Manajemen Nyeri Farmakologis pada Nyeri Hebat Manajemen Nyeri Farmakologis pada Nyeri Neuropati
MANAJEMEN NYERI Intervensi Farmakologis Intervensi Non Farmakologis
INTERVENSI FARMAKOLOGIS TAHAPAN PEMBERIAN ANTI NYERI
Nyeri Ringan Aspirin, dosis 2400-3600 mg/hari diberikan dalam 4-6kali. Hati-hati terhadap riwayat perdarahan lambung. Paracetamol, dosis 2000-4000 mg/hari, diberikan 4-6kali/hari. Overdosis dapat mengakibatkan kerusakan hati. Ibuprofen, 1200-1600 (max 2400)mg/hari, diberikan 3-4kali/hari. Perhatikan adanya riwyat maag/iritasi lambung
Nyeri Sedang Codeine dan aspirin (Codis), 325/30, aktif 4-6 jam. Efek samping mengantuk, kosntipasi dan mual. Codeine dan parasetamol (Paracodol), 500/8, 500/30, aktif 4-6 jam. Efek samping konstipasi, mengantuk, pusing. Codeine, 30-240, aktif 4-6 jam. Efek samping konstipasi dan depresi pusat batuk. Dihydrocodeine (DF118)
Nyeri Hebat Mulai dengan opioid yang lebih kuat, mungkin dengan adjuvan: Dextropropoxyphene (Doloxene) Pentazocine (Sosend)
Nyeri Neuropati Hampir sebagian besar nyeri neuropatik tidak berespon terhadap NSAID dan analgesik opioid Terapi utamanya : the tricyclic antidepressants (TCA's), the anticonvulsants and the systemic local anesthetics. Agen farmakologi yang lain : corticosteroids, topical therapy with substance P depletors, autonomic drugs and NMDA receptor antagonists Contoh obat baru : pregabalin (Lyrica) dari Pfizer untuk nyeri neuropati
ASETOSAL Memiliki aktivitas analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi Memiliki efek antiplatelet sehingga dapat mencegah pembekuan darah. Sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan gangguan pembekuan darah (misalnya hemofili), sirosis hati, trombositopenia, atau pada pasca operasi. Sebaiknya jangan diminum ketika lambung kosong. Tidak direkomendasikan bagi pasien yang memiliki riwayat gangguan lambung. Dapat menyebabkan Reye’s syndrome (suatu gangguan serius pada sistem hepatik dan susunan saraf pusat), sebaiknya tidak digunakan pada anak-anak di bawah 12 tahun. Sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan riwayat alergi (rinitis, urtikaria, asma, anafilaksis, dll). Aspirin sebaiknya tidak digunakan pada wanita hamil karena dapat memperpanjang waktu kelahiran dan meningkatkan resiko pendarahan pasca kelahiran (post-partum). Contoh : asam asetilsalisilat, Aspirin
Asetaminophen Memiliki khasiat analgetik dan antipiretik yang baik Memblok nyeri ke pusat nyeri, efektif untuk inflamasi, baik untuk pasien yang alergi terhadap aspirin dan yang mengalami masalah grastointestinal. Biasa diberikan mulai dosis ringan (nyeri ringan) Pada dosis besar (6-12 g) dapat menyebabkan kerusakan hati Pada dosis terapinya, merupakan pilihan yang aman bagi banyak kondisi kesehatan, temasuk untuk anak-anak dan ibu hamil/menyusui. Contoh : Parasetamol
ASAM MEFENAMAT Memiliki khasiat analgetik, antipiretik dan anti-inflamasi yang cukup, tapi tidak lebih kuat daripada asetosal. Bersifat asam, dapat menyebabkan gangguan lambung. Sebaiknya jangan diminum pada saat perut kosong, atau pada pasien dengan riwayat gangguan saluran cerna/lambung Banyak menyebabkan efek samping : diare, trombositopenia, anemia hemolitik, dan ruam kulit Tidak direkomendasikan untuk penggunaan pada anak-anak dan wanita hamil Sebaiknya tidak digunakan dalam jangka waktu lebih dari seminggu, dan pada pemakaian lama perlu dilakukan pemeriksaan darah.
OPIOID Diberikan untuk nyeri yang akut yang berat dan sebagai pain control Efek samping: Sedasi, somnolen, eforia, gerakan yang tidak terkontrol, hipotensi, bradikardi, syok, nausea, vomitus, konstipasi, trombositopenia, depresi pusat nafas, pruritus, kulit seperti terbakar. Contoh : Morfin, Kodein, Petidin, Tramadol, Fentanil
TERIMA KASIH