Ergonomi kompleksitas sedang (lanjutan) OSKAR JUDIANTO SSn. MM. MDs. PERTEMUAN 12 OSKAR JUDIANTO SSn. MM. MDs. DESAIN PRODUK - FDIK
PRLM - Saat kebutuhan bersepeda meningkat, banyak pesepeda melakukan upgrade dengan komponen suku cadang yang lebih baik. Bahkan, terkadang, uang yang dikeluarkan sangat banyak, tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Banyak pesepeda yang melewatkan ergonomi sepeda saat melakukan upgrade. Padahal, bisa jadi upgrade yang dilakukan pada komponen yang bersentuhan dengan badan (kokpit) tidak perlu mengeluarkan biaya besar, tetapi efektif dalam mengurangi ketidaknyamanan dan meningkatkan kecepatan atau mengurangi kelelahan. Saat berkendara, pesepeda menyentuh sepedanya pada tiga titik, yaitu sadel, grip, dan pedal. Posisi ketiga komponen ini ditopang oleh komponen lainnya akan memberikan posisi badan yang berbeda.
Dibandingkan dengan upgrade pada komponen mekanis seperti transmisi, roda, atau rem, penyesuaian pada komponen-komponen tadi lebih sulit karena menyangkut postur pengendaranya. Perlu sedikit pemahaman ergonomi untuk memilih kokpit yang tepat. Penyesuaian pertama dilakukan dengan memilih ukuran frame (rangka sepeda) yang tepat. Ukuran rangka yang dijual ditandai sesuai dengan panjang batang jok dari bottom bracket ke ujung atas batang jok (seatpost).
Secara perhitungan, ukuran rangka ditentukan oleh panjang kaki dari selangkangan hingga permukaan tanah yang disebut inseam. Ukuran rangka diukur dengan mengalikan inseam dengan angka 0,65 untuk sepeda balap dan angka itu dikurangi 4 inci atau setara 10 cm untuk sepeda gunung. Produsen sepeda sudah menghitung proporsi jarak lain seperti panjang batang atas terhadap ukuran rangka sehingga ukuran rangka yang tepat bisa menjadi dasar penyesuaian ergonomi sepeda.
Kompleksitas sedang Kenyamanan sadel dan setang Hal yang kedua adalah penyesuaian tinggi sadel. Sadel yang terlalu rendah akan membebani lutut yang dipaksa mengeluarkan tenaga saat posisinya sedang membengkok. Sadel yang terlalu tinggi akan melelahkan karena panggul akan dipaksa bergoyang ke kiri dan kanan mengikuti irama kayuhan. Penyetelan tinggi sadel dilakukan dengan menaikkan sadel setinggi mungkin dengan tumit kaki menjejak ke pedal. Ini akan memberikan sudut lutut yang tepat saat kaki mengayuh pada posisi yang benar, yaitu di bagian bawah metatarsal atau di belakang jari kaki, tempat jari kaki menekuk saat berjalan.
Untuk beberapa jenis sepeda seperti downhill, dirt jump, BMX, atau trials, hal ini memang tidak berlaku karena sepeda jenis itu tidak didesain untuk ditenagai dari posisi duduk. Untuk sepeda jenis ini, sadel diposisikan rendah untuk menurunkan titik berat. Setelah tinggi sadel disesuaikan, berikutnya adalah menyesuaikan jarak sadel dan setang. Pada umumnya, posisi setang diukur berjarak sehasta dari ujung depan sadel. Ini akan memberikan panjang yang sesuai bagi pengendara sepeda. Ketinggian setang terhadap sadel dimulai dari posisi sejajar sadel. Tinggi setang dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Setang yang tinggi akan lebih nyaman, tetapi akan menambah hambatan angin dan memundurkan titik berat sehingga ban depan mudah terangkat saat tanjakan dan ban depan mudah kehilangan cengkeraman saat membelok.
Demikian pula dengan setang yang terlalu rendah, walaupun memberikan traksi ban depan dan aerodinamika yang baik, tetapi akan membebani tulang punggung bawah dan tulang leher karena kepala dipaksa untuk mendongak. Hal terakhir dari penyetelan kokpit adalah penyetelan sudut tuas rem dan pemindah gigi. Tuas tersebut harus dapat dijangkau tanpa membebani pergelangan tangan. Mulailah dengan melonggarkan seluruh baut pengencang tuas. Operasikan tuas itu sesuai yang diinginkan dan kencangkan baut saat tuas itu terasa nyaman digunakan. Setelah semua hal tadi dipenuhi kenyamanannya, hampir dipastikan sepeda akan nyaman untuk dikendarai. Saat sepeda nyaman dikendarai, kendaraan ramah lingkungan ini akan dapat mendukung segala aktivitas sekaligus menyehatkan tubuh.