Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Kompetisi dalam Kebaikan
Advertisements

HADITS KEDUAPULUH TUJUH
Oleh: Prof. Dr. M. Ghalib M., M.A
Jurusan Tarbiyah PAI 08.T Yanti Mulyanti.
Cara Sholat Rasulullah SAW (Sifat Sholat Rasul) ISLAM
Mewaspadai Aliran Kebatinan Di Sekitar Kita
HADITS KEDUAPULUH DUA.
IJMA’ SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM
Fiqih Kelas VIII Semester 2
MENUNTUT ILMU Pengertian Menuntut Ilmu
Hukum Islam dan kontribusi Umat islam Indonesia
Beriman kepada rasul allah
BERIMAN KEPADA RASUL - RASUL ALLAH SWT
DALIL-DALIL SYARA’ (Sumber-Sumber Hukum Islam)
Pendidikan Agama Hadits sebagai ajaran islam February 28,
Oleh: Ali Ilhami Bin Basir
As-Sunah yang memuat Sunnah Rasulullah
BAB II IMAN DAN TAQWA.
HADITS KEDUAPULUH SATU
HUKUM SYARA’ (1).
SUMBER HUKUM ISLAM.
SYARA’ MAN QABLANA & MAZHAB SHAHABAT
SUNNAH (AL-HADITS) SEBAGAI SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM
SUMBER HUKUM ISLAM Oleh: Deden Mulyadi, S.Pd.I.
Sumber Hukum Islam Al-Qur’an Al hadist Ijtihad. ALQURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM PERTAMA ISLAM DAN SEJARAH PEMBUKUAN ALQURAN.
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INFORMASI TENTANG JUJUR, AMANAH, DAN ISTIQAMAH
SUMBER AJARAN ISLAM AS-SUNNAH
Membumikan Ahlussunnah Wal-Jama’ah Di Era Golbalisasi
Tugas Mandiri Perbandingan Mazhab Dosen Pembimbing Drs. H
Inilah Kunci Surga Surga, dengan segala kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia, memiliki.
Pendahuluan -Ushul fiqh adalah metodologi mujtahid untuk menggali hukum syara’ dari sumbernya. -sumbernya inilah yang dimaksud dengan dalil syar’I, yaitu.
CREATED BY: MARETTA DANIATY
Ikhlas dan Pengaruhnya dalam Amal
وبركاته الله ورحمة عليكم السّلام
MEDIA PENDIDIKAN Disusun oleh : NUR AMIN : KLS : D/4
Sumber hukum islam™ Syariat Islam™
Politik dalam Islam Pegangan Guru. Politik dalam Islam Rumusan Masalah 1.Apa itu politik islam? 2.Nilai-nilai dasar dalam politik islam? 3.Apa itu negara.
ASSALAMU’ALAIKUM WARRAHMATULLAHI WABARAKATUH
PRESENTED BY: YENI NURHASANAH
PEMBAHARUAN DALAM ISLAM (TAJDID)
Sebagai Upaya Mewujudkan dan Melestarikan Agama
BATAS-BATAS TAK BERTEPI; KEIKHLASAN DAN KESABARAN
Fifi Fitriani Laura Rachma Munyati Sulam Salwa Salsabila
Kaidah – kaidah dalil asma’ wa sifat
HERNANDA DAMANTARA (E )
ISLAM DALAM DISIPLIN ILMU
3.
Disusun Oleh: Muhammad Ridwan, S.Pd.I
Aqidah sebagai pondasi islam Kajian Rutin LDK IMMNI 2014/2015
ALIRAN SESAT CIRI-CIRI DAN CARA-CARA MENGHINDARINYA
TAAT PADA ATURAN TAAT PADA ATURAN. QS. An – Nisa’ 4 : 59 Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara.
SYI’AH DAN MURJI’AH
Fiqih Ibadah Pengampu : M. Nawawi Alamat : Bungah Gresik,Rt.09/Rw.03
BAB 1 DASAR-DASAR PENCARIAN KEBENARAN
AQIDAH AHLI SUNNAH WAL JAMAAH
Sesi 1 Qawaid Fiqhiyyah.
BAB 2: PUASA PADA BULAN RAMADAN
Sessi 1 Qawaid Fiqhiyyah
Oleh: Muhammad Salam Bin Nasip/Tariq Faiq Al-Iraqi
AQIDAH UNIT 1 Kelas Bimbingan Dewasa.
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
TUNTUNAN SHALAT TAHAJUD Mari Berilmu Sebelum Beramal dan Bersemangat untuk Beramal di atas Ilmu.
KELOMPOK. Pengertian Hukum Islam. Pengertian Hukum Islam Menurut Ahmad Rofiq, Pengertian Hukum Islam adalah seperangkat kaidah-kaidah hukum yang didasarkan.
PUNCA UTAMA PENYELEWENGAN DALAM TAFSIR
Belajar Beribadah Sesuai Tuntunan Syariat Islam
IMAN KEPADA MALAIKAT. 1. Pengertian malaikat Allah Kata ‘malaikat’ berasal dari kata malak, bentuk jamaknya adalah malaikah. Kata malak memiliki arti.
IMAN KEPADA KITAB ALLAH SWT. DENGAN MEMBACA Y  N  Y  QW  Y  W  N  WQ  Y  TPV  Y  TN Y 
KONSEP HUKUM DAN SUMBER HUKUM ISLAM MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Kelompok 3/ Kelas 40 Jatmiko Dwi Purnomo ( ) Putri Nurul.
presentasi hadits Tentang Iman
Transcript presentasi:

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Kamis, 05 September 2013

Disusun oleh : M. Tajudin Marzuki ( 12 ) ASWAJA Bid’ah Disusun oleh : M. Tajudin Marzuki ( 12 ) Kamis, 05 September 2013

Pengertian Bid’ah Pengertian bid’ah yang dinilai Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam sebagai kesesatan dalam agama. Para ahli telah banyak mendefisinikan arti atau makna bid’ah meskipun terjadi perbedaan lafalnya yang kemudian menyebabkan perbedaan cakupan pada bagian-bagian pengertian bid’ah tersebut, tetapi tujuan akhir dari pengertian bid’ah tersebut adalah sama. Jika di tinjau dari sudut pandang bahasa, bid’ah adalah diambil dari kata bida’ yaitu al-ikhtira mengadakan sesuatu tanpa adanya contoh sebelumnya.

Al-Imam Izzuddin Abdul Aziz bin Abdissalam, ulama terkemuka dalam madzhab Syafi’i : “Bid’ah adalah mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dikenal (terjadi) pada masa Rasulullah ”. (Qawa’id al-Ahkam fi Mashalih al-Anam, 2/172). اَلْبِدْعَةُ فِعْلُ مَا لَمْ يُعْهَدْ فِيْ عَصْرِ رَسُوْلِ اللهِ. (الإمام عزالدين بن عبد السلام، قواعد الأحكام، ۲/١٧۲).  

Bid’ah adalah kebalikannya dari sunnah, dan dia itu apa-apa yang bertentangan dengan al qur`an, as sunnah, dan ijma’ umat terdahulu, baik keyakinnanya atau peribadahannya, atau dia itu bermakna lebih umum yaitu apa-apa yang tidak di syari’atkan Allah dalam agama…maka segala dari sesuatu yang tidak disyari’atkan oleh Allah maka yang demikian adalah bid’ah. Bid’ah dalam syari’ah adalah apa yang diada- adakan yang tidak ada perintah Rasulullah shalallahu ta’ala ‘alaihi sallam.

al-Imam Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syaraf al-Nawawi, hafizh dan faqih dalam madzhab Syafi’i : “Bid’ah adalah mengerjakan sesuatu yang baru yang belum ada pada masa Rasulullah ”. (Al-Imam al-Nawawi, Tahdzib al-Asma’ wa al-Lughat,3/22 ). هِيَ إِحْدَاثُ مَا لَمْ يَكُنْ فِيْ عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ . (الإمام النووي، تهذيب الأسماء واللغات، ٣/۲۲).

al-Imam Muhammad bin Isma’il al-Shan’ani : ulama Syiah Zaidiyah yang dikagumi oleh kaum Wahhabi : الْبِدْعَةُ لُغَةً: مَا عُمِلَ عَلَى غَيْرِ مِثَالٍ سَابِقٍ، وَالْمُرَادُ بِهَا هُنَا: مَا عُمِلَ مِنْ دُوْنِ أَنْ يَسْبِقَ لَهُ شَرْعِيَّةٌ مِنْ كِتَابٍ وَلاَ سُنَّةٍ. (الإمام الأمير الصنعاني، سبل السلام، ۲/٤٨). “Bid’ah menurut bahasa adalah sesuatu yang dikerjakan tanpa mengikuti contoh sebelumnya. Yang dimaksud bid’ah di sini adalah sesuatu yang dikerjakan tanpa didahului pengakuan syara’ melalui al-Qur’an dan Sunnah. (al-Imam al-Amir al-Shan’ani, Subul al-Salam, 2/48). kitab Subul al-Salam adalah Syarh Bulugh al-Maram,

Menurut Ibnu Rajab: ‘ Yang dimaksudkan dengan bid’ah adalah sesuatu yang diadakan tanpa ada dasarnya di dalam syari’at. Adapun suatu yang ada dasarnya dalam syara’, maka bukan bid’ah meskipun dikatakan bid’ah menurut bahasa.’ Menurut As-Suyuti: ‘ Bid’ah ialah suatu ungkapan tentang perbuatan yang bertentangan dengan syari’at karena menyelisihinya atau perbuatan yang menjadikan adanya penambahan dan pengurangan syari’at. ‘ Ulama bersefaham bahwa dari beberapa pengertian bid’ah tersebut diatas yang paling mengena pada maksud bid’ah yang dapat dikatakan sesat adalah yang diartikan oleh Iman As- Syathibi.[3] Dari definisi-definisi tersebut dapat diambil pokok-pokok pengertian bid’ah menurut syara sebagai berikut:

a. Bid’ah ialah sesuatu yang diadakan di dalam agama a. Bid’ah ialah sesuatu yang diadakan di dalam agama. Maka tidak termasuk bid’ah sesuatu yang diadakan di luar agama untuk kemaslahatan dunia seperti pengadaan hasil-hasil industri dan alat-alat untuk mewujudkan kemaslahatan manusia yang bersifat duniawi.

b. Bid’ah tidak memiliki dasar yang menunjukkannya dalam syari’at b. Bid’ah tidak memiliki dasar yang menunjukkannya dalam syari’at. Adapun hal-hal yang memiliki dasar-dasar syari’at, maka bukan bid’ah meskipun tidak ada dalilnya dalam syari’at secara khusus. Contohnya pada zaman kita ini orang yang membuat alat alat seperti kapal terbang, roket, tank, dll. dari alat-alat perang modern dengan tujuan persiapan memerangi orang-orang kafir dan membela kaum muslimin. Maka perbuatannya bukan bid’ah meskipun syari’at tidak menjelaskannnya secara rinci, dan Rasulullah tidak menggunakan alat-alat tersebut untuk memerangi orang-orang kafir. Tetapi membuatnya termasuk dalam firman Allah secara umum, ” Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja.” (Al-Anfal : 60). Begitu pula perbuatan-perbuatan lain yang semisal. Maka setiap sesuatu yang memiliki dasar dalam syara’, ia termasuk syari’at dan bukan bid’ah.

c. Bid’ah di dalam agama kadang-kadang dikurangi dan kadang-kadang ditambah, sebagaimana dijelaskan oleh As-Suyuti meskipun perlu pembatasan bahwa sebab menguranginya adalah agar lebih mantap dalam beragama. Adapun jika sebab menguranginya bukan agar lebih mantap dalam beragama, maka bukan bid’ah. Seperti meninggalkan perintah yang wajib tanpa udzur. Itu disebut maksiat bukan bid’ah begitu pula meninggalkan perkara sunnat tidak dianggap bid’ah.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka bahwa bid’ah itu hanya ada dalam hal agama/ibadah, ini sesuai dengan sabda Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam : Artinya: “Siapa yang membuat hal baru dalam ajaran agama kami apa yang bukan bagian darinya, maka perbuatannya itu tertolak.”

Dan dapat kita lihat keterkaitan antara hadist diatas dengan hadist dibawah yaitu mengenai niat dalam beribadah: Artinya: “Sesungguhnya segala amalan ibadah itu tergantung dari niat.”   Jadi para ulama bersepakat bahwa ciri amal ibadah agar diterima oleh Allah adalah: a. Meniatkan amal perbuatannya semata demi Allah SWT dan ikhlas kepada-Nya b. Amal ibadahnya itu dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat.

Pembagian Bid’ah Secara garis besar, para ulama membagi bid’ah menjadi dua; yaitu bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) dan bid’ah madzmumah (bid’ah yang tercela).

al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris al-Syafi’i –mujtahid besar dan pendiri madzhab Syafi’i : اَلْمُحْدَثَاتُ ضَرْبَانِ: مَا أُحْدِثَ يُخَالِفُ كِتَابًا أَوْ سُنَّةً أَوْ إِجْمَاعًا فَهُوَ بِدْعَةُ الضَّلالَةِ وَمَا أُحْدِثَ فِي الْخَيْرِ لاَ يُخَالِفُ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَهُوَ مُحْدَثَةٌ غَيْرُ مَذْمُوْمَةٍ. (الحافظ البيهقي، مناقب الإمام الشافعي، ١/٤٦٩). “Bid’ah (muhdatsat) ada dua macam; pertama, sesuatu yang baru yang menyalahi al-Qur’an atau Sunnah atau Ijma’, dan itu disebut bid’ah dhalalah (tersesat). Kedua, sesuatu yang baru dalam kebaikan yang tidak menyalahi al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’ dan itu disebut bid’ah yang tidak tercela”. (Al-Baihaqi, Manaqib al-Syafi’i, 1/469).

هِيَ أَيِ الْبِدْعَةُ مُنْقَسِمَةٌ إِلَى حَسَنَةٍ وَقَبِيْحَةٍ هِيَ أَيِ الْبِدْعَةُ مُنْقَسِمَةٌ إِلَى حَسَنَةٍ وَقَبِيْحَةٍ. (الإمام النووي، تهذيب الأسماء واللغات، ٣/٢٢). “Bid’ah terbagi menjadi dua, bid’ah hasanah (baik) dan bid’ah qabihah (buruk)”. (Al-Imam al-Nawawi, Tahdzib al-Asma’ wa al-Lughat 3/22).

Terima Kasih Dan Wassalamu’alaikum Wr. Wb