Teori Kognitif Dominan TEORI BELAJAR Teori Kognitif Dominan kelompok 5 : Ike Fadilah (20168300068) Siti Nurjanah (20168300088) Dosen Pengampu : Iswadi, M.Pd STKIP Kusuma Negara Jakarta Pendidikan Matematika
Behaviorisme Purposif Teori tolma dikenal sebagai purposive behaviorisme karna mencoba untuk menjalaskan tujuan pengamatan perilaku secara menyeluruh (purposive behavior).
Konsep Teoritis Utama “perubahan perilaku dengan tingkah laku sebagai dari interaksi antara stimulus (rangsangan) dan Respons (perilaku reaktif)”. Apa Arti belajar ?
Confirmation Versus Reinfocement “ selama perkembangan kognitif, harapan atau dugaan-dugaan dimanfaatkan. Dalam mengambil keputusan terbagi beberapa tahapan.” Confirmation Versus Reinfocement
Konfirmasi : menerima dan memperkuat keputusan. Beberapa tahapan dalam mengambil keputusan : Kategorisasi Primitive : peristiwa diamati, diisolasi dan ditandai berdasarkam ciri-ciri khusus Mencari tanda :memeriksa lingkungan untuk mencari informasi tambahan untuk mencari katagori yang tepat. Konfirmasi : menerima dan memperkuat keputusan. Konfirmasi tuntas : mencari tanda-tanda diakhiri.
Vicarious Trial and Error “ belajar itu erjadi pada percobaan-percobaan yang telah dilakukan sehingga memperoleh pengalaman, kesalahan yang dilakukan sampai akhirnya memperoleh titik optimal atau kesempurnaan.” Vicarious Trial and Error
Learning Versus Performance “banyakanya percobaan variabel yang dibuat merupakan satu-satunya variabel belajar, sedangkan variabel yang lain merupakan variabel kecapaian(performance).” Learning Versus Performance
“ kemungkinan belajar yang terbingkai dalam waktu yang amat panjang sebelum hal tersebut dinyatakan dalam perilaku memecahkan suatu kebingungan (simpang siur).” Latent Learning
Reinfocement Expectancy “ Menganalisis pemahaman dalam waktu tertentu untuk memperoleh cara yang paling prakis.” Reinfocement Expectancy
Aspek Formal Teori Tolman Resiko perilaku ditentukan oleh pengematan kolektif yang berasal dari tindakan yang berbelok kesetiap arah dititik pilihan dalam beberapa kali percobaan. (Teorisasi Tolman, 1938).
Formalisasi MacCorquodale dan Meehl atas teori tolman Teori Tolman sebagai teori S1-R1-S2 S1 = menimbulkan ekspektansi R1 = menunjukan cara ekspektansi itu ditindak lanjuti S2 = menunjukan apa perkiraan organisme tentang hal yang terjadi, sebagai akibat dari tindakanya
Enam Jenis Belajar Cathexes Equivalence Belief Field Expectancies Field Cognition Modes Drive Discrimination Motor patterns
Cathexes Mengacu pada kecendrungan belajar untuk berhubungan dengan objek tertentu serta drive state terntentu.
Equivalence Belief Mempunyai pengaruh yang sejenis dengan dirinya, maka sub goal itu dikatakan mendasari sebuah equvalence belief.
Filed Expectancies Ini dikembangkan dengan cara yang sesuai menurut perkembangan peta kognitif. sebuah organisme belajar tentang objek dan fungsinya.
Field Cognition Modes Jenis belajar seperti ini kurang diminati oleh Tolman. Ini adalah sebuah strategi, cara pendekatan untuk situasi problem solving. Hal ini merupakan sebuah tendesi untuk menyusun perceptual field dalam bentuk tertentu.
Drive Discrimination Drive Discrimination hanya mengacu kepada fakta bahwa organisme dapat menentukan status drive mereka sendiri.
Motor Patterns Motor patterns learning ini merupakan suatu usaha untuk memecahkan sebuah masalah.
Pendapatan Tolman tentang Pendidikan Tolman dan Gestaltis sepakat mengenai praktik pendidikan yang menekankan pentingnya pemikiran dan pemahaman.
Evaluasi Teori Tolman Kontribusi Banyak kontribusi yang diberikan oleh Tolman untuk studi belajar mulai dari pembahsan laten, eksperimen jalur teka-teki melingkar, tentang belajar spasial dan peta kognitif masih menjadi pendoman riset terhadap belajar ruang pada manusia dan non manusia.
Kritik Kritik ilmiah terhadap teori Tolman jelas valid. Teorinya tidak mudah diteliti secara empiris. Teorinya menggunakan banyak variabel individual, bebas, dan intervening yang sulit untuk dijelaskan semuanya. ia dianggap membawa psikologi mundur kea bad yang lalu.
Kesimpulan Teori ini membahas bagaimana seseorang tidak hanya sekedar melibatkan hubungan stimulus dengan respon, tetapi juga memperhatikan pemahaman tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar, mengartikan interaksinya dengan berbagai tahapan perkembangan saat seorang memperoleh cara baru dalam mempresentasikan secara langsung.