BIOPESTISIDA PT AGRO LESTARI INDONESIA Geraldina 24030111130068 Noor Ichsan Hamidi 24030113130064 Selina Shofia Kumila 24030112130134 Tsalasatun Ma’rufah 24030112130112
Biopestisida Biopestisida adalah pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti bakteri patogen, virus dan jamur. Pestisida biologi yang saat ini banyak dipakai adalah jenis insektisida biologi (mikroorganisme pengendali serangga) dan jenis fungisida biologi (mikroorganisme pengendali jamur). Jenis-jenis lain seperti bakterisida, nematisida dan herbisida biologi telah banyak diteliti, tetapi belum banyak dipakai.
1. Insektisida biologi (Bioinsektisida) Berdasarkan dari bahan baku yang digunakan, biopestisida terdiri dari berbagai jenis diantaranya yaitu: 1. Insektisida biologi (Bioinsektisida) Berasal dari mikroba yang digunakan sebagai insektisida. Mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada serangga tidak dapat menimbulkan gangguan terhadap hewan-hewan lainnya maupun tumbuhan. Jenis mikroba yang akan digunakan sebagai insektisida harus mempunyai sifat yang spesifik artinya harus menyerang serangga yang menjadi sasaran dan tidak pada jenis-jenis lainnya (Sastroutomo, 1992).
2. Herbisida biologi (Bioherbisida) Termasuk dalam golongan herbisida ini ialah pengendalian gulma dengan menggunakan penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri, jamur dan virus. 3. Fungisida biologi (Biofungisida) Biofungisida menyediakan alternatif yang dipakai untuk mengendalikan penyakit jamur. Beberapa biofungisida yang telah digunakan adalah spora Trichoderma sp. digunakan untuk mengendalikan penyakit akar putih pada tanaman karet dan layu fusarium pada cabai. Merek dagangnya ialah Saco P dan Biotri P (Novizan, 2002).
Proses Pembuatan Pestisida 1. Isolasi Mikroba Sumber mikroba diberi perlakuan yang dapat merangsang pertumbuhan mikroba khusus yang diinginkan dan sekaligus menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan atau mikroba ditumbuhkan dalam medium yang bersifat selektif. Untuk mendapatkan kelompok mikroba khusus digunakan media yang diberi tambahan nutrisi khusus yang sesuai dengan habitat alami, yang disebut dengan media diperkaya. 2. Seleksi Mikroba Dari sejumlah isolat yang didapat, perlu dilakukan seleksi untuk memilih isolat terbaik atau unggul dalam produksi. Sifat-sifat yang harus dimiliki isolat terpilih adalah Murni, bebas dari segala kontaminan Dapat tumbuh dengan subur, fase adaptasi singkat atau tidak ada Dapat menghasilkan produk yang diinginkan (aktivitas spesifik) Mampu menghasilkan produk yang diinginkan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu singkat Mudah disimpan dan dipelihara dalam jangka waktu lama
3. Karakterisasi dan Identifikasi Karakterisasi atau penentuan sifat fisiologis mikroba, merupakan dasar dalam identifikasi mikroba secara sistematik. Beberapa karakter yang perlu diketahui dari isolat, antara lain adalah: Morfologi dan struktur sel (spora, flagel), Sifat Gram, Morfologi koloni pada media padat, Sifat petumbuhan pada medium cair, Kebutuhan oksigen, Kebutuhan energi dan nutrient, Suhu dan pH optimal untuk pertumbuhan, Kurva pertumbuhan Selanjutnya identifikasi isolat dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain berdasarkan: - Reaksi enzimatik/tes biokimia - Tes serologi, yakni reaksi antigen dengan antibodi - Sifat genetik, yakni dengan menentukan komposisi basa, urutan basa nukleotida dan hibridisasi DNA - Urutan asam amino, urutan asam amino yang menyusun protein adalah spesifik, karena merupakan refleksi dari urutan basa DNA, dan lain-lain.
4. Pemeliharaan Kultur Pemeliharaan kultur bertujuan untuk mencegah kontaminasi dan perubahan genetik serta untuk mempertahankan tingkat aktivitas dan viabilitas sel serta mutu genetik. Oleh karena itu, tahap ini merupakan tahap yang paling menentukan kelangsungan industri. Bila tidak dipertahankan, maka mutu dan jumlah produksi akhir juga tidak bisa dipertahankan. Mikroba mudah sekali mengalami mutasi secara spontan, sehingga mutu genetik kultur relatif sulit dipertahankan dan dapat menyebabkan penurunan kemampuan dalam menghasilkan metabolit. 5. Propagasi Kultur dan Pembuatan Starter Propagasi kultur bertujuan untuk mendapatkan inokulum yang sehat dan aktif serta tersedia dalam jumlah mencukupi. Inokulum yang berupa kultur kerja tidak dapat langsung digunakan untuk fermentasi. Fermentasi dalam kapasitas besar memerlukan inokulum yang cukup banyak. Inokulum yang siap diinokulasikan ke fermentor disebut dengan starter(biakan aktif). Starter biasanya dibuat dalam fermentor kecil dengan kondisi medium terkendali menyerupai fermentor besar.
6. Fermentasi Fermentasi adalah suatu proses untuk menghasilkan produk dengan melibatkan aktivitas mikroba secara terkontrol, baik dalam kondisi aerob maupun anaerob. Prosedur perpindahan fermentasi dari skala laboratorium ke skala industri disebut juga dengan scale-up atau peningkatan proses. Scale-up perlu dilakukan karena selama fermentasi terjadi perubahan lingkungan internal fermentor, yang dapat mempengaruhi aktivitas dan produktivitas mikroba. Pada fermentasi skala laboratorium digunakan fermentor gelas 1-5 liter, skala pilot plan 300 – 3000 liter dan pada tahap industri digunakan fermentor 10.000 – 400.000 liter. 7. Pengembangan Mutan Mikroba yang berperan dalam industri perlu ditingkatkan aktivitas metabolismenya, sebab isolat alami hanya mampu menghasilkan produk dalam jumlah sedikit. Pengembangan mutan dapat dilakukan dengan transformasi lisogeni, rekombinasi dan pembuatan mutan auxotrof. Sifat-sifat mutan yang diinginkan, yaitu waktu fermentasi lebih singkat, tidak memproduksi senyawa yang tidak diinginkan, dapat menggunakan substrat yang lebih murah, mampu menghasilkan produk dalam jumlah tinggi dan lain sebagainya.
Produk Biopestisida PT Agro Lestari Indonesia Agro Lestari Indonesia adalah sebuah usaha yang bergerak di bidang pertanian, khususnya bidang produksi biopestisida pertanian, yakni pestisida organik yang berbahan aktif agensi hayati seperti beauveria, trichoderma dan corynebacterium yang banyak dibutuhkan petani untuk mengendalikan serangan hama penyakit seperti wereng coklat, penggerek batang, xanthomonas, penyakit layu dan lainnya. Produksi biopestisida ini langsung dibawah pengawasan Laboratorium Hama Penyakit Tanaman Propinsi Jawa Timur yang berlokasi di Kota Mojokerto.
Berikut variasi produknya: 1. Lestari 1 ( L1) a) merupakan pestisida organik yang efektif, ramah lingkungan dan menguntungkan yang berbahan aktif cendawan beauveria. b) beauveria merupakan jenis cendawan yang teruji dan terbukti efektif mengendalikan beberapa jenis hama seperti wereng coklat, penggerek batang, ulat, tungau, dan lainnya c) cara kerja cendawan ini adalah menginfeksi tubuh serangga hama melalui kontak, pernafasan dan pencernaannnya, sehingga membuat serangga hama mati dan tubuhnya ditumbuhi jamur putih memenuhi permukaan tubuhnya seperti mumi d) dosis penggunaannya adalah 1 gelas mineral ( ± 250 ml) per tangki ( ± 14 l) untuk media cair. Adapun penggunaan untuk media padat adalah 1 plastik ( ± 100 g) per tangki ( ± 14 l)
2. Lestari 2 ( L2) a) merupakan pestisida organik yang efektif, ramah lingkungan dan menguntungkan yang berbahan aktif jamur trichoderma. b) trichoderma merupakan jenis jamur yang teruji dan terbukti efektif mengendalikan beberapa jenis penyakit seperti penyakit layu, bercak daun, dan lainnya yang sering menyerang tanaman hortikultura ( sayuran & buah) c) cara kerja jamur ini adalah menginduksi ketahanan tanaman sehingga mencegah, membatasi, dan mengendalikan penyakit yang menyerang tanaman, sehingga tanaman lebih sehat pertumbuhannya d) selain fungsi tersebut, jamur ini juga berfungsi sebagai biokomposer dan pupuk, sehingga membuat tanaman lebih produktife) e) dosis penggunaannya adalah diberikan pada lubang tanam sebanyak 0, 25 kg per lubang tanam sebelum tanam. Jika diberikan setelah tanam, bisa ditaburkan atau disemprotkan: 1 gelas mineral (± 250 ml) per tangki (± 14 l) untuk media cair. Adapun penggunaan untuk media padat adalah 1 plastik (± 100 g) per tangki (± 14 l)
3. Lestari 3 ( L3) a) merupakan pestisida organik yang efektif, ramah lingkungan dan menguntungkan yang berbahan aktif bakteri coryne. b) bakteri coryne merupakan jenis bakteri yang teruji dan terbukti efektif mengendalikan beberapa jenis penyakit seperti xanthomonas dan lainnya c) cara kerja bakteri ini adalah menginduksi ketahanan tanaman sehingga bisa membatasi serangan dan mengendalikan serangan xanthomonas dan penyakit lainnya sehingga tanaman tetap produktif d) dosis penggunaannya adalah 1 gelas mineral (± 250 ml) per tangki (± 14 l) untuk media cair.
Perkiraan Desain Proses Produksi Biopestisida
Sekian Terima Kasih