TEKNIK PENELITIAN SURVEY
PENGERTIAN Survey merupakan salah satu dari metode ilmiah yang masih cukup baru. Penelitian ini berkembang mulai dari abad kedua puluh. Penelitian survey dipandang sebagai salah satu cabang penelitian ilmiah dalam ilmu sosial.
Menurut estimologinya survey berasal dari Bahasa Latin Terdiri dari suku kata sur yang merupakan turunan kata Latin super yang berarti di atas atau melampui. Sedangkan suku kata vey berasal dari kata Latin videre yang berarti melihat. Jadi kata survey berarti melihat di atas atau melampui (Leedy, 1980, dalam Irawan Soeharto, 2000:53).
Margono (2005) mendefenisikan metode penelitian survey adalah Pengamatan/ penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang terang dan baik terhadap suatu persoalan tertentu dan di dalam suatu daerah tertentu. Penelitian survey umumnya bertujuan untuk mencapai generalisasi, dan sebagian lain juga untuk membuat prediksi.
Asmadi Alsa (2004:20) mengemukakan rancangan survey merupakan prosedur dimana peneliti melaksanakan survey atau memberikan angket atau skala pada satu sampel untuk mendeskripsikan sikap, opini, perilaku, atau karakteritik responden. Dari hasil survey ini, peneliti membuat claim tentang kecenderungan yang ada dalam populasi.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa “penelitian survey adalah salah satu metode penelitian yang umumnya mengkaji populasi yang besar dengan menggunakan sampel populasi yang bertujuan untuk membuat deskripsi, generalisasi, atau prediksi tentang opini, perilaku, dan karakteristik yang ada dalam populasi tersebut”
Tujuan Penelitian Survey Penelitian survey menurut Soehartono (2000:54) diklasifikasikan mempunyai dua tujuan, 1. bertujuan untuk memberikan gambaran/penjelasan tentang sesuatu dan, 2. bertujuan untuk melakukan analisis.
1. bertujuan untuk memberikan gambaran/penjelasan tentang sesuatu survey dapat dilakukan dengan tujuan semata-mata untuk memberikan gambaran tentang sesuatu. survey semacam itu disebut survey deskriptif. Survey deskriptif berkaitan dengan situasi yang memerlukan teknik pengumpulan data tertentu seperti wawancara, angket, atau observasi. Apabila survey dekriptif ini menggunakan teknik statistik, maka statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif (tendensi sentral, ukuran penyebaran, dan ukuran korelasi).
2. bertujuan untuk melakukan analisis Data dalam survey analitik biasanya merupakan data kuantitaif. Maksud metode survey analitik untuk menarik kesimpulan dan menafsirkan data atau pengujian hipotesis. Statistik yang digunakan adalah statistik inferensial.
JENIS PENELITIAN SURVEY Menurut Irawan Soehartono (2000:54) terdapat beberapa jenis survey, yaitu : Sample Survey, survey yang dilakukan pada sebagai populasi (sampel) Sensus, survey yang dilakukan pada seleuruh anggota populasi. Public Opinion Poll, survey yang mengajukan pertanyaan kepada responden tentang suatu topic pendapat umum, misalnya :sikap terhadap anak jalan. Cross sectional Survey, survey yang membandingkan dua kelompok orang atau lebih untuk melihat perbedaan yang ada pada kelompok-kelompok tersebut. Survey Longitudinal, survey yang akan melihat perubahan atau perkembangan yang terjadi dalam perjalanan waktu.
Prosedur Penelitian Survey Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survey. Menentukan konsep, dan desain penelitian. Pengambilan sampel. Pembuatan kuisioner dan instrument-instrumen. Perkerjaan lapangan, termasuk memilih dan melatih pewawancara. Pengumpulan dan Pengolahan data. Analisis dan pelaporan
1. Menentukan Masalah Penelitian Setiap penelitian diawali dari adanya “masalah”. Masalah Penelitian adalah konseptualisasi (pemakaian konsep) atas sebuah fenomena atau gejala sosial yang akan diteliti. Itu berarti, tidak semua masalah dapat dikatakan sebagai masalah penelitian. Lalu apakah perbedaan antara Masalah dengan Masalah Penelitian?
Masalah adalah gejala/fenomena/kasus yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Masalah Penelitian adalah konseptualisasi terhadap masalah sosial. Ada peranan teori dalam Masalah Penelitian.
Apakah setiap masalah sosial dapat dijadikan masalah penelitian? Jawabannya, tidak selalu. Tapi, satu masalah sosial dapat menjadi lebih dari satu masalah penelitian. Lantas bagaimana mengubah masalah sosial menjadi masalah penelitian?
Trik menghubungkan masalah dan masalah penelitian Hubungkan masalah sosial dengan konsep (teori). Kaitkan dengan metode penelitian yang dipakai. Hubungkan dengan paradigma penelitian yang dipergunakan. Rumuskan dalam kalimat tanya.
2. Menentukan konsep dan desain penelitian Desain penelitian merupakan konseptualisasi atas sebuah fenomena atau gejala sosial yang akan diturunkan menjadi variabel-variabel penelitian sampai ke tingkat indikator. Jika digambarkan secara sistematis, maka desain penelitian survei tampak dalam hierarki sebagai berikut:
Hirarki Penelitian Survey Teori Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala/Pengukuran Pertanyaan
3. Menentukan Sampel Menentukan sampel artinya memilih teknik dan metode yang akan digunakan untuk mengambil sampel yang didasarkan pada keadaan dan kebutuhan data penelitian, keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga untuk meneliti suatu populasi menyebabkan perlunya dilakukan penentuan sampel.
random sampling atauprobability sampling Secara umum ada dua macam teknik penentuan sampel, yakni random sampling atauprobability sampling non-random sampling atau non probablity sampling.
1. Random sampling atau probability sampling Penarikan sampel Secara Acak Sederhana (Simple Random Sampling) Sampel acak sederhana adalah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga anggota populasi mempunyai kesempatan/peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Penarikan Sampel Sistematis (Systematic Random Sampling) Metode pengambilan sampel di mana anggota sampel dipilih secara sistematis dari daftar populasi. Daftar populasi harus berada dalam keadaan acak atau membaur.
Penarikan Sampel Stratifikasi (Stratified Random Sampling) Metode penarikan sampel berlapis atau berstrata. Suatu kriteria yang jelas harus ditetapkan untuk membatasi strata. Penarikan sampel dari setiap strata dapat dilakukan secara proporsional atau tidak proporsional.
Penarikan Sampel Secara Bergerombol (Cluster Sampling) Dalam praktik seringkali kita tidak mempunyai daftar populasi yang lengkap. Dalam kondisi seperti ini diperlukan “Populasi Mini” yang sifat dan karakternya sama dengan seluruh Populasi. Populasi mini seperti ini disebut Cluster atau Gerombol. Setelah cluster ditetapkan, barulah memilih sampel secara acak. Kelemahan cara ini adalah sulit mengetahui bahwa setiap gerombol meng-gambarkan sifat populasi secara tuntas.
2. Non-random sampling atau non probablity sampling Penarikan Sampel Secara Kebetulan (Accidental Sampling) Peneliti dapat memilih orang atau responden yang terdekat dengannya, atau yang pertama kali dijumpainya dan seterusnya. Penarikan Sampel Secara Sengaja (Purposive Sampling) Peneliti telah menentukan responden menjadi sampel penelitiannya dengan anggapan atau menurut pendapatnya sendiri degan suatu argumentasi.
Penarikan Sampel Jatah (Quota Sampling) Populasi dibagi menjadi beberapa strata sesuai dengan fokus penelitian. Penarikan sampel jatah dilakukan kalau peneliti tidak mengetahui jumlah yang rinci dari setiap strata populasinya. Dalam kondisi ini peneliti menentukan jatah untuk setiap strata yang kurang-lebih seimbang.
Penarikan Sampel Bola Salju (Snowball Sampling) Bola salju dibuat dengan menggulung salju yang bertebaran di atas rumput, dari sedikit menjadi banyak dan besar. Pertama kali ditentukan satu atau beberapa responden untuk diwawancarai, sehingga berperan sebagai titik awal penarikan sampel. Responden selanjutnya ditetapkan berdasarkan petunjuk dari responden sebelumnya. Cara ini sering digunakan dalam penelitian-penelitian pemasaran.
Sampling Error (Tingkat Kesalahan yang Diinginkan) dan Tingkat Kepercayaan (Derajat Ketelitian) Sampling error menunjukkan tingkat presisi yang diinginkan oleh peneliti (berapa derajat perbedaan yang diinginkan antara hasil sampel dengan populasi). Sampling error adalah kesalahan (error) yang terjadi dari tahap kerangka sampel dan penarikan sampel. Kesalahan ini adalah kesalahan alamiah yang pasti terjadi karena peneliti menggunakan sampel dan tidak mewawancarai semua anggota populasi (Tim AROPI, 2007: 61)
Besar kecilnya sampling error sangat tergantung pada jumlah sampel yang dipakai. Jika peneliti ingin mendapatkan sampling error yang kecil, maka jumlah sampel harus ditambah. Sebaliknya, jika sampel yang dipakai kecil, sampling error akan besar.
4. Mengembangkan Instrumen Survei (Menyusun Kuesioner/Pertanyaan) Dalam penelitian survei, data dapat diperoleh dengan berbagai alternatif cara pengumpulan data. Berikut adalah beberapa teknik pengumpulan data dalam survei. Kuesioner langsung Kuesioner via pos Wawancara tatap muka Wawancara via telepon Pengisian kuesioner via komputer Wawancara online (chatting, dsb) Polling
Dari sekian banyak teknik, kuesioner merupakan teknik yang dianggap paling efisien. Meski demikian, kuesioner memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan: Relatif hemat biaya dan waktu Anonimity (jaminan kerahasiaan) Keseragaman kata dan istilah Tidak ada bias pewawancara Menjangkau banyak responden
Kelemahan: Tidak fleksibel Tidak ada kendali atas urutan pertanyaan Ada pertanyaan tidak terjawab Respons rate rendah (terutama bila melalui pos) Hanya perilaku verbal yang tercatat Tidak bisa merekam jawaban spontan
Pertanyaan survei yang baik dapat menjaring informasi yang lebih tepat Pertanyaan survei yang baik dapat menjaring informasi yang lebih tepat. Berikut adalah ciri-ciri pertanyaan penelitian yang baik: Jelas dan menggunakan bahasa yang sederhana Padat Spesifik Bisa dijawab Memiliki relevansi dengan responden Tidak menggunakan kalimat negatif Hindari menggunakan terminology yang bias Hindari menanyakan dua hal sekaligus dalam suatu pertanyaan
Berikut ini beberapa bentuk kekeliruan yang disebabkan bias dalam menyusun pertanyaan. 1. Double barreled question, ada lebih dari 1 pertanyaan dalam 1 item pertanyaan. “Apakah Anda menyukai RRI dan gaya penyiarnya?” 2. Ambiguous question, yaitu penggunaan istilah yang rancu . “Apakah Anda setuju atau tidak bahwa gaya penyiar itu cool?” 3. Level of wording, penggunaan bahasa yang tidak sesuai kemampuan responden. “Apakah ada anggota keluarga Anda yang termasuk schizofrenia?”
4. Leading of question, yakni penyusunan yang menggiring responden ke arah jawaban tertentu. “Setujukah Anda dengan pendapat orang bahwa acara di RRI itu bagus?” 5. Abstract vs factual question, yaitu pertanyaan yang abstrak vs pertanyaan mengacu pada hal-hal konkret yang spesifik dan memiliki jawaban spesifik. ”Apakah Anda merasa sudah menjalani hidup yang seimbang?” 6. Sensitive/threatening question, yaitu pertanyaan yang mengandung topik sensitif, sehingga cenderung menghasilkan jawaban normatif. “Bagaimana pandangan Anda tentang ateisme ?” “Bagaimana pandangan Anda tentang sex bebas? “
7. Pertanyaan tidak lengkap Salah: Jika acara kuis disiarkan hari ini, apakah Anda akan mengikut iatau tidak? Benar: Jika acara kuis disiarkan RRI hari ini, apakah Anda akan mengikut atau tidak? 8. Periode waktu tidak jelas Salah: Dalam acara Dialog interaktif yang membahas pemilihan anggota DPRD Kabupaten Sleman yang lalu, apakah Ibu/Bapak ikut memilih atau tidak? Benar: Dalam acara Dialog interaktif yang membahas pemilihan anggota DPRD Kabupaten Sleman Juni 2004 yang lalu, apakah Ibu/Bapak ikut memilih atau tidak?
9. Aspek yang ditanyakan tidak spesifik Salah: Dalam satu minggu terakhir, berapa kali Ibu/Bapak membaca suratkabar dan majalah? Benar: Dalam satu minggu terakhir, berapa kali Ibu/Bapak membaca suratkabar? 10. Pemakaian singkatan (akronim) Salah: Bagaimana penilaian Ibu/Bapak atas kerja polisi dalam menangani kasus curanmor di DKI Jakarta? Benar: Bagaimana penilaian Ibu/Bapak atas kerja polisi dalam menangani kasus pencurian kendaraan bermotor di DKI Jakarta?
11. Kategori jawaban tumpang tindih Salah: Berapa usia Ibu/Bapak saat ini? (a) 20-30 (b) 30-40 (c) 40-50 (d) 50-60 (e) Di atas 60 tahun Benar: Berapa usia Ibu/Bapak saat ini? (a) 20-30 (b) 31-40 (c) 41-50 (d) 51-60 (e) Di atas 60 tahun 12. Kategori jawaban tidak menampung semua kemungkinan Salah: Apa pendidikan terakhir Ibu/bapak? (a) Lulus SD (b) Lulus SLTP (c) Lulus SLTA (d) Lulus Perguruan Tinggi atau lebih Benar: Apa pendidikan terakhir Ibu/bapak? (a) Tidak sekolah/Tidak lulus SD (b) Lulus SD (c) Lulus SLTP (d) Lulus SLTA (e) Lulus Perguruan Tinggi atau lebih
13. Pertanyaan tidak seimbang Salah: Menurut Ibu/Bapak apakah Pemilu merupakan kewajiban yang harus diikuti oleh warga negara? Benar: Ada yang berpendapat Pemilu adalah kewajiban warga negara. Tetapi ada yang mengatakan Pemilu merupakan hak. Menurut Ibu/Bapak, apakah Pemilu merupakan hak atau kewajiban? 14. Alternatif jawaban tidak seimbang Salah: Apakah Ibu/Bapak setuju jika pemerintah menaikkan harga minyak tanah? Benar: Apakah Ibu/Bapak setuju atau tidak setuju jika pemerintah menaikkan harga minyak tanah?
15. Pertanyaan Memihak Salah: Apakah Ibu/bapak setuju atau tidak dengan pernyataan Amien Rais yang meminta Abdurrahman Wahid mundur sebagai presiden karena telah gagal menjalankan pemerintahan dengan benar? Benar: Apakah Ibu/bapak setuju atau tidak dengan pernyataan Amien Rais yang meminta Abdurrahman Wahid mundur sebagai presiden?
Pemakaian Bahasa Berlebihan (Disfemisme) Salah: Apakah Ibu/Bapak setuju atau tidak jika penjajah Amerika Serikat secepatnya keluar dari wilayah Irak? Benar: Apakah Ibu/Bapak setuju atau tidak jika Amerika Serikat secepatnya keluar dari wilayah Irak? 17. Pemakaian Bahasa Penghalusan (Eufemisme) Salah: Apakah Ibu/bapak setuju jika biaya pengurusan Surat Izin Mengemudi disesuaikan harganya? Benar: Apakah Ibu/bapak setuju jika biaya pengurusan Surat Izin Mengemudi dinaikkan harganya dari harga resmi saat ini?
18. Memakai Asumsi Salah: Tindakan kejahatan apa yang Ibu/Bapak alami dalam satu bulan terakhir ini? Benar: Q1. Dalam satu bulan terakhir ini, apakah Ibu/Bapak pernah menjadi korban tindakan kejahatan? Q2. Kalau ya, tindakan kejahatan apa yang Ibu/Bapak alami dalam satu bulan terakhir ini? Salah: Program acara apa yang biasa Ibu/Bapak tonton di televisi seminggu ini? Benar: Q1. Dalam seminggu ini, apakah Ibu/Bapak pernah menonton televisi? Q2. Kalau ya, program acara apa yang biasa Ibu/Bapak tonton di televisi seminggu ini?
5. Perkerjaan lapangan, termasuk memilih dan melatih pewawancara. Sebelum dilakukan penelitian yang sesungguhnya, ada baiknya melakukan tes pendahuluan pra riset. Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada beberapa pertanyaan yang perlu dihilangkan atau ditambah. Untuk mengetahui apakah ada pertanyaan yang sulit dipahami responden. Untuk mengetahui apakah susunan pertanyaan ada yang pertu diubah. Untuk mendeteksi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengisi satu kuesioner.
Test yang dilakukan meliputi: Jawaban yang salah Jawaban dengan pilihan lebih dari satu Jawaban lain-lain sebutkan Jawaban yang benar Untuk format kuesioner termasuk: . Perintah pengisian Aliran pertanyaan Layout
Dalam tahapan pretest, seringkali dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas untuk mengetahui kemantapan dan keshahihan instrumen penelitian.
Uji Validitas Uji validitas dimaksudkan untuk mendeteksi apakah alat ukur (butir-butir pertanyaan dalam suatu kuesioner) yang digunakan untuk mengumpulkan data itu memang benar-benar alat yang sesungguhnya, artinya alat itu sahih atau valid. Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi ukurnya terhadap suatu gejala. Untuk menguji validitas dapat dilakukan dengan pendekatan teknik koreksi produk moment misalnya dengan rumus Karl Pearson
Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah derajat ketepatan atau tingkat presisi dan tingkat keajegan konsistensi suatu alat ukur, artinya jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pendekatan yang sering digunakan untuk uji ini adalah dengan mencari koefisien alpha dari formula Cronbach.
6. Pengumpulan dan pengolahan data Pengumpulan data merupakan aksi langsung ke lapangan yang artinya mengumpulkan data. Dalam kaitan ini peneliti dalam riset survei tidak harus turun sendiri ke lapangan. Sesuai dengan perannya, peneliti dapat mengambil salah satu peran, beberapa peran, atau semua peran sekaligus dalam penelitian survei. Posisi tersebut yakni: Pembuat desain instrumen/konseptor riset Pengumpul data/enumerator Pengolah dan interpreter data/analis Penyusun laporan
Pemeriksaan data dilakukan dengan beberapa langkah: Menyortir kuesioner yang masuk apakah layak diproses atau didrop, misalnya untuk jawaban yang tidak lengkap Memberi nomor kuesioner sebagai kendali Memeriksa kelengkapan jawaban dan kejelasan makna jawaban Memeriksa konsistensi antar jawaban dan relevansinya
Sebagai bagian dari penelitian kuantitatif, data yang terkumpul dalam penelitian survei biasanya berupa angka-angka yang merupakan nilai dari variabel-variabel tertentu. Untuk angket atau kuesioner dengan sistem tertutup maka kode-kode jawaban yang harus diberikan oleh responden sudah dibuatkan oleh peneliti (Purwanto dan Sulistyastuti, 2007: 73-74).
Dalam pemberian kode ini peneliti harus selalu ingat tentang prinsip-prinsip pengukuran atau skala pengukuran. Sebagai contoh dalam kuesioner sering ditanyakan hal-hal berikut: Jenis kelamin responden: 1= laki-laki 2= perempuan Penghasilan per bulan responden dari pekerjaan pokok: 1= 0 – 1.000.000 2= 1.000.001- 2.000.000 3= 2.000.001 ke atas
Dalam contoh a, angka 1 dan 2 merupakan kode Dalam contoh a, angka 1 dan 2 merupakan kode. Karena jenis kelamin memiliki skala nominal, maka angka 1 dan 2 tidak memiliki nilai kecuali nilai pembeda antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sementara pada contoh b, angka 1, 2, dan 3 sedikit berbeda perannya, karena angka tersebut mencerminkan skala ordinal yang mengurutkan responden berdasarkan besarnya penghasilan di mana 3>2>1. Pemberian kode setelah pengumpulan data juga perlu dilakukan ketika pertanyaan dalam kuesioner bersifat terbuka atau kombinasi antara tertutup dan terbuka. Sehingga, jawaban-jawaban responden perlu dikode untuk dapat di-entry dan dianalisis.
Data entry berkaitan dengan memasukkan (input) data ke dalam program komputer. Setelah seluruh data yang dikumpulkan dari angket atau kuesioner diberi kode, maka peneliti kemudian memasukkan data-data tersebut dengan menggunakan software yang ada, misalnya program SPSS (singkatan dari Statistical Package for the Social Sciences) atau yang lebih sederhana dengan program Excell dari Microsoft Office. Setelah data dimasukkan, selanjutnya adalah membersihkan data dari salah ketik atau salah mengkode data.
Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007: 75) cara yang dilakukan dalam mengkode data adalah: Memproses data untuk dilihat misalnya dengan pilihan statistik deskriptif seperti frekuensi, mean, modus, dan median. Melihat penyimpangan-penyimpangan yang ada. Mencocokkan kembali data dengan data yang ada pada kuesioner. Membetulkan data entry. Memproses kembali dan kembali ke langkah pertama.
7. Analisis data dan pelaporan Agar dapat menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesis, peneliti harus memilih teknik analisis data yang tepat. Karena penelitian survei menyangkut banyak kasus, maka umumnya teknik analisis data berhubungan dengan statistik.
Ada beberapa prosedur pengujian hipotesis secara statistik (Djarwanto, 1996: 20-21; dalam Rahayu, 2008: 74) Memilih uji statistik yang sesuai, yaitu teknik uji yang modelnya paling mendekati asumsi yang memperbolehkan penggunaan uji tersebut dan syarat pengukurannya dapat dipenuhi oleh ukuran-ukuran yang digunakan dalam penelitian. Menentukan taraf signifikansi dan besarnya sampel. Mengemukakan distribusi sampling harga statistik, arah pengujian, daerah penerimaan dan penolakan, serta kriteria pengujian hipotesis nihil.
Menghitung harga uji statistik dengan menggunakan data yang diperoleh dari sampel, berdasarkan pada uji statistik yang telah dipilih. Mengambil kesimpulan pengujian, yaitu apakah hipotesis nihil diterima atau ditolak berdasarkan suatu taraf signifikansi yang telah dipilih.
Contoh sederhana analisis data survei deskriptif Jenis Analisa/Pengujian Statistik Inferensi Parametrik Nonparametrik Uji Komparatif - T-test- ANOVA - Chi Square- Mann Whitney U Test- Wilcoxin signed-rank Test-Kruskall-Wallace Test Uji Asosiatif - Pearson Correlation Coefficient - Contingency Coefficient- Rank-difference correlation, Rho-Kendall’s Tau
Interpretasi data menjadi dasar untuk membuat kesimpulan. Dilihat dari proses timbulnya, analisis data mendahului baru kemudian interpretasi. Dilihat dari sifatnya, analisis data bersifat objektif, asli, apa adanya sedangkan interpretasi bersifat subjektif, dan bisa berubah-ubah. Untuk menginterpretasi data yang perlu dilakukan peneliti adalah mengaitkan temuan dan data dengan teori yang dibangun di awal. Selanjutnya berikan konteks, makna, atau implikasi data temuan tersebut dengan kondisi dan situasi atau setting penelitian secara lebih luas.
Tahap terakhir dari rangkaian penelitian survei adalah Membuat Kesimpulan dan Rekomendasi. Setelah analisis dan interpretasi data, bagian akhir dari penelitian survei adalah menyusun kesimpulan dan rekomendasi. Cara membuat kesimpulan: Perhatikan permasalahan dan tujuan penelitian Perhatikan hipotesis Buat kesimpulan umum Buat kesimpulan-kesimpulan khusus Kesimpulan harus bersandar pada hasil analisis data dan hasil interpretasi data
Cara membuat rekomendasi: Perhatikan gap antara kebutuhan dan hasil penelitian Temukan rekomedasi yang dapat diberikan dari hasil penelitian itu Berikan saran yang realistis!
Kelebihan dan Keterbatasan Survei Menurut Wimmer dan Dominick (2003: 167-168), kelebihan survei meliputi sejumlah aspek, yaitu: Dapat digunakan untuk melakukan investigasi masalah dalam setting yang alamiah tanpa harus dilakukan dalam laboratorium atau melalui perancangan suatu kondisi tertentu. Karenanya, survei dapat menguji pola-pola perilaku bermedia, seperti membaca surat kabar, menonton televisi, mendengarkan radio, dan sebagainya. Dari sisi pembiayaan, survei paling masuk akal karena dapat disesuaikan dengan jangkauan informasi yang ingin dikumpulkan.
Data yang luas dapat dikumpulkan dari responden yang bervariasi dengan cara yang relatif mudah, sebab survei memperbolehkan peneliti memilih dan menguji sejumlah variabel. Peneliti juga dapat menggunakan beragam statistik untuk menganalisis data. Survei tidak dihalangi oleh batas-batas gegografi dan dapat dilakukan di mana saja, tergantung kepentingan dan sumber daya yang dimiliki oleh peneliti. Data yang telah ada di lapangan memberikan kemudahan survei, seperti dokumen-dokumen pemerintah, data sensus, rating media, dan sebagainya.
Survey pun memiliki sejumlah keterbatasan sebagimana disampaikan Wimmer dan Dominick (2003: 168) dan Rahayu (2008: 76), yaitu: Variabel independen tidak dapat dimanipulasi seperti halnya metode eksperimental. Tanpa kontrol pada variabel independen, peneliti tidak dapat meyakini sepenuhnya apakah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen memiliki hubungan sebab akibat (causal) atau bukan (noncausal). Survei hanya mampu memproyeksikan ada-tidaknya hubungan antara kedua variabel tersebut, sebab untuk menilai hubungan sebab akibat (causal linked) terdapat sejumlah variabel yang kemungkinan berada di antara keduanya.
Instrumen kuesioner memiliki potensi bias yang cukup besar karena pertanyaan yang tertuang di dalamnya tidak selalu menampung persoalan penelitian. Selain itu, ada kemungkinan kuesioner dipahami secara berbeda oleh responden. Beberapa survei cukup sulit dilakukan, terutama terkait dengan kesediaan berpartisipasi.
Ada kemungkinan responden yang terlibat dalam survei tidak sesuai dengan karakteristik sampel yang dituju. Misalnya, dalam wawancara melalui telepon, responden bisa saja mengklaim dirinya berkesesuaian dengan karakteristik tertentu (umur, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya). Survei tak cukup fleksibel menangkap sejumlah perbedaan atau perubahan sosial yang terjadi karena tidak mampu diprediksi sebelumnya oleh peneliti.
Survei mensyaratkan kerangka operasional yang ketat, sedangkan tidak semua fenomena dapat diukur atau terukur sehingga survei tidak bisa menjangkau semua persoalan. Survei terlalu mengandalkan statistik sehinga mereduksi data-data kualitatif yang sebenarnya dapat memperkaya penjelasan sebuah persoalan.