KURIKULUM ANAK USIA DINI LUH PUTU INDAH BUDYAWATI
Kurikulum Anak Usia Dini Istilah Kurikulum AUD = Program kegiatan bermain Pengertian kurikulum AUD adalah seperangkat kegiatan belajar melalui bermain yang dapat memberikan pengalaman langsung bagi anak dalam rangka mengembangkan seluruh potensi perkembangan yang dimiliki oleh setiap anak .
Tujuan Kurikulum Kurikulum harus bisa menjadi petunjuk serta pedoman bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa.
Bagaimana merancang kelas. Materi belajar apa yang diminati anak Bagaimana merancang kelas ? Materi belajar apa yang diminati anak ? Strategi belajar apa yang efektif untuk digunakan dalam pembelajaran ? Bagaimana mengarahkan perilaku anak ? Bagaimana melibatkan orang tua ?
Kurikulum harus bersifat fleksibel dengan memperhatikan perkembangan, budaya, ekonomi, dan sosial dari setiap anak. Keluarga (orang tua) anak juga dapat dilibatkan untuk memberikan masukan terhadap pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan anak dan pendidikan anak usia dini.
Beberapa hal tentang kurikulum Menurut Bredekamp & Copple, Seefeldt, Williams: Curriculum is related to overall program quality. Curriculum must focus on “ the whole child” and programmatically integrate areas of development. Play serves many functions for young children, among the most important is that is the primary mode for learning in early chilhood.
4. Teachers must agree with the philosophy and practices of the curriculum and understand its content. 5. Teachers also must understand children’s development and theories of learning. 6. Children are active learners. 7. Curriculum should be developmentally approriate. 8. Curriculum should reflect the role of social and cultural context in children’s development and learning.
Program kegiatan bermain berpusat pada anak Menurut NAEYC Early Childhood Program Standar, ada 2 hal penting tentang kurikulum AUD : Program kegiatan bermain berpusat pada anak Kurikulum berorientasi pada hasil dan mengkaitkan berbagai konsep dan perkembangan
B. Batasan kurikulum AUD Menurut Albrecht dan Miller(2000;216-218) “pengembangan program kegiatan bermain(kurikulum) bagi AUD seharusnya sarat dengan aktivitas bermain yang mengutamakan adanya kebebasan bagi anak untuk bereksplorasi dan berkreatifitas, sedangkan orang dewasa seharusnya lebih berperan sebagai Fasilisator pada anak yang membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi Menurut Bennett,Finn, Crib (1999;91-100) “ pada hakikatnya pengembangan kurikulum adalah pengembangan sejumlah pengalaman belajar melalui kegiatan bermain yang dapat memperkaya pengalaman anak tentang berbagai hal Menurut Kitano dan Kirby (1986;127-167) “ kurikulum merupakan rencana pendidikan yang dirancang untuk memaksimalkan interaksi pembelajarandalam rangka menghasilkan perubahan perilaku yang potensial Menurut Catron dan Allen (1999;30) “ kurikulum mencakup jawaban tentang pertanyaan apa yang harus diajarkan dan bagaimana mengajarkannya dengan menyediakan sebuah rencana program kegiatan bermain yang berlandaskan filosofi tentang bagaimana anak berkembang dan belajar.
Program kegiatan bermain terdiri dari: Perkembangan sosial dan emosi Perkembangan bahasa Memahami diri sendiri, masyarakat dan dunianya Ekspresi kreatif dan penghargan terhadap seni.
Dalam pengembangan kurikulum anak usia dini harus memperhatikan : Kurikulum harus berfokus pada perkembangan anak dan dibuat secara terprogram Guru harus memiliki pemahaman yang memadai tentang teori perkembangan dan teori belajar Pembelajaran melalui kegiatan bermain Kurikulum harus merefleksikan peranan konteks sosial dan budaya
Prinsip fleksibilitas Prinsip kepraktisan dan akseptabilitas Menurut Subardiyah (1996:4-6) bahwa prinsip-prinsip Pengembangan kurikulum adalah : Prinsip relevansi Prinsip adaptasi Prinsip kontinuitas Prinsip fleksibilitas Prinsip kepraktisan dan akseptabilitas Prinsip kelayakan Prinsip akuntanbilitas
Secara khusus pengembangan kurikulum harus berdasarkan pada prinsip-prinsip perkembangan AUD, yaitu: Proses kegiatan belajar dilaksanakan berdasarkan prinsip belajar melalui bermain Proses kegiatan belajar dilaksanakan dalam lingkungan yang kondusif dan inovatif Proses kegiatan belajar dilaksanakan dengan pendekatan tematik dan terpadu Proses kegiatan belajar diarahkan pada pengembangan potensi kecerdasan menyeluruh dan terpadu Pengembangan kurikulum secara konkret adalah berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain berdasarkan potensi anak dan tugas perkembangan dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.
Tujuan Pengembangan Kurikulum Menurut Catron dan Allen (1999:30) tujuan pengembangan kurikulum yang utama adalah untuk mengoptimalkan perkembangan anak secara menyeluruh serta terjadinya komunikasi interaktif.
Tujuan Kurikulum AUD di Indonesia adalah membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan, dan kreativitas yang diperlukan oleh anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan pada tahapan berikutnya (Depdiknas 2004: 3) Untuk mencapai tujuan kurikulum tersebut, maka diperlukan strategi pembelajaran bagi AUD yang berorientasi pada: Tujuan yang mengarah pada tugas-tugas perkembangan anak Materi yang diberikan harus mengacu dan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan anak Metode yang dipilih seharusnya bervariasi Media dan lingkungan bermain yang digunakan haruslah aman, nyaman, dan menimbulkan ketertarikan bagi anak Evaluasi yang terbaik
Fungsi dari Pengembangan Kurikulum Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya Mengenalkan anak dengan dunia sekitar Mengembangkan sosialisasi anak Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak Memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmati masa bermainnya
Kurikulum yang efektif digambarkan dengan indikator sebagai berikut : Anak aktif dan Terlibat Tujuan dijabarkan dengan jelas Didasarkan pada bukti Nilai dari isi kurikulum adalah belajar melalui bermain Dibangun pada pengalaman dan belajar sebelumnya Menyeluruh Kurikulum ditujukan untuk kepentingan anak
Pendekatan dalam pengembangan kurikulum anak usia dini Landasan konseptual yang di gunakan dalam kurikulum adalah : Teori perkembangan anak Pendekatan berpusat pada anak Pendekatan konstruktivisme Pendekatan kurikulum bermain
Teori Perkembangan Anak Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Menurut montessori dalam Hainstock (1999:10-11) mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif, dan selama masa inilah anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya.
menurut Wolfgang dan Wolfgang (1995:14) mengatakan bahwa pendidikan anak usia dini berkaitan dengan teori perkembangan, antara lain : Tanggap dengan proses yang terjadi dalam diri anak dan mengikuti arus perkembangan anak Mengkreasikan lingkungan dengan materi yang beragam dan alat-alat yang memungkinkan anak belajar Memperhatikan laju dan kecepatan belajar dari masing-masing anak Adanya bimbingan dari guru agar anak tertantang untuk melakukan sendiri
Pendekatan Berpusat pada Anak Menurut Coughlin (2000: 5) pendekatan yang berpusat pada anak diarahkan : 1. agar anak mampu mewujudkan dan mengakibatkan perubahan 2. agar anak menjadi pemikir-pemikir yang kritis 3. agar anak mampu membuat pilihan-pilihan dalam hidupnya 4. agar anak mampu menemukan dan menyelesaikan permasalahan secara konstruktif dan inovatif 5. agar anak menjadi kreatif, imajinatif, dan kaya gagasan 6. agar anak memiliki perhatian terhadap masyarakat, negara, dan lingkungannya
Landasan Program Pembelajaranberpusat pada anak didasari pada 3 prinsip utama program tahap demi tahap bagi anak usia dini, yaitu : Konstraktivisme, pelaksanaan yang sesuai dengan perkembangan dan pendidikan progresif Menurut Coughlin (2000:23) mengemukakan bahwa secara spesifik pembelajaran yang berpusat pada anak bertujuan untuk : 1. Mengembangkan kemampuan anak secara alamiah 2. Berusaha membuat anak bebas dan aman secara psikologis 3. Meningkatkan kepedulian dan kerjasama antara pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat. 4. Menekankan pada asas keterbukaan 5. Melengkapi segala kebutuhan yang menunjang perkembangan anak
Pendapat Piaget, Erickson, dan Isaac dalam Wolfgang dan wolfgang (1999:12-13) Bahwa model berpusat pada anak sangatlah berbeda dengan model berpusat pada guru, pada model yang berpusat pada anak pendekatan yang digunakan berdasarkan perkembangan dan kegiatan bermain sedangkan model yang berpusat pada guru berdasarkan pada perilaku yang diatur dan pembelajaran yang diatur oleh guru. Bahwa model berpusat pada anak cirinya adalah : Berorientasi pada perkembangan anak, berorientasi pada bermain, berdasarkan proses dan bersifat terbuka atau bebas.
Pendekatan konstruktivistik Semiawan (2002: 3-4 ) Berpendapat bahwa pendekatan konstruktivisme bertolak dari suatu keyakinan bahwa belajar adalah membangun ( to construck ) pengetahuan itu sendiri setelah direncanakan dan kemudian di pahami dalam diri individu dan merupakan perbuatan dari dalan diri seseorang.
Dalam perbuatan belajar seperti itu bukan apanya atau isi pembelajarannya yang penting. Melainkan bagaimana mempergunakan peralatan mental untuk menguasai apa yang di pelajari. Pengetahuan itu di ciptakan kembali dan di bangun dari dalam diri seseorang melalui pengamatan, pengalaman, dan pemahamannya.
Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu merupakan sesuatu yang di bangun secara personal. Vygotsky memandang bahwa kognisi itu merupakan suatu fenomena sosial atau sesuatu yang di bangun secara sosial.
Proses pembentukan pengetahuan Vygotsky mengemukakan konsep zone of proximal development ( ZPD ). Sebagai kapasitas potensial belajar anak yang dapat berwujud melalui bantuan orang dewasa, atau orang yang lebih terampil. Vygotsky dalam Berk dan Winsler mendefinisikan ZPD sebagai jarak atau kesenjangan antara level perkembangan yang aktual yang di tunjukan dengan pemecahan masalah secara mandiri dan level perkembangan potensial yang di tunjukan oleh pemecahan masalah dengan bimbingan orang dewasa ataupun kerjasama dengan para teman sebaya yang lebih mampu.
Tahapan ZPD ada 4 Tindakan anak masih di pengaruhi orang lain Tindakan anak didasarkan atas inisiatif sendiri Tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi. Tindakan spontan yang di ulang-ulang sehingga anak siap berpikir abstrak
Implikasi Konstruktivisme dalam kegiatan bermain Anak hendaknya memperoleh kesempatan luas dalam kegiatan pembelajaran guna mengembangkan potensinya Pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensial daripada perkembangan aktualnya Program kegiatan bermain lebih di arahkan pada penggunaan strategi Anak di beri kesempatan yang luas untuk mengintregasikan pengetahuan deklaratif yang telah di pelajari deng