KALIMAT PERMOHONAN DIREKTIF BAHASA JEPANG DAN BAHASA JAWA : Tinjauan Sosiolinguistik
LATAR BELAKANG Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa merupakan bahasa yang tidak serumpun; Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa mengenal ragam biasa dan ragam hormat; Bahasa Jepang mempunyai 4 macam bentuk tingkatan bahasa, sedangkan bahasa Jawa mempunyai bentuk undak-usuk hingga 13 macam; Dalam kalimat permohonan direktif bahasa Jepang dan bahasa Jawa, tingkatan Sonkeigo dapat dipadankan dengan Krama Inggil, Kenjougo dengan Krama Andhap, Teinego dengan Madya/Krama, dan Futsuugo dengan Ngoko.
RUMUSAN MASALAH Seperti apakah penggunaan kalimat permohonan direktif bahasa Jepang dan bahasa Jawa? Seperti apa perbedaan dan persamaan penggunaan kalimat permohonan direktif bahasa Jepang dan bahasa Jawa berdasarkan pemakaian bahasa menurut konteks sosial penggunaannya? TUJUAN PENELITIAN Mendeskripsikan penggunaan kalimat permohonan direktif bahasa Jepang dan bahasa Jawa? Mendeskripsikan perbedaan dan persamaan penggunaan kalimat permohonan direktif bahasa Jepang dan bahasa Jawa berdasarkan pemakaian bahasa menurut konteks sosial penggunaannya?
BOBOT DAN RELEVANSI Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah penelitian di bidang linguistik, khususnya dalam kajian sosiolinguistik yang berkaitan dengan penggunaan kalimat permohonan direktif bahasa Jepang dan bahasa Jawa berdasarkan pemakaian bahasa menurut konteks sosial penggunaannya dalam data dialog. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan pola pengajaran bahasa Jepang dan bahasa Jawa juga para pembelajar terutama mahasiswa jurusan Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa dalam melihat perbandingan perbedaan dan persamaan penggunaan kalimat permohonan direktif bahasa Jepang dengan bahasa Jawa terhadap faktor bahasa dalam menjelaskan fenomena kemasyarakatannya.
KAJIAN TEORI Teori yang digunakan dalam penelitian ini tidak terbatas pada satu teori saja, tetapi digunakan beberapa teori yang relevan. Teori-teori tersebut saling mendukung melengkapi dalam pembahasan sehingga tujuan penulisan dapat dicapai. Teori-teori tersebut antara lain. Teori yang berkaitan dengan Kalimat Permohonan Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa, Ishii (1984), Sunagawa et.al. (1999), Masuoka (1999), dan Wedhawati, et.al. (2005). Teori yang berkaitan dengan Sosiolinguistik Nababan (1993), dan Sanada (2000). Teori tentang linguistik kontrastif Tarigan (1992) dan Takahashi (1998). Teori tentang unggah-ungguh bahasa Jawanya Poedjosudarmo (1979), Sudaryanto (1991 dan 1993), Sasangka (2004), Harjawiyana (2009) dan Partini (2010).
Nama dan Judul Penelitian PENELITIAN TERDAHULU Nama dan Judul Penelitian Kajian Teori dan Data Hasil Ishii (1991) Perbandingan Sistem Unggah-ungguh dalam bahasa Jepang dan bahasa Jawa (Jurnal) Sintaksis dan Semantik Teori unggah-ungguh bahasa Jepang (keigo) dari Kaneda (1981), Poedjosoedarmo (1979) dan lainnya. Sumber data berasal dari buku Shinrigaku kara Mita Keigo no Mondai (Iritani, 1979), Majalah Panjebar Semangat, Jayabaya dan lainnya. Terdapat 26 data kalimat berbahasa Jepang dan berbahasa Jawa tentang unggah-ungguh bahasa Jepang dan bahasa Jawa. Bahasa Jepang dan bahasa Jawa mengenal adanya sistem unggah-ungguh bahasa, seperti: Futsuu dengan Ngoko, Teinei dengan Madya, Sonkeigo dengan Krama/Krama Inggil, Kenjoogo dengan Krama Andhap
Undak-usuk bahasa Jepang dan bahasa Jawa : Sebuah Perbandingan Hartati (2008) Undak-usuk bahasa Jepang dan bahasa Jawa : Sebuah Perbandingan (Tesis) Sosiolinguistik Teori berdasarkan buku-buku teori bahasa Jepang dan bahasa Jawa, seperti: Nandemo Wakaru Shinkokugo Handobukku (Hirai Masao, 1985), Tata Bahasa Jawa (Purwadi, dkk. 2005), Tingkat Tutur bahasa Jawa (Poejosoedarmo, 1979) dan lainnya. Sumber data berdasarkan buku-buku ajar bahasa Jepang dan majalah berbahasa Jawa, seperti: Minna no Nihongo I, dan II, Chukyuu I dan II , Majalah Panjebar Semangat, Majalah Joko Lodang, Pelajaran Bahasa Jawa, dan lain-lain. Terdapat 38 data dialog berbahasa Jepang dan berbahasa Jawa tentang undak-usuk bahasa Jepang dan Bahasa Jawa. Bahasa Jepang dan bahasa Jawa mengenal adanya sistem undak-usuk diantara keduanya, seperti: undak-usuk ngoko dengan futsuugo, madya/krama dengan teineigo, krama inggil dengan sonkeigo, krama andhap dengan kenjoogo.
Lestari (2009) Perbandingan Tingkat Tutur Bahasa Jepang Futsuu-Teinei dan Bahasa Jawa Ngoko-Krama (Tesis) Sosiolinguistik Teori berdasarkan buku-buku teori bahasa Jepang dan bahasa Jawa, seperti: Nandemo Wakaru Shinkokugo Handobukku (Hirai Masao, 1985), Tata Bahasa Jawa (Purwadi, dkk. 2005), Tingkat Tutur bahasa Jawa (Poejosoedarmo, 1979) dan lainnya. Sumber data berdasarkan buku-buku ajar bahasa Jepang dan majalah berbahasa Jawa, seperti: Minna no Nihongo I, dan II (Ogawa, 1998), Majalah Panjebar Semangat, Pelajaran Bahasa Jawa, dan lain-lain. Terdapat 32 data dialog berbahasa Jepang dan berbahasa Jawa tentang Tingkat Tutur Futsuu-Teinei dan Ngoko-Krama. Bahasa Jepang dan bahasa Jawa mengenal adanya tingkat tutur, seperti: tingkat tutur Futsuugo dapat dikontraskan dengan Ngoko, tingkat tutur Teineigo dapat dikontraskan dengan Madya/Krama.
Tingkat Tutur Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa : Analisis Kontrastif Suherman (2009) Tingkat Tutur Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa : Analisis Kontrastif (Jurnal) Sosiolinguistik Teori berdasarkan buku-buku teori bahasa Jepang dan bahasa Jawa, seperti :Kuwashii Kokugo Bunpou (Tachika, 1987), Tingkat Tutur Bahasa Jawa (Poedjosodarmo, 1979), Unggah-ungguh Bahasa Jawa (Sasangka, 2004) dan lainnya Sumber data berdasarkan buku-buku ajar bahasa Jepang dan majalah berbahasa Jawa, seperti: Minna no Nihongo I, dan II (Ogawa, 1998), Majalah Panjebar Semangat, Pelajaran Bahasa Jawa, dan lain-lain. Terdapat 20 data dialog berbahasa Jepang dan berbahasa Jawa tentang Tingkat Tutur Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa. Bahasa Jepang mengenal adanya tingkat tutur yang rapi, seperti: tingkat tutur Futsuugo dengan Ngoko, Teineigo dengan Madya/Krama, Sonkeigo dengan Krama/Krama Inggil, Kenjooogo dengan Krama Andhap.
Kalimat Permohonan Direktif Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa Teguh Santoso (2016) Kalimat Permohonan Direktif Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa Sosiolinguistik Teori berdasarkan pada buku-buku teori seperti: Jawago no Kiso (Ishii, 1984), Gaikoku no Tame no Nihongo Reibun Mondai Shiriizu Keigo (Hirabayashi dan Hama 1988), Kiso Nihongo Bunpou (Masuoka et.al. 1999), Tingkat Tutur Bahasa Jawa (Poedjosoedarmo, 1979), Unggah-ungguh Bahasa Jawa (Sasangka, 2004), Tata Bahasa Jawa Mutakhir (Wedhawati dkk, 2005), dan lain-lain. Data analisis berdasarkan novel Shin Suikoden (新水滸伝), drama Jin (仁), naskah ketoprak Wiswakarman, dan Majalah on line Panjebar Semangat . Terdapat 40 data dialog berbahasa Jepang dan berbahasa Jawa tentang Chokusetsu Irai Hyougen dan Uluk Salam Langsung. Kalimat permohonan direktif bahasa Jepang dalam tingkatan Futsuugo dapat dikontraskan dengan Ngoko, Teineigo dengan Madya & Krama, Sonkeigo dengan Krama/Krama Inggil, Kenjoogo dengan Krama Andhap.
Perbedaan substansi dari semua penelitian tersebut di atas dengan penelitian ini, adalah penulis lebih memfokuskan pada penelitian penggunaan kalimat permohonan direktif bahasa Jepang dan bahasa Jawa serta situasi penggunaannya berdasarkan konteks sosial dalam data dialog. .
SUMBER DATA Data Bahasa Jepang: Novel Shin Suikoden (新水滸伝), drama Jin (仁) Data Bahasa Jawa: Naskah Ketoprak Wiswakarman UNS), majalah berbahasa Jawa, Panjebar Semangat, dan majalah Penjebar Semangat on line. (http://www.panjebarsemangat.co.id/).
Metode dan teknik penyediaan data Data bahasa Jepang dan bahasa Jawa Sumber data Novel Shinzui Koden Ketoprak Wiswakarman Data dialog Kalimat permohonan direktif verba bahasa Jepang dan bahasa Jawa Analisis kontrastif Sosiolinguistik Penarikan simpulan Penggunaan keigo kalimat permohonan direktif bahasa Jepang Penggunaan unggah-ungguh krama kalimat permohonan direktif bahasa Jawa Amati dan catat Amati dan catat reduksi reduksi
METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA Novel Shinzui Koden, Drama Jin Data kalimat permohonan direktif verba bahasa Jepang dalam tingkatan teineigo (~kudasai,~te kuremasu/kuremasen ka) (4 data) Kalimat permohonan direktif verba dalam tingkatan futsuugo (~te kure/kurenai) (5 data) Kalimat permohonan direktif verba dalam tingkatan kenjoogo (~te itadakimasu ka/itadakemasen ka) (5 data) Sumber data bahasa Jepang (20 data) Kalimat permohonan direktif verba dalam tingkatan sonkeigo (~te kudasaimasu ka/kudasaimasen ka) (6 data) Simak dan Catat Simak dan Catat Klasifikasi Klasifikasi Analisis data Perbedaan dan persamaan kalimat permohonan direktif bahasa Jepang Simpulan
METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA Naskah Ketoprak Wiswakarman UNS Majalah Penjebar Semangat Kalimat permohonan direktif verba dalam unggah-ungguh madya(~nen, ~en, ~pun) dan krama (~pun, ~dipun, ~aken, mangga~) (4 dan 3 data) Kalimat permohonan direktif verba dalam unggah-ungguh ngoko (~a, ~ana, ~en/nen) (6 data) Kalimat permohonan direktif verba dalam unggah-ungguh krama andhap (~pun, ~dipun, ~aken, mangga~) (3 data) Sumber data bahasa Jawa Kalimat permohonan direktif verba dalam unggah-ungguh krama inggil (~pun, ~dipun, ~aken, mangga~) (4 data) Simak dan Catat Simak dan Catat Klasifikasi Klasifikasi Analisis data Perbedaan dan persamaan kalimat permohonan direktif bahasa Jawa Simpulan
Data (11) 「さぞ、遠くであろうの。延安の空は黄河の西、長安の古都の北、なにせい、 旅はやさしくはありません。ご辛抱くださいませ。おお、どんな難儀とて わが子と二人なら、恐べぬことはない。このお進も、母上を抱いてるのが、 百人力のここちです」。 Sazo, tooku de arou no. En’an no sora wa Kou Ga no nishi, Chou An no koto no kita, nanisei, tabi wa yasashiku wa arimasen. Goshinbou kudasaimase. Oo, donna nangi totewa ga ko to futari nara, osobenu koto wa nai. Kono oususumu mo, hahaue o daiteru no ga, hyaku nin chikara no kokochi desu. ‘En An pastilah sangat jauh. Letaknya di sebelah barat sungai Kou Ga dan di sebelah utara ibukota lama Chou An. Perjalanan kita memang tidak akan ringan. Jadi, kumohon Ibu bersabar. Ya. Kalau berdua dengan anakku, betapa pun sulitnya, akan bisa bertahan.’ (Shin Suikoden, 2011:49) Situasi tuturan: Percakapan ini terjadi antara seorang pelatih kepala kerajaan (Ou Shin) yang terlepas dari penangkapan mulai melakukan perjalanan jauh bersama ibunya menuju En An. Dalam perjalanannya, ia menyampaikan kepadanya untuk bersabar kalau dalam perjalanan mereka menuju Ei An sangatlah jauh dan penuh rintangan.
Nyi Sapar : Mengko wae ndhuk, iki ibu isih napeni gabah… Data (34) Gendhis : Ibu, toya anget sampun kula cawisaken, menawi ibu badhe siram, sumangga gage kemawon. Nyi Sapar : Mengko wae ndhuk, iki ibu isih napeni gabah… Gendhis : Sampun ibu, ibu ngaso kemawon, wiwit mau kula gathekaken saking lebet ibu kados mboten kagungan kesel. Mangga kula mawon ingkang nggantosaken napeni gabahipun… Nyi Sapar : Kowe kuwi sing kudune diakehi leren, eling, kowe kuwi mbobot tuwa aku ngono nadyana wis tuwa ngene ananging isih rosa anggone tumandang gawe….Nadyana aku iki wis ora isa weruh, nanging ora kok mung isa meneng banda tangan ora tumindak apa-apa.. Gendhis : Ibu, air hangatnya sudah saya siapkan, kalau ibu hendak mandi, silakan saja. Nyi Sapar : Nanti aja nak, nih ibu masih membersihkan padi... Gendhis : Sudahlah ibu, ibu istirahat saja, dari tadi saya perhatikan dari dalam ibu seperti tidak punya rasa lelah. Tolong ijinkan saya saja yang menggantikan Ibu membersihkan padinya... Nyi Sapar : Kamu itu yang harusnya istirahat, ingat kamu itu lagi hamil tua aku meski sudah tua begini tapi masih kuat untuk bekerja...Meskipun aku ini sudah tidak bisa melihat, tapi tidak bisa hanya berdiam diri untuk tidak melakukan apa-apa... (Tegalreja 1825, 2015:6).
Situasi tuturan: Bentuk Dasar Verba Bentuk Verba Permohonan Percakapan terjadi antara Gendhis (anak perempuan Nyi Sapar) dengan Nyi Sapar (ibu Gendhis). Gendhis melihat Ibunya yang terus bekerja membersihkan padi yang tampak tidak merasa kelelahan, padahal penglihatannya sudah tidak baik lagi. Melihat keadaan tersebut, ia merasa kasihan. Kemudian ia mencoba menawarkan dirinya untuk menggantikan pekerjaan ibunya, namun karena putrinya sedang hamil besar, maka ditolak niat baik putrinya tersebut. STRUKTUR KALIMAT PERMOHONAN DIREKTIF BAHASA JEPANG DAN BAHASA JAWA Bentuk Dasar Verba Bentuk Verba Permohonan Keigo yang digunakan Data (11) Shinbou suru ‘Bersabar’ Go+V (kepala masu)+kudasaimase Goshinbou kudasaimase ‘Tolong Anda bersabar’ Sonkeigo Unggah-ungguh yang digunakan Data (34) Nggantos ‘Mengganti’ Mangga +...V+ aken Mangga kula mawon ingkang nggantosaken ‘Tolong ijinkan saya saja yang akan menggantikannya’ Krama Inggil
Konteks Kalimat Permohonan Bahasa Jepang Penutur Petutur Bentuk Permohonan Keigo yang digunakan Keterangan Anak Ibu Go+ kudasaimase Sonkeigo Seorang anak dengan ibunya (Keluarga kerajaan).
Konteks Kalimat Permohonan Bahasa Jawa Unggah-ungguh yang digunakan Penutur Petutur Bentuk Permohonan Unggah-ungguh yang digunakan Keterangan Anak Ibu Mangga+ ~aken Krama, Krama Inggil Seorang anak dengan orang tua (ayah/ibu).
SIMPULAN Kalimat permohonan direktif bahasa Jepang dan bahasa Jawa memiliki perbedaan dan persamaan, diantaranya: Kalimat permohonan direktif dalam bahasa Jepang dalam situasi non formal mengenal ragam bahasa pria dan wanita, sedangkan dalam kalimat permohonan direktif bahasa Jawa tidak demikian; Kalimat permohonan direktif bahasa Jepang dalam lingkup keluarga (ayah-ibu, dan anak) umumnya sama-sama menggunakan bentuk futsuugo (biasa) sedangkan dalam kalimat permohonan direktif bahasa Jawa menggunakan bentuk krama (sopan), sebaliknya apabila orang tua (ayah-ibu) apabila berbicara kepada anaknya kalimat permohonannya umumnya menggunakan bentuk ngoko (biasa).
3. Kalimat permohonan direktif bahasa Jepang paling banyak dibentuk dari komposisi bentuk juju hyougen (ungkapan beri terima), seperti ~te kure/kurenai/kurenai ka, (futsuugo) ~kudasai, ~te kuremasu ka/kuremasen ka, ~te moraimasu ka/moraemasen ka (teineigo), ~te kudasai/kudasaimasu/kudasaimasu ka/kudasaimasen ka?, ~te kudasaimasu ka/kudasaimasen ka? (sonkeigo), ~te itadakimasu ka /itadakemasen ka (kenjoogo), dan lainnya. Sedangkan dalam uluk salam langsung (kalimat permohonan direktif) dalam bahasa Jawa-nya menggunakan bentuk panambang (akhiran) ~a, ~ana, (ngoko), ~nen, ~en, ~pun,(madya) ~aken, dipun~, kula aturi ~ mangga~ (krama, krama inggil dan krama andhap). 4. Kalimat permohonan direktif dalam bahasa Jepang mengenal adanya keigo, sedangkan dalam kalimat permohonan direktif dalam bahasa Jawa mengenal sistem undak-usuk dan unggah- ungguh basa. 5. Kalimat permohonan direktif bahasa Jepang mengenal sistem uchi dan soto, senioritas (senior dan junior), hubungan atasan dan bawahan, hubungan pemberi jasa dan penerima jasa (dokter dengan pasien, tamu dengan pelayan, guru dengan murid dan lainnya), sedangkan uluk salam langsung tidak demikian.
SARAN Penelitian ini dapat dilanjutkan ke ranah penelitian lanjutan yang berhubungan dengan kalimat permohonan direktif lainnya misalnya berhubungan dengan nomina maupun ajektiva dalam bahasa Jepang dan bahasa Jawa, begitu pula dengan tema lainnya yang sepadan atau tidak, seperti: kalimat permohonan indirektif (tak langsung) verba dalam bahasa Jepang dan bahasa Jawa dengan menggunakan kajian sosiolinguistik, pragmatik, sosiopragmatik, etnolinguistik dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA Ishii, Kazuko. 1984. Jawago no Kiso : Dhasar-dhasar Sinau Basa Jawa. Tokyo: Todaishozai ___________ 1991. Perbandingan Sistem Unggah-ungguh dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa. Jurnal. Konggres Bahasa Jawa IV: Vol C: 443-469. Ishiwata, Toshio, dan Takahashi, Makoto. 1998. Taishou Gengogaku. Tokyo: Oufu Kridalaksana, H. 2000. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia. Lado, Robert. 1979. Linguistik Di Pelbagai Budaya: Linguistik Terapan Untuk Guru Bahasa (Terjemahan: Soenjono Djardjowidjojo). Bandung: Ganaco N.V. Nitta, Yoshio. 2009. Gendai Nihongo Bunpou 7. Kuroshio Shuppan. Nugraha, Alfath Noke. 2014. Gagak Rimang Brahi. Surakarta: Wiswakarman UNS. __________________ 2015. Tegalrejo 1825. Surakarta: Wiswakarman UNS. Poejosoedarmo, Soepomo dkk. 1979. Tingkat Tutur Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa-Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sanada, Shinji, dkk. 2000. Shakaigengogaku. Tokyo: Oufuu. Sasangka, Sri Satriya Tjatur Wisnu. 2004. Unggah-ungguh Bahasa Jawa. Jakarta: Yayasan Paramalingua. Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik: Antropologi Linguistik Linguistik Antropologi. Medan: Penerbit Poda. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa:Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Seri IDEP, Yogyakarta: Duta Wacana Press. Sudjianto. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc. Sutedi, Dedi. 2004. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press (HUP). Suwito. 1983. Sosiolinguistik :Teori dan Problema. Surakarta :Kenary Offset. Tarigan, Henry Guntur. 1992. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa Trisno, Santoso. 2014. Lurah Ganjur. Surakarta: Wiswakarman UNS. Yatmana, et.al. 2003. Pelajaran Bahasa Jawa 3. Jakarta: Yudhistira Yoshikawa, Eiji. 2011. Shin Suikoden (Diterjemahkan oleh :Jonjon Johana dan Mikihiro Moriyama). Jakarta: Kansha Book.
ありがとうございます…^_^