Asidosis pada ruminansia OLEH KELOMPOK 3
Pendahuluan Asidosis adalah suatu kondisi patologis dengan akumulasi asam tinggi atau menipisnya cadangan basa dalam darah dan jaringan tubuh,serta ditandai dengan konsentrasi ion hydrogen yang meningkat Asidosis metabolik pada hewan ruminansia dapat terjadi pada sapi potong maupun sapi perah yang diberikan pakan mengandung karbohidrat yang mudah di fermentasi (Greenwood dan McBride 2010).Mikroba anaerobic dalam rumen dan sekum akan melakukan fermentasi karbohidrat untuk menghasilkan VFA dan laktat
ETILOGI ASIDOSIS Asidosis metabolik umumnya diawali kondisi asidosis rumen (Greenwood dan McBride 2010) retikulorumen merupakan organ pencernaan pada ruminansia yang memiliki ekosistem mikroba anaeorbik.Mikroba dalam rumen melakukan proses pencernaan dengan fermentasi, substrat akan dirubah menjadi asam organic.Masuknya substrat dalam jumlah yang normal serta proses penyerapan yang baik akan menciptakan pH rumen yang stabil yaitu berkisar 5,8 – 6, 8. Pada keadaan asidosis pH rumen biasanya dibawah 5,5 (Nagaraja dan Titgemeyer 2006). Masuknya substrat dalam jumlah yang normal serta proses penyerapan yang baik akan menciptakan pH rumen yang stabil yaitu berkisar 5,8 – 6, 8. Pada keadaan asidosis pH rumen biasanya dibawah 5,5 (Nagaraja dan Titgemeyer 2006)
Asidosis metabolik pada ruminansia terjadi karena adanya konsumsi karbohidrat yang mudah difermentasi secara berlebihan,Hal ini biasanya terjadi pada saat pemberian pakan dari biji-bijian.Biji-bijian seperti gandum dan jagung merupakan jenis pakan yang mangandung karbohidrat yang mudah difermentasi sehingga dapat menyebabkan kejadian asidosis. Pakan yang dikonsumsi oleh hewan ruminansia akan masuk kedalam rumen dan melewati tahap fermentasi oleh bakteri
Bakteri rumen akan merespon adanya peningkatan kandungan karbohidrat yang mudah dicerna dengan peningkatan akvitas. Adanya peningkatan aktivitas bakteri rumen menyebabkan senyawa kimia yang dihasilkan juga meningkat seperti VFA dan laktat sehingga memungkinkan tejadinya asidosis rumen. Beberapa bakteri yang berperan adalah Bifidobacterium, Butyrivibrio, Eubacterium, Lactobacillus, Mitsuokella, Prevotella, Ruminobacter, Selenomonas, Streptococcus, Succinimonas, dan Succinivibrio (Nagaraja dan Titgemeyer 2006
Hasil fermentasi rumen berupa VFA dan laktat yang berlebihan akan diserap dan masuk kedalam darah. Masuknya VFA dan laktat secara berlebihan dalam darah yang menyebabkan terjadinya kondisi asidosis metabolik. Dalam darah terdapat mekanisme buffer yang dapat menetralkan asam yang masuk dalam darah. Kondisi asidosis terjadi saat jumlah asam yang masuk berlebihan dan jumlah buffer yang ada sedikit. Umumnya senyawa kimia yg bersifat buffer dalam darah ialah ion bikarbonat (HCO3-). (Owens et al. 1998)
Gejala Asidosis Tanda asidosis yang biasa terlihat pada hewan ruminansia ialah adanya penurunan nafsu makan. Tanda-tanda klinis sangat bervariasi, tetapi biasanya menjadi jelas 12-36 jam setelah konsumsi pakan yang mudah di fermentasi. Dalam bentuk akut, asidosis yang cukup parah adalah pelemahan dari fungsi tubuh. Tanda paling awal adalah kelesuan. Berhentinya gerak ruminal adalah indikasi yang sangat kuat terjadinya asidosis karena hal ini diakibatkan oleh konsentrasi tinggi dari asam laktat dan VFA, khususnya butyrate. Kotoran awalnya pekat kemudian menjadi berair dan sering berbusa, dengan bau yang menyengat. Dehidrasi akan berkembang dalam waktu 24 hingga 48 jam. Hewan yang sembuh dapat meninggalkan rumenitis, laminitis, atau pembengkakan hati. Hewan yang mengalami asidosis subacute jarang menunjukkan tanda-tanda klinis (Owens et al. 1998).
Pengendalian Asidosis Pengendalian asidosis cukup dipengaruhi oleh manajemen nutrisi. Evaluasi tentang manajemen nutrisi adalah langkah pertama dalam mengendalikan asidosis. Salah satu strategi untuk meminimalkan risiko yang berkaitan dengan pakan yang tinggi tingkat fermentasinya (gandum, barley, jagung, dan sebagainya) adalah mencampur pakan dengan fermentasi tinggi dengan bahan-bahan yang lebih rendah tingkat fermentasi patinya. Efisiensi pada kombinasi pakan, lebih baik dibandingkan dengan menggunakan satu pakan (Owens et al. 1998).
TANDA HEWAN TERKENA ASIDOSIS 1. Pertama, lihat kondisi kaki ternak anda, jika muncul tremor (gemetar), dan kemudian tidak kuat berdiri, selain hipocalcemia, maka besar kemungkinan ternak anda mengalami acidosis. 2. Kedua, dan ini biasanya cukup banyak ditemui, adalah kaki ternak mengalami laminitis atau foot rot. Laminitis itu seperti apa?? Di lapang biasanya saya simplifikasi, kalau laminitis itu posisi kaki belakang tidak bisa jinjit (jawa = tegak), posisi kakinya jadi seperti tapak kaki orang. Sedangkan foot rot, adalah kondisi yang lebih parah dari laminitis, dengan posisi kaki yang tidak bisa jinjit, dan pada beberapa kasus, akan muncul aroma busuk dari daerah kaki, dan kondisi kuku kaki membengkak.
3. ternak yang mengalami acidosis biasanya intake atau konsumsi-nya akan menurun, baik konsentrat maupun hijauan, karena dia sudah merasakan ketidak-nyaman-an dalam sistem digestive-nya, dan juga rasa sakit pada kaki yang mengalami laminitis/foot rot. Mirip manusia yang terkena sakit maag, sama-sama kadar asam dalam perutnya naik. 4. ini memperkuat ketiga faktor diatas, adalah ternak anda mengalami mencret atau diare. Diare yang muncul punya karakteristik feses yang sangat cair dan biasanya berwarna agak kuning.
5. Pada saat panting(karena stress) CO2 dikeluarkan sehingga pembentukan karbonat terganggu. Hal ini akan menyebabkan pH di rumen menjadi asam sehingga terjadi asidosis. Maka akan berpengaruh pada produksi sapi.Pada saat asidosis rumen akan mengeluarkan zat yang membuat pembuluh darah menyempit. Sehingga pembuluh darah kecil akan terputus,salah satunya pada kuku. Maka pada kuku akan terjadi kematian jaringan,dan kestabilan kuku akan terganggu sehingga terjadi pincang(laminitis).Asidosis akan berpengaruh pada hati (detoksifikasi),reproduksi (asam) dll
ASPEK LAIN YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA ASIDOSIS § Manajemen 1. Awal pemberian pakan pada sapiSering sapi-sapi yang masuk ke dalam feedlot tidak pernah diberi konsentrat secara berlebihan. Akan lebih baik menggunakan pakan kasar (roughage) untuk sapi-sapi yang baru datang, kemudian secara bertahap diberi konsentrat sampai akhirnya full feed.
2. Perubahan pakanBila level konsentrat ditingkatkan, harus diberikan secara bertahap sehingga kalori yang dikonsumsi, peningkatannya juga bertahap. 3. Pakan dengan energi tinggiSangat sulit dalam pemberian pakan dengan kandungan konsentrat tinggi tanpa mengalami asidosis / kembung. 4. Cuaca dan musimKejadian asidosis paling tinggi terjadi selama musim panas / pada waktu perubahan cuaca. Hal ini karena pakan yang dikonsumsi berfluktuasi dalam jumlah dan kualitas. 5. Perbedaan bangsaSapi Brahman yang diberi konsentrat tinggi, level asam laktat dalam darah akan meningkat lebih cepat dibandingkan dengan sapi Hereford atau Angus.
§ Fisiologis 1. Motilitas rumen berhenti / statisBila pH rumen menurun mendekati 5, kontraksi rumen juga akan menurun dan akhirnya akan berhenti sama sekali karena banyak mikrobia rumen yang mati. 2. Diare / dehidrasiDalam kondisi ini akan terjadi penurunan total air tubuh sampai dengan 8% dari BB (pada domba). Cairan fecal yang hilang melalui diare cukup besar dan terjadi ketika motilitas rumen terdepress.
Asidosis sistemik Asidosis akut pada ruminansia disebabkan karena kelebihan konsumsi KH fermentable yang menyebabkan penurunan pH karena produksi VFA dan non VFA yang besar. Selama asidosis, bakteri pencerna selulosa dan protozoa jumlahnya menurun dengan cepat. Dengan kata lain organisme yang menstabilkan lingkungan rumen berada di bawah kondisi normal. Pemberian pakan dengan kandungan SK tinggi (roughage) akan membantu mengurangi terjadinya asidosis, karena roughage mempunyai kemampuan buffer yang lebih baik daripada konsentrat.
TERIMA KASIH