TUGAS B.INDONESIA BAB 2 TENTANG MAJAS,PERIBAHASA,UNGKAPAN,DIKSI DAN MAKNA KONOTATIF DAN DENOTATIF DISUSUN OLEH MUHAMMAD AULIA RAHMAN
DIKSI Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara.[rujukan?] Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata – seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Fonem : Fonem dalam bahasa dapat mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata. Fonem /p/ dalam bahasa Indonesia, misalnya, dapat mempunyai dua macam lafal. Bila berada pada awal suku kata, fonem itu dilafalkan secara lepas. Pada kata /pola/, misalnya, fonem /p/ itu diucapkan secara lepas untuk kemudian diikuti oleh fonem /o/. Bila berada pada akhir kata, fonem /p/ tidak diucapkan secara lepas; bibir kita masih tetap rapat tertutup waktu mengucapkan bunyi ini. Dengan demikian, fonem /p/ dalam bahasa Indonia mempunyai dua variasi. Silabel : Suku kata disebut juga silabel adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran. Satu silabel biasanya meliputi satu vokal dan satu konsonan atau lebih. Silabel mempunyai puncak kenyaringan (sonoritas)yang atuh pada vokal Konjungsi : Konjungsi, konjungtor, atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Contoh: dan, atau, serta. Preposisi dan konjungsi adalah dua kelas yang memiliki anggota yang dapat beririsan. Contoh irisannya adalah karena, sesudah, sejak, sebelum. Kata kerja : kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Berdasarkan objeknya, kata kerja dapat dibagi menjadi dua: kata kerja transitif yang membutuhkan pelengkap atau objek seperti memukul (bola), serta kata kerja intransitif yang tidak membutuhkan pelengkap seperti lari. Infleksi : perubahan bentuk kata (dalam bahasa fleksi) yang menunjukkan berbagai hubungan gramatikal (seperti deklinasi nomina, pronomina, adjective, dan konjugasi verba
MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF DAN IDIOMATIK Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif tidak mengalami perubahan makna. Makna konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan. Makna lugas adalah makna yang sesungguhnya dan mirip dengan makna denotatif. Makna kias adalah makna yang bukan sebenarnya yang sama dengan makna konotatif Makna leksikal adalah makna yang tetap tidak berubah-ubah sesuai dengan makna yang ada di kamus. Makna gramatikal adalah makna yang dapat berubah sesuai dengan konteks pemakaian. Kata tersebut mengalami proses gramatikalisasi pada pemajemukan, imbuhan dan pengulangan. Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang lain. Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang menyimpang dari makna konseptual dan gramatikal unsur pembentuknya
CONTOH MAKNA-MAKNA DENOTATIF : A. Mas parto membeli susu sapi KONOTATIF : B. Bu Marcella sangat sedih karena terjerat hutang lintah darat (lintah darat = rentenir) LUGAS : C.Olahragawan itu senang memelihara codot hitam KIAS : D.Pegawai yang malas itu makan gaji buta (makan = menerima) LEKSIKAL : E.TOKO,OBAT.BAJU Gramatikal : F.- Bersentuhan = saling bersentuhan G.- Berduka = dama keadaan duka H.- Berenam = sekumpulan enam orang I.- Berjalan = melakukan kegiatan / aktivitas jalan UMUM : J.Masykur senang makan buah-buahan segar KHUSUS : K.Masykur senang makan jamblang segar
UNGKAPAN DAN PERIBAHASA 1. Idiom Idiom atau disebut juga dengan ungkapan adalah gabungan kata yang membentuk arti baru di mana tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya. Berikut ini adalah beberapa contoh idiom dengan artinya : - cuci mata = cari hiburan dengan melihat sesuatu yang indah - kambing hitam = orang yang menjadi pelimpahan suatu kesalahan yang tidak dilakukannya - jago merah = api dalam kebakaran - kupu-kupu malam = wanita penghibur atau pelacur komersial - ringan tangan = kasar atau suka melakukan tindak kekerasan - hidung belang = pria yang merupakan pelanggan psk atau pekerja seks komersil 2. Peribahasa Peri bahasa adalah suatu kiasan bahasa yang berupa kalimat atau kelompok kata yang bersifat padat, ringkas dan berisi tentang norma, nilai, nasihat, perbandingan, perumpamaan, prinsip dan aturan tingkah laku. Berikut ini adalah beberapa contoh peribahasa dengan artinya : - Di mana bumi dipijak di sana langit di junjung artinya : jika kita pergi ke tempat lain kita harus menyesuaikan, menghormati dan toleransi dengan budaya setempat. - Tiada rotan akar pun jadi artinya : tidak ada yang bagus pun yang jelek juga tidak apa-apa. - Buah yang manis biasanya berulat artinya : kata-kata yang manis biasanya dapat menyesatkan atau menjerumuskan. - Tak ada gading yang tak akan retak artinya : Tidak ada satu pun yang sempurna, semua pasti akan ada saja cacatnya.
MAJAS PERBANDINGAN Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan, dll. Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia. Sinestesia: Metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan suatu indra untuk dikenakan pada indra lain. Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib. Litotes: Ungkapan berupa mengecilkan fakta dengan tujuan merendahkan diri. Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Personifikasi: Pengungkapan dengan menyampaikan benda mati atau tidak bernyawa sebagai manusia. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus. Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita. Perifrase: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
MAJAS SINDIRAN DAN PERTENTANGAN A.MAJAS SINDIRAN Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar. Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll. Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya B.MAJAS PENEGASAN Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar. Oksimoron: Paradoks dalam satu frase. Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
MAJAS PENEGASAN Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya. Sigmatisme: Pengulangan bunyi “s” untuk efek tertentu. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat. Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.