TIGA CARA BERKOMUNIKASI
TIGA CARA BERKOMUNIKASI CARA MEMAKSA/Otoriter CARA MENGALAH/Permasive CARA PEDULI/Proaktif
CARA MEMAKSA Mengungkapkan apa yang dirasakan dan yang mengganggu, namun mengorbankan perasaan dan kebutuhan orang lain
PIKIRAN: Yakin dengan perasaan dan apa yang ingin diungkapkan Menghargai diri sendiri dan merasa lebih penting dari orang lain Merasa memiliki hak meski merugikan orang lain PERASAAN: Penuh kemarahan, ingin menyalahkan orang lain Ketegangan yang muncul kadang diliputi perasaan bersalah, takut, kurang nyaman
PERILAKU: Tangan dipinggang, menunjuk atau mengepal Tatapan mata: menantang, kontak mata tajam, melotot. memandang sebelah mata Posisi tubuh: Menjaga jarak atau terlalu dekat, kepala menengadah, tubuh kaku dan tegang Ekspresi wajah: Sinis, sombong, mengernyitkan dahi Nada suara: keras, kasar, intonasi tinggi
CARA MENGALAH Membiarkan orang lain mengungkapkan, memenuhi kebutuhannya, TAPI mengorbankan perasaan, pendapat maupun hak pribadi
AKIBAT: Hubungan dengan orang lain menjadi “kering” karena didasari oleh dendam dan kebencian Tidak ada kepedulian dan penghargaan Merasa benar, puas, namun kadang ada perasaan bersalah dan menyesal sesudahnya. Komunikasi menjadi buruk, tidak ada kesetaraan, tidak saling menghargai. ‘Korban’ merasa bersalah, sakit hati, merasa terhina, merasa direndahkan. Ucapan mengandung ancaman, atau kritik: ‘Awas ya!’, ‘Malas sekali sih kamu!’ ‘Ala…baru begitu saja kamu enggak bisaa..!’
PIKIRAN: Tidak sadar pada perasaan dan kebutuhan diri Tidak menghargai hak pribadi dan menganggap orang lain lebih penting daripada dirinya. Merasa orang lain berhak lebih beruntung, meski ‘terpaksa’ merugikan diri sendiri PERASAAN: Takut, kuatir, merasa bersalah, kecewa, tertekan Merasa frustasi, bisa berkembang menjadi depresi Ketegangan yang diliputi perasaan kuatir dan tidak berdaya Dapat berkembang menjadi dendam dan kebencian
PERILAKU: Tangan lemas, meremas jari Tidak ada kontak mata, menghindar, menunduk Posisi tubuh: Berusaha menjauh dengan kepala menunduk, tubuh kaku, gemetar dan tegang, Ekspresi wajah: Kecut, salah tingkah, tatapan kosong, memelas Nada suara: monoton, intonasi dan volume rendah Mengorbankan diri untuk menghindari konflik Ungkapan tidak jelas, ragu-ragu, cenderung menyetujui: ‘Barangkali...ya’, ‘Akh…gak apa2 kok!’ ‘Sebenarnya sih…ya sudahlah!’ ‘Gimana.. ya?’
AKIBAT: Hubungan menjadi tidak nyaman karena merasa menjadi “korban”, “dimanfaatkan” Menjadi kurang percaya diri, karena membiarkan orang lain mengendalikannya Komunikasi menjadi buruk, tidak ada kesetaraan, tidak saling menghargai
menyampaikan perasaan CARA YANG PEDULI Mengungkapkan dan menyampaikan perasaan dengan mempertimbangkan pendapat dan hak orang lain
PIKIRAN: Menghargai diri sendiri dan merasa sejajar dengan orang lain Merasa sama-sama berhak beruntung baik diri sendiri maupun orang lain PERASAAN: Merasa lega dan nyaman. Senang, bahagia dan bangga terhadap diri sendiri Merasa ‘penuh’ dengan perasaan positif karena mampu menyelesaikan masalah
PERILAKU: Pandangan mata langsung dan menunjukkan sikap menyampaikan Kontak mata penuh perhatian Posisi tubuh: Mendekat dengan kepala tegak, tubuh tidak tegang dan santai Ekspresi wajah: Tenang Mau berunding, mengajak kerjasama, memberi kesempatan orang lain mengungkapkan
AKIBAT: Mencapai tujuan tanpa menyakiti orang lain Hubungan dengan orang lain menjadi nyaman karena ada perasaan saling percaya dan saling menghargai Komunikasi menjadi lebih jelas Hubungan menjadi lebih baik Menjadi percaya diri karena tidak dikendalikan orang lain