KELOMPOK 2 RESTU ABADY (C12115318) ABDUL GANY BAS (C12115516) ULFA MAHMUDDIN (C12115513) NOOR AZIZAH LUKMAN (C12115007) MERSI SAMBA BURA (C12115022) ELMAYANA ILYAS (C12115313) NUR HIKMA (C12115322) SINDI ELFINA (C12115323) FATIMAH AZ-ZAHRAH (C12115519) NURUL HUSNA MARIKHAR (C12115035) RIA PUTRI GUSTI WULANDARI (C12115506) ITA DEWI PRATIWI (C12115008) MEGAWATI SYAM (C12115314)
definisi Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali per hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gram per hari) dan konsistensi ( feses cair).
ETIOLOGI Infeksi Sindrom malabsobsi Medikasi Alergi Penyakit sistemik Stres Makanan pedas
Manifestasi Klinis : Frekuensi defekasi meningkat bersamaan dengan meningkatnya kandungan cairan dalam feses. Pasien mengeluh keram perut, distensi (perut begah). Peningkatan muruh usus (borborigmus). Anoreksia dan haus. Peregangan yang tidak efektif pada anus (tenesmus) dapat terjjadi saat defekasi
Penatalaksanaan Pemeriksaan etiologi diare secara spesifik dan rutin di laboratorium tidak praktis dan gejala klinisnya juga tidak spesifik, oleh sebab itu, pengobatan yang diberikan ke penderita diare harus berdasarkan gejala utama penyakit dan pengertian dasar tentang mekanisme patogenesisnya. Prinsip pengobatan diare : 1. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologi 2. Makanan harus terus diberikan, bahkan harus ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada gizi. 3. Antibiotic dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin karena tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk dalam hal ini pada diare berat dan diare dengan panas, kecuali: Disentri yang harus diobati dengan antimikroba yang efektif untuk Shigell. Penderita-penderita yang tidak memberi respons dengan pengobatan ini harus dikaji lebih lanjut atau diobati kemungkinan amoibiasis Suspek kolera dengan dehidrasi berat; Diare persisten, jika ditemukan tropozoit atau kista G. lamblia atau tropozit E. histolitika di feses atau cairan usus, atau bila bakteri usus pathogen ditemukan dalam kultur feses.
Pencegahan Pemberian ASI eksklusif (pemberian makanan berupa ASI saja pada bayi umur 4-6 bulan) Menghindari penggunaan susu botol Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI (untuk mengurangi paparan ASI dan perkembangan bakteri) Penggunaan air bersih untuk minum Mencuci tangan baik sesudah BAB dan membuang feses bayi sebelum menyiapkan makanan atau saat makan Membuang feses (termasuk feses bayi) secara benar
Evaluasi Diagnostik Hitung darah lengkap . Urinalisis. Pemerisakaan laboratorium feses untuk organisme infeksius atau parasite. Proktosigmoidoskopi. Enema barium
Komplikasi Distritmia jantung akibat hilangnya cairan dan elektrolit secara bermakna. Hipotensi . Syok
PROSES KEPERAWATAN PASIEN DIARE Pengkajian Diagnosa Keperawatan Intervensi Implementasi Evaluasi
Pengkajian Riwayat kesehatan diambil untuk mengidentifikasi awitan dan pola diare serta pola eliminasi pasien sebelumnya. Terapi obat-obatan saat ini, riwayat medis dan bedah terdahulu, asupan diet harian, dan jadwal makan didiskusikan. Laporan tentang pajanan terakhir terhadap penyakit akut atau perjalanan ke area geografis lain adalah penting. Pasien juga ditanya tentang kram abdomen dan nyeri, frekuensi dan dorongan mengeluarkan fese,s adanya feses cair atau berminyak, mukus, push, dan darah dalam feses. Pengakajian objektif mencakup penimbangan berat badan pasien, mengkaji terhadap adanya hipotensi postural atau takikardia, dan inspeksi feses dalam hal konsistensi, bau dan warna. Auskultasi abdomen menunjukkan adanya bising usus dan karakteristiknya. Distensi abdomen atau nyeri tekan perlu diperhatikan. Membran mukosa dan kulit diinspeksi untuk menentukan status hidrasi. Kulit perianal diinspeksi terhadap adanya iritasi.
Diagnosa keperawatan Berdasarkan pada data pegkajian, diagnosa keperawatan utama dapat mencakup sebagai berikut : Diare berhubungan dengan infeksi, ingesti makanan pengiritasi, gangguan usus. Risiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasase feses yang sering dan kurangnya asupan cairan. Ansietas berhubungan dengan eliminasi yang sering dan tidak terkontrol. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pasase feses yang sering atau encer.
Perencanaan dan implementasi Tujuan utama mencakup : Peningkatan pola defekasi normal, Menghindari kekurangan cairan, Mengurangi ansietas, Mempertahankan integritas kulit perianal, Dan tidak adanya komplikasi.
Intervensi Keperawatan Tindakan Untuk Mengontrol Diare : Ajurkan pasien untuk tidak mengkonsumsi minuman/makanan yang mengendung kafein dan bikarbonat karena dapat merangsang motilitas usus. Ajurkan pasien untuk tirah baring/bedrest/istirahat karena dapat menurunkan peristaltic usus. Ajurkan pasien untuk menghindari makanan yang mengandung tinggi serat . Kolaborasikan penggunaan obat-obat antidiare.
Mempertahankan Keseimbangan Cairan : Mengkaji adanya dehidrasi Memantau haluaran untuk mengkaji status hidrasi Kolaborasikan penggunaan terapi cairan (NaCl, RL) Mengurangi Ansietas : Gunakan pendekatan yang meyakinkan dan anjurkan pasien untuk mengekspresikan rasa takut dan kekhawatiran tentang keadaanya Ajurkan pasien untuk sensitive terhadap defekasi (kram abdomen, bising usus hiperaktif)
Perawatan Kulit : Intruksikan pasien untuk mengikuti rutinitas perawatan kulit seperti mengelap atau mengeringkan area setelah defekasi dan membersihkan denganbola kapas . Mencegah Infeksi : Anjurkan pasien untuk mencegah penyebaran penyakit melalui tangan terkontaminasi, pakaian, linen tempat tidur dan objek lain.
evaluasi Hasil yang diharapkan : 1. Melaporkan pola defekasi normal. 2. Mempertahankan keseimbangan cairan. Mengkonsumsi cairan per oral dengan adekuat Melaporkan tidak ada keletihan dan kelemahan otot. Menunjukkan membran mukosa lembab dan turgor jarimgan normal. Mengalami keseimbanganasupan dan haluaran. Mengalami berat jenis urin normal.
Continue.... 3. Mengalami penurunan tingkat ansietas. 4. Mempertahankan integritas kulit. Mempertahankan kulit tetap bersih setelah defekasi. Menggunakan pelembab atau salep sebagai barier kulit. 5. Tidak mengalami komplikasi. Elektrolit tetap dalam rentang normal. Tanda vital stabil. Tidak ada distritmia atau perubahan dalam tingkat kesadaran.
Jenis-jenis Dehidrasi berdasarkan Tosinitas/Kadar Cairan 1. Dehidrasi hipotonik, pada larutan hipotonik, konsentrasi zat terlarut lebih rendah di luar sel daripada di dalam sel. 2. Dehidrasi isotonis (isonatremik), terjadi ketika kehilangan cairan hampir sama dengan konsentrasi natrium terhadap darah. 3. Dehidrasi hipertonik, Dehidrasi hipertonik terjadi karena hilangnya fluida ekstraseluluer.
Skor Dehidrasi berdasarkan Jumlah Cairan yang Hilang Yang dinilai SKOR 1 2 3 Keadaan umum Baik Lesu/haus Gelisah, lemas, mengantuk hingga syok Mata Biasa Cekung Sangat cekung Mulut Kering Sangat kering Pernapasan < 30 x/menit 30-40 x/menit > 40 x/menit Turgor Kurang Jelek Nadi < 120 x/menit 120-140 x/menit > 140 x/menit
Rumus Kebutuhan Cairan pada Bayi, Anak, dan Dewasa 1. Rumus Kebutuhan Cairan pada Bayi dan Anak Kebutuhan cairan neonates aterm : Hari 1 : 60-80 cc/kgBB/hari : Jenis cairan D10 5% / 10% Hari 2 -7 : 80-120 cc/kgBB/hari : Jenis cairan N5 (D5-1/4NS) Kebutuhan cairan dinaikkan setiap hari 10-10 cc/kgBB/hari
Continued... Kebutuhan cairan pada neonates preterm Hari 1-3 : BB<800 gr :80-100 cc/kgBB/hari BB>800 gr :100-160 cc/kgBB/hari Jenis cairan D10 5%-10% Hari 3-7 : Menambahkan elektrolit KCl : 100 meq/kkolf, Ca gluconas 2-4 meq/kgBB/hari Jenis cairan N5 (D5-1/4NS) Kebutuhan cairan dinaikkan setiap hari 10-10 cc/kgBB/hari
continued 2. Rumus Kebutuhan Cairan pada Dewasa Sesuai rumus Holliday & Segard Pada orang dewasa BB 10 kg pertama = 1 ltr/hr cairan BB 10 kg kedua = 0,5 ltr/hr cairan BB>>10 kg = 20 mL x sisa BB
Rumus Dehidrasi Dehidrasi berdasarkan kriteria “Skor Daliyono”(untuk pasien dewasa) Defisit cairan (cc) = SKOR x BB (kg) x 100