KELAINAN PENGATURAN TEMPERATUR

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Standar kompetensi & kompetensi dasar
Advertisements

TUBERCULOSIS (TB PARU)
KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA
Tindakan Awal Mengatasi Demam Tinggi
TBC.
PEMERIKSAAN SPIROMETRI
DIFERENSIAL DIAGNOSIS SESAK NAFAS
Kenali dan Waspadai Demam Berdarah
RESPON TUBUH TERHADAP CEDERA
Penderita Asam Urat Lebih Banyak Lelaki
KELAINAN KLINIS KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA
BY : WITRI HASTUTI, S.Kep, Ns
PROSES PERNAPASAN OLEH : IDA RIANAWATY, S.Si. M.Pd. Ida Rianawaty.
SISTEM RESPIRASI Bernafas ???? Tujuan ???.
BEBAS TBC dan BEBAS ROKOK.
PNEUMONIA.
SISTEM PENGATURAN SUHU
Dr. Farida A. Soetedjo, Sp.P Bag. Ilmu Penyakit Dalam FK – UWKS 2007
Pendekatan diagnosis Demam pada anak
BRONKITIS AKUT Ivan Julius Mesak Fidelis Apri Angkat
Oleh : dr. Irfan Rahmanto
DIABETES MELLITUS “The Best Prescription is Knowledge"
Kata malaria berasal dari bahasa Italia yaitu Male dan Aria yang berarti hawa buruk. Pada zaman dulu, orang beranggapan bahwa malaria disebabkan oleh udara.
TBC & FILARIASIS KELOMPOK 4.
Interaksi dalam kehidupan mikroorganisme dengan manusia
Kebutuhan Oksigenasi R Bayu KN, S.Kep.,Ners.,M.Kes.
PPOK Dr. MASRUL BASYAR Sp.P.
PENYAKIT GINJAL Kelompok 10 : Nisatin Asila (D )
SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA
Hipoksia Maryunis, S.Kep. Ns. Yunis- PSIK UH.
ASMA BRONKHIALE Suharno, S.Kep.,Ners.,M.Kes.
4. NUTRIEN UNTUK TERNAK (UDARA DAN AIR)
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA
Pengaturan Suhu Imran Tumenggung.
FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI (Bag.II) & FISIKA DALAM SISTEM RESPIRASI
SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA
FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI (Bag.I) & FISIKA DALAM SISTEM RESPIRASI
PATOFISIOLOGI SEMESTER IV -14.
Polip Polip hidung adalah pertumbuhan jaringan pada saluran pernapasan hidung atau pada sinus. Polip adalah jaringan yang lembut, tidak terasa sakit.
PNEUMONIA dr. Purwanto.
ASKEP ANAK DENGAN FEBRIS KONVULSI
KEJANG DEMAM Rahma Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNTAD
PEMERIKSAAN PENUNJANG AREA BEDAH Tintin Sukartini, SKp, M.Kes, Dr. Kep.
Sindrom Guillain–Barré
Nama kelompok : 1. Berliana Nugraheni 2. Beatrico Lyo 3
Kelompok 3 PARU - PARU.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIBRAW
DEMAM.
Asuhan Keperawatan Pasien dengan PPOK
PELATIHAN RUTIN IV SYOK HIPOVOLEMIK & SINKOP
SISTEM PENGATURAN SUHU
Baiq Reski Setiagarini
BRONKITIS OLEH : NINIS INDRIANI.
PERNAFASAN / RESPIRASI
KELOMPOK 4 : NADILA RIANA PUTRI .S K PUTRI YANTI K TRIA HARYUNI .D K
Dr.Yuliani M Lubis, SpTHT-KL
SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA
Hati (hepar) Merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia (2 kg) yang terletak di rongga perut sabelah kanan di bawah diafragma.
KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
WATER TEPID SPONGE Oleh kelompok 4 1. Aprilia Mustika 2. Putri Widyastuti 3. I Wayan Jelih Suharnata 4. Endo Adekayanti 5. Bq. Yayang 6. Gus Eli 7. Leli.
GANGGUAN HAID DAN SIKLUSNYA
Anggota : 1. Muhammad Ikzan 2. L. M. Riswandi 3. Hasrianti 4. Reski Rahayu 5. Reski Wahyuni.
TUJUAN PEMBELAJARAN Jenis-jenis Pernapasan Penyakit atau Gangguan pada Sistem Pernapasan Mekanisme Pernapasan Struktur Organ Pernapasan Fase Pernapasan.
Gangguan pada sistem pernapasan Ika Rian Sari, S.Pd.
INFORMASI DASAR TBC UPT PUSKESMAS NGAWI. Penyebab Sakit TBC Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis.
Asma Bronkiale & PPOK dr. Ketut Aditya R. Puskesmas Lindi.
Kehamilan di sertai penyakit rubella dan hepatitis
Human Respiratory System
DEFINISI  Syok merupakan kegagalan sirkulasi tepi menyeluruh yang mengakibatkan hipotensi jaringan.  Kematian karena syok terjadi bila kejadian ini.
Transcript presentasi:

KELAINAN PENGATURAN TEMPERATUR dr. Aulia Syavitri D.

Control of Body Temperature

Abnormalities in Heat Regulation Fever Heat stroke Frosbite

DEMAM Demam/Febris/Fever/Pyrexia adalah : Keadaan dimana temperatur tubuh meningkat diatas temperatur normal, dalam rentang waktu tertentu. Suhu tubuh diukur dengan termometer air raksa, dengan tempat pengambilan di aksila, oral dan rektum. Demam secara umum: suhu tubuh > 37,2 oC Hiperpireksia : suhu tubuh > 41,2 oC Hipotermia : suhu tubuh < 35 oC Biasanya suhu rektal > oral > aksila, dengan beda ber-kisar 0,5 oC.

Temperatur tubuh normal : Pemeriksaan oral = 37,2 oC (Berlow & Talbott, 1977) atau 37,2 oC - 37,7 oC (Gelfand, 1994) dengan variasi terendah pada pagi hari jam 06.00 tertinggi pada jam 16.00 - 18.00 Pemeriksaan rektal : 37,5 oC (Dale, 1992) atau 0,3 oC - 0,6 oC diatas temp.oral (Peterdorf & Roof, 1987) Keadaan fisiologis seperti sesudah makan, hamil dan usia tua  nilai standar temperatur tubuh berubah.

Fungsi pengaturan suhu untuk mempertahankan suhu inti tubuh (dengan fluktuasi pada ambilan panas, produksi panas dan pengeluaran panas), Pada nilai rata-rata 37 oC dengan variasi diurnal + 0,5 oC

Penyebab: - Penyakit bakteri - Tumor otak - Dehidrasi - Kelainan otak atau zat toksik lain yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu Pyrogens – cause fever - Exogenous – LPS - Endogenous – IL-1a,IL-1B,IL- 6 ,TNF a, Interferon

Endogenous Pyrogens Stimulate synthesis of arachidonic acid metabolites such as prostaglandins This causes hypothalamus to raise its thermoregulatory set point

Pengukuran febris : dilakukan setiap 4 jam sekali  kurva febris  untuk menduga jenis penyakit atau penyebab yang melatar belakangi febris.

Gambaran / kurva febris : Onset Temp. meningkat tiba-tiba, sering didahului menggigil  diagnosa alternatif : malaria, infeksi piogenik atau virus Temp. meningkat gradual : infeksi sub akut / kronis seperti tifoid atau tuberkulosis Regular periodic intermittent fever : febris muncul periodic dalam interval 48 - 72 jam  malaria tertiana  kuartana Relapsing fever : febris muncul diselingi fase a febril selama 1 - beberapa hari  malaria, tripanosomiasis, bruselosis Remittent fever : temp.selalu diatas normal dengan fluktuasi > 1 oC  septikemi tidak spesifik

Intermittent fever : temp Intermittent fever : temp.tubuh berfluktuasi sangat besar (terendah mencapai normal)  infeksi piogenik akibat abses, limfoma atau TBC milier Biphasic fever : febris muncul dalam beberapa hari diikuti a febril 1-2 hari kemudian febris lagi  infeksi alpha virus seperti demam dengue 7. Sustained fever/demam kontinyu : temp. tubuh selalu menetap diatas temp. normal dengan fluktuasi < 1 oC  demam tifoid yang tidak diobati 8. Hiperthermic : temp.tubuh berada pada > 40,5 oC

9. Septic : febris berfluktuasi sangat besar dengan menggigil dan berkeringat. Suhu meningkat tinggi pada malam hari dan turun diatas normal pada pagi hari 10. Rel Ebstein fever : febris 3 - 10 hari diikuti fase a febril dan asimptomatic 3 - 10 hari  berbulan-bulan  Hodgkin’s disease Klasifikasi dan diagnosis : Menjadi 2 kelompok besar yaitu : febris akut ( < 2 minggu) dan febris kronis ( > 2 minggu). Febris akut akibat penyakit infeksi yang tidak terdiagnosis, umumnya disebabkan oleh infeksi virus  hingga sembuh tetap tidak berdiagnosis o.k.sarana diagnostik sulit / mahal

Demam yang belum terdiagnosis / FUO (Fever of undiagnosed origin) Penyebab : infeksi (40%), neoplasma (20%), penyakit kolagen (20%), penyakit lain (10%) dan penyakit yang tidak diketahui sebabnya (10%)

Keadaan-keadaan yang mendorong kecurigaan kearah infeksi akut : Onset febris yang tiba-tiba Panas sekitar 38,9 oC – 40 oC disertai atau tanpa disertai rasa dingin Gejala malaise berat disertai nyeri sendi dan otot, fotofobi, dan sakit kepala Nausea, vomiting, atau diare Pembesaran akut kelenjar limfe atau limpa Tanda-tanda meningeal disertai atau tanpa disertai kelainan cairan serebrospinal Hitung leukosit <5000 atau >12000 Disuria, dan nyeri pinggang

Keluhan-keluhan tersebut diatas dapat dijumpai pada penderita-penderita non infeksi  sehingga perlu menetap-kan diagnosis secara tepat dengan melakukan pemeriksaan laboratorium lengkap yang didahului dengan anamnesis secara cermat, pemeriksaan fisik teliti, pemeriksaan darah, analisa urin dan lain-lain. Juga diperhatikan keluhan “khas” untuk membantu penetapan diagnosis.

Pengobatan : Meningkatkan pelepasan panas kompres alkohol, kantung es atau ice bath Pemberian antipiretik jika temp. > 40 oC antara lain dengan : aspirin (dosis 300 – 600 mg/4 jam), NSAID (golongan ibuprofen, endometasin dan naproksen), juga glukokortikoid untuk menghambat sintesis prostaglandin E2 dan mRNA transkriptase (namun juga berefek imunosupresif). Pemberian cairan dan elektrolit peroral atau perenteral Pemberian antibiotik

Heat Stroke Collapse of temperature regulating mechanisms Hipotalamus sangat panas ( > 105 oF - 108 oF)  kemampuan pengaturan panas ditekan  kemampuan berkeringat hilang  temperatur tubuh tetap tinggi > temperatur kritis (106 oF - 108 oF)  serangan panas Medical emergency T>41 C symptoms disstress abdomen dizziness Delirium  kehilangan kesadaran

Efek temperatur tinggi : perdarahan lokal dan degenerasi parenkimatosa sel2 t.u. otak, hati dan ginjal Tx / penanganan segera  kompres seluruh tubuh dengan es

Frosbite adalah : membekunya daerah permukaan tubuh o.k terpapar temperatur yang sangat rendah, t.u.terjadi pd daun telinga, jari-2 tangan & kaki  bila sampai terbentuk kristal es dlm sel  kerusakan permanen, misal, kerusakan sirkulasi & kerusakan jar.setempat  sering diikuti gangren & daerah yang frosbite diangkat dengan pembedahan.

PATOFISIOLOGI RESPIRASI

Modifying Respiration

Regulation of Blood pH and Gases

Pernafasan Periodik Merupakan kelainan pernafasan.Orang bernafas dalam selama interval waktu yang singkat, kemudian bernafas dangkal atau sama sekali tidak bernafas pada interval berikutnya, siklus tersebut terjadi secara berulang-ulang. Tipe pernafasan periodik yang paling sering yaitu pernafasan cheyne-stokes, ditandai dengan pernafasan yang bertambah dan berkurang secara perlahan-lahan terjadi berulang-ulang kira-kira setiap 40 sampai 60 detik

Effects of Aging Vital capacity and maximum minute ventilation decrease Residual volume and dead space increase Ability to remove mucus from respiratory passageways decreases Gas exchange across respiratory membrane is reduced

Asidosis Respiratorik Penurunan kecepatan ventilasi paru - konsentrasi CO2 cairan ekstrasel  - asam karbonat&ion hidrogen  PH cairan tubuh turun sampai 7,0 Penyebab antara lain: - kerusakan pusat pernapasan dlm MO - obstruksi saluran nafas - pneumonia dll

Alkalosis respiratorik Ventilasi paru yang berlebihan - konsentrasi ion hidrogen  - konsentrasi CO2 cairan ekstrasel  PH cairan tubuh  sampai 7,9 Penyebab: - Psikoneurosis - Berada pada tempat yang tinggi

Penyakit pernafasan Obstruktif Peningkatan resistensi terhadap aliran udara Penyakit Paru Obsrtuktif Menahun (PPOM) - Bronkitis kronik: pembentukan mukus yang berlebihan dlm bronkus  batuk kronik & pembentukan sputum paling sedikit 3 bulan dalam waktu 1 tahun sekurang-kurangnya dalam 2 tahun berturut-turut - Emfisema paru: perubahan anatomis parenkim paru yg ditandai dgn pembesaran alveolus dan duktus alveolaris,serta destruksi dinding alveolar

- Asma: hipersensitifitas cabang2 trakeobronkial thd pelbagai jenis rangsangan Bronkiektasis: dilatasi kronik bronkus dan bronkiolus ukuran sedang Fibrosis kistik: pembentukan sekret abnormal yang lengket penyumbatan fibrosis

Pneumonia,emfisema O2 yg rendah penting dlm membantu ↑pernafasan. Jika seseorang diberi O2 dg konsentrasi tinggi →kehilangan rangsangan stimulatornya dari PO2 arteri yg rendah & ventilasi turun sangat rendah→ kematian akibat terbentuknya PCO2 letal & konsentrasi ion H yg berlebihan. Pd latihan yg sangat berat (khususnya pada penderita dg sistem paru terganggu) → PCO2 arteri & konsentrasi ion H ↑ pd saat yg bersamaan dgn ↓PO2. P ↓ PO2 arteri bersama dg p ↑ CO2 & p ↑ konsentrasi ion H →menghasilkan rangsangan ventilasi yg sangat kuat.

Penyakit Pernafasan Restriktif Ditandai dng kekakuan paru-paru, toraks atau keduanya Penurunan compliance dan seluruh volume paru termasuk kapasitas vital

INTERPRETASI TES FAAL PARU Kelainan Obtruksi: VC normal/turun Maximal Voluntary Ventilation (MVV) turun Forced Expiratory Volume in one second (FEV1) turun FEV1 /Forced Vital Capacity (FVC) turun

INTERPRETASI TES FAAL PARU Kelainan Restriksi: penurunan VC yg mencerminkan pembatasan ekskursi dada VC<80% prediksi MVV relatif normal