Besar Sampel Untuk Kasus Kontrol PERTEMUAN 11 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menguraikan dan menjelaskan teknik sampling dan menghitung besar sampel untuk penelitian kasus kontrol
Learning Of Objective Pendahuluan Teknik sampling Menghitung besar sampel
Pendahuluan Sebab Akibat Pada desain kasus kontrol, peneliti membandingkan subyek dengan penyakit (kasus) dengan subyek tanpa penyakit (sebagai kontrol) kemudian peneliti menggali informasi paparan (penyebab/ faktor risiko) secara retrospektif Peneliti kemudian menghitung proporsi kasus yang terpajan dan tidak terpajan Serta menghitung proporsi kontrol yang terpajan dan tidak terpajan Kasusyang mengalami sakit Kontrolyang tidak sakit atau memiliki penyakit yang mirip dengan kasus Sebab Akibat
Pendahuluan Terpajan Kasus Tidak Terpajan Terpajan Kontrol
Contoh Penelitian tentang kebiasaan minum jamu pada waktu hamil dengan kejadian bibir sumbing. Jika peneliti menggunakan disain penelitian kasus kontrol maka ia akan memilih kasus (bayi dengan bibir sumbing) dan memilih kontrol (bayi yang normal) Kemudian tiap subjek yang diteliti baik kasus atau kontrol akan ditanyakan apakah waktu hamil ibu bayi tersebut minum jamu atau tidak Jika minum jamu pada waktu hamil merupakan risiko terjadinya bibir sumbing maka peneliti akan memperoleh proporsi ibu yang minum jamu pada bayi dengan bibir sumbing lebih besar daripada proporsi ibu yang minum jamu pada bayi normal. Jadi pada disain kasus kontrol, jika ada hubungan antara pajanan dengan penyakit, maka proporsi subyek terpajan pada kelompok kasus harus lebih besar dari proporsi subyek terpajan pada kelompok kontrol
Penelitian kasus kontrol tidak dapat menghitung insidens atau prevalen terjadinya penyakit Misalnya : peneliti menggunakan 100 bayi bibir sumbing sebagai kasus dan 200 bayi normal sebagai kontrol. Maka proporsi bayi sumbing =100/(100+200)=33,3% tetapi bukan berarti prevalensi bayi bibir sumbing adalah 33,3% Karena pada penelitian kasus kontrol perbandingan jumlah kasus dan kontrol diatur oleh peneliti Karena jumlah kasus pada sampel ditentukan oleh peneliti maka proporsi kasus atau penyakit pada sampel tidak menggambarkan prevalensi kasus dimasyarakat
Ciri utama disain kasus kontrol Dalam dimensi wakturetrospektif Yang artinya penelitian dimulai pada subyek dengan penyakit (kasus) dan subyek tanpa penyakit (kontrol) Ukuran asosiasi adalah odds ratio
Teknik pengambilan sampel kasus kontrol Identifikasi dan pemilihan kasuskasus harus berasal dari populasi sumber (populasi darimana kasus berasal) Setelah kasus terpilih, maka mengidentifikasi dan memilih kontrolkontrol dipilih secara acak dari populasi sumber yang sama dengan kasus Jika populasi sumber diketahui maka kontrol dipilih dari daftar subyek yang ada di daerah tersebut Dalam pemilihan kontrolpartisipasi subyek dalam penelitian harus tidak bergantung dari keterpajanan subyek Subyek yang terpajan harus memiliki kemungkinan yang sama untuk terpilih dalam penelitian seperti subyek yang tidak terpajan Konsep populasi sumbersangat penting dalam penelitian kasus kontrol karena seharusnya kontrol juga diambil dari populasi sumber yang sama dengan kasus agar generalisai hasil dapat dilakukan pada populasi sumber atau populasi lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasi sumber
GENERALISASI KASUS POPULASI SUMBER KONTROL Konsep populasi sumbersangat penting dalam penelitian kasus kontrol karena seharusnya kontrol juga diambil dari populasi sumber yang sama dengan kasus agar generalisai hasil dapat dilakukan pada populasi sumber atau populasi lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasi sumber
Pajanan Penyakit Jumlah Ada Tidak ada a b a+b Tidak c d c+d b+d Besar sampel untuk penelitian kasus kontrol dapat ditentukan berdasarkan nilai odds ratio(OR) Pajanan Penyakit Jumlah Ada Tidak ada a b a+b Tidak c d c+d b+d a+b+c+d P1 = a/(a+c)proporsi subjek yang terpajan (exposed) pada kelompok yang sakit P2 = b/(b+d)proporsi subjek yang terpajan (exposed) pada kelompok yang tidak sakit
Contoh P1 dan P2 Hubungan antara anemia dengan BBLR Pada disain kohort/cross sectional P1: Proposi BBLR pada ibu anemia P2: Proposi BBLR pada ibu tidak anemia Pada disain kasus-kontrol P1: Proporsi ibu anemia pada BBLR P2: Proporsi ibu anemia pada non BBLR Kesalahan penetapan P1 dan P2 sering terjadi pada desain kasus-kontrol
Besar Sampel untuk uji hipotesis Odds ratio KETERANGAN : P1= Proporsi subjek yang terpajan (exposed) pada kelompok yang sakit (dari penelitan terdahulu) P2= Proporsi subjek yang terpajan (exposed) pada kelompok yang tidak sakit (dari penelitan terdahulu) OR= Odds Ratio P1 dan P2 jangan dari jurnal yang sama Biasanya P2 itu lebih besar kejadiannya dimasyarakat dibandingkan P1
Contoh soal Seorang peneliti ingin menguji hipotesis anemia pada ibu hamil sebagai faktor risiko terjadinya bayi berat lahir rendah (BBLR). Hasil penelitian pada peneliti di negara lain menunjukkan odds ratio sebesar 2,5. prevalensi anemia pada ibu yang melahirkan bayi non BBLR perlu diketahui dari hasil survei sebesar 60%%. Berapa sampel yang diperlukan jika peneliti menginginkan tingkat kepercayaan 5% dan kekuatan uji 80% Diketahui : OR= 2,5 P2=60% prevalensi anemia pada ibu yang melahirkan bayi non BBLR α=5% β=80%
Berarti sampel yang dibutuhkan adalah 93 bayi BBLR dan 93 bayi non BBLR, Total 186 bayi Bukan berarti diambil sampel 186 bayi karena tidak menjamin diperoleh 93 bayi BBLR dan 93 bayi non BBLR
Daftar Pustaka