PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN FUNGSI HATI
ANGGOTA KELOMPOK 4 : I PUTU ESA DIPUTRA ANJASMARA NIKE ERISA YOBI KURNIAWAN RACHMAT NOPRIANSYA PUTRA PUTRI RISKA AWALIAH EKA NURJANNAH AMALIAH FITRIANI NOOR RIYAN SAPARIDA MUHAMMAD RIZKY FAHREZA SAID SYAHRUDDIN FITRIANSYAH
HATI Hati merupakan organ intestinal paling besar dalam tubuh manusia. Di dalamnya terjadi proses metabolisme tubuh dan juga proses penting lainnya seperti penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam empedu, pengaturan metabolisme kolesterol dan detoksifikasi racun atau obat yang masuk dalam tubuh.
GANGGUAN FUNGSI HATI Gangguan fungsi atau penyakit hati dibagi menjadi dua yaitu : penyakit hati akut berlangsung sampai dengan 6 bulan penyakit hati kronis berlangsung lebih dari 6 bulan
PENYEBAB PENYAKIT HATI ALKOHOL ATAU OBAT – OBATAN TERTENTU GENETIK INVEKSI VIRUS HEPATITIS GANGGUAN IMUNOLOGIS KANKER
KLASIFIKASI PENYAKIT HATI HEPATITIS ATAU PERADANGAN PADA HATI Disebabkan oleh virus hepatitis A, B, C, D, E,F dan G
SIROSIS HATI ATAU PERADANGAN HATI DAN BENGKAK Hati mencoba memperbaiki diri dengan membentuk bekas luka atau parut kecil. Parut ini yang membuat hati lebih sulit melakukan fungsinya. Jika semakin banyak parut yang terbentuk dan menyatu, maka fase selanjutnya disebut SIROSIS
KANKER HATI Kanker hati Yang banyak terjadi adalah Hepaticellular carcinoma (HCC). HCC merupakan komplikasi akhir yang serius dari hepatitis kronis.
PERLEMAKAN HATI Perlemakan hati terjadi bila penimbunan lemak melebihi 5% dari berat hati atau mengenai lebih dari separuh jaringan sel hati. (BERAT HATI : rata – rata 1,2 – 1,8 kg atau kira – kira 2,5% berat orang dewasa )
Kolestasis dan Jaundice Kolestasis merupakan keadaan akibat kegagalan produksi dan/atau pengeluaran empedu.
Jaundice merupakan adanya kelebihan bilirubin dalam sirkulasi darah dan penumpukan pigmen empedu pada kulit, membran mukosa dan bola mata (pada lapisan sklera)
Hemochromatosis Hemochromatosis merupakan kelainan metabolisme besi yang ditandai dengan adanya pengendapan besi secara berlebihan di dalam jaringan. Kelebihan zat besi akan disimpan dalam organ tubuh, terutama hati, jantung dan pankreas dan berujung pada kerusakan organ.
ABSES HATI Abses hati dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau amuba. Kondisi ini disebabkan karena bakteri berkembang biak dengan cepat, menimbulkan gejala demam dan menggigil
Penatalaksanaan Dosis Obat pada Pasien Kerusakan Fungsi Hati Mengurangi dosis obat tetapi interval dosis normal Mengunakan dosis normal tetapi memperpanjang interval obat
OBAT – OBAT YANG MEMERLUKAN PERHATIAN KHUSUS PD PENDERITA GANGGUAN HATI: Sedatif (benzodiazepin) dapat menimbulkan koma Paracetamol, halotan dan INH pada dosis tinggi mempertinggi kerusakan Obat – obat lain seperti Propanolol, Furosemid, Lansoprazol, Warfarin, Fenitoin , Diazepam, Klorpromasin, Kloramfenikol, Digitoksin dan Teofilin juga harus di perhatikan penggunaanya
Lanjutan.. Obat-obat Yang Dimetabolisme Terutama Pada Organ Hati 1. Lidokain 2. Procainamide 3. Quinidine 4. Phenytoin 5. Carbamazepine 6. Valproic acid 7. Phenobarbital 8. Ethosuximide 9. Cyclosporine 11. Theophyline 12. Diazepam
Lanjutan.. Obat – obatan dengan indeks terapi sempit yang >60% dieliminasikan pada hati 1. Aminophylline 2. Carbamazepine 3. Clindamycin 4. Clonidine 5. Valproic Acid 6. Warfarin sodium 7. Theophylline 8. Guanethidine 9. Quinidine gluconate 10. Isoproterenol 11. Levoxyine 12. Prazosin 13. Procainamide 14. Phenytoin 15.Minoxidil 16. Oxytriphylline
Metode pelaksanaan PTO adalah dengan menggunakan kerangka SOAP sebagai berikut S = Subjektif O = Objektif A = Assessment P = Plans
Metode pelaksanaan PTO adalah dengan menggunakan kerangka SOAP SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESSMENT PLANS
SUBJEKTIF Data subjektif adalah gejala yang dikeluhkan oleh pasien. Contoh : pusing, mual, nyeri, sesak nafas.
OBJEKTIF Data objektif adalah tanda/gejala yang terukur oleh tenaga kesehatan. Tanda - tanda objektif mencakup tanda vital : tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, kecepatan pernafasan, hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
ASSESSMENT Berdasarkan data subjektif dan objektif dilakukan analisis terkait obat.
PLANS Setelah dilakukan SOAP maka langkah berikutnya adalah menyusun rencana yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Setelah data terkumpul, perlu dilakukan analisis untuk identifikasi adanya masalah terkait obat (Hepler dan Strand). Masalah yang dapat ditemukan antara lain sebagai berikut. Ada indikasi tetapi tidak di terapi :Pasien yang diagnosisnya telah ditegakkan dan membutuhkan terapi obat tetapi tidak diresepkan. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua keluhan/gejala klinik harus diterapi dengan obat. Pemberian obat tanpa indikasi ,pasien mendapatkan obat yang tidak diperlukan. Pemilihan obat yang tidak tepat. Pasien mendapatkan obat yang bukan pilihan terbaik untuk kondisinya (bukan merupakan pilihan pertama, obat yang tidak cost effective, kontra indikasi Dosis terlalu tinggi Dosis terlalu rendah Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
LANJUTAN.. Ada indikasi tetapi tidak di terapi : Pasien yang diagnosisnya telah ditegakkan dan membutuhkan terapi obat tetapi tidak diresepkan. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua keluhan/gejala klinik harus diterapi dengan obat. Pemberian obat tanpa indikasi : pasien mendapatkan obat yang tidak diperlukan. Pemilihan obat yang tidak tepat : Pasien mendapatkan obat yang bukan pilihan terbaik untuk kondisinya (bukan merupakan pilihan pertama, kontra indikasi Dosis terlalu tinggi Dosis terlalu rendah Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) Interaksi obat
Lanjutan.. Dalam PTO, perlu pahami jenis-jenis efek samping obat sebagai berikut : Efek samping yang dapat diperkirakan: Aksi farmakologik yang berlebihan Respons karena penghentian obat Efek samping yang tidak berupa efek farmakologik utama Efek samping yang tidk dapat diperkirakan: Reaksi alergi Reaksi karena faktor genetik Reaksi idiosinkratik
CONTOH PEMATAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN HEAPTITIS B
PENGOBATAN HEPATITIS B LAMIVUDIN Indikasi : Hepatitis B kronik. Dosis : Dewasa, anak > 12 tahun : 100 mg 1 x sehari. Anak usia 2 – 11 tahun : 3 mg/kg 1 x sehari (maksimum 100 mg/hari). Efek samping : diare, nyeri perut, ruam, malaise, lelah, demam, anemia, neutropenia, trombositopenia, neuropati, jarang pankreatitis.
LANJUTAN.. Interaksi obat : Trimetroprim menyebabkan peningkatan kadar Lamivudine dalam plasma. Perhatian : pankreatitis, kerusakan ginjal berat, penderita sirosis berat, hamil dan laktasi.
LANJUTAN.. Penatalaksanaan : Tes untuk HBeAg dan anti HBe di akhir pengobatan selama 1 tahun dan kemudian setiap 3 -6 bulan. Durasi pengobatan optimal untuk hepatitis B belum diketahui, tetapi pengobatan dapat dihentikan setelah 1 tahun jika ditemukan adanya serokonversi HBeAg. Pengobatan lebih lanjut 3 – 6 bulan setelah ada serokonversi HBeAg untuk mengurangi kemungkinan kambuh. Monitoring fungsi hati selama paling sedikit 4 bulan setelah penghentian terapi dengan Lamivudine.
TERIMAKASIH