Perkembangan Anak Usia Sekolah (Bag 2) Perkembangan Psikososial PERTEMUAN 13 Olivia Tjandra Waluya, M.Si., Psi Psikologi Perkembangan PGSD
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perkembangan psikososial anak usia sekolah (6-12 tahun) serta melakukan analisa terhadap diri sendiri terkait topik ini
Fokus Perkembangan ‘Self’ Karena perkembangan kognitif, anak dapat kembangkan konsep diri yang lebih kompleks Usia 7-8 tahun: tahap ketiga perkembangan konsep diri: represantional system (penilaian diri lebih disadari, realistis, seimbang, komprehensif). Contoh: Lisa:”Saya bangga dapat nilai A pada bahasa dan IPS. Tetapi saya tidak pintar matematika dan IPA, terutama saat lihat teman-teman mengerjakan soal tersebut dengan baik) Anak dapat membandingkan dirinya (real self) dengan diri yang ingin dicapainya (ideal self) berpengaruh besar terhadap self-esteem.
Tahap 4 psikososial erikson: Industry vs inferiority Fokus: kemampuan anak untuk mengerjakan tugas. Inferiority muncul saat anak tidak memperoleh pujian dari orang dewasa/ teman sebaya, atau kurangnya motivasi dan self esteem Untuk mencapai industry, anak harus bekerja keras mencapai tujuan Tujuan tergantung pada budaya di sekitar anak Semakin bertambah usia, anak lebih sadar perasaannya dan orang lain kontrol emosi lebih baik dan dapat berespon terhadap perasaan tertekan pada orang lain
Lanjutan... Anak sudah dapat mengontrol dan menyesuaikan emosi negatif dengan standard dalam lingkungan, sehingga penyesuaian diri lebih baik Anak sudah dapat berempati dan menunjukkan perilaku prososial (kecenderungan untuk ingin menolong orang lain yang tidak seberuntung dirinya dengan sukarela) membangun self esteem anak Anak dengan perilaku prososial cenderung berperilaku sesuai dengan situasi sosial, bebas dari emosi negatif, dan menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif
Anak dalam Keluarga Anak usia sekolah menghabiskan waktu lebih banyak untuk bersosialisasi dengan lingkungan dan teman sebaya Suasana/konflik dalam keluarga dalam keluarga adalah kunci perkembangan Pengasuhan dari terkontrol menjadi koregulasi kontrol perilaku bertahap berubah, anak sudah dapat sampaikan kebutuhan dan keinginan pada orangtua. Contoh: orangtua hanya sedikit ikut campur jika anak punya masalah dengan teman sebaya, berdiskusi dengan anak Koregulasi perlu hubungan dekat orangtua-anak. Anak percaya orangtua jika ortu adil dan peduli kesejahteraan anak, dan anak yakin orangtua sudah alami pengalaman itu
Lanjutan... Disiplin sebaiknya menggunakan teknik induktif. Contoh: ayah Fajar menunjukkan pada anak bahwa anak harus menanggung akibat dari perilakunya sendiri. “ Memukul Benny menyakitkan dirinya dan membuat Benny merasa buruk.”, “Anak laki-laki besar sepertimu sebaiknya tidak duduk dalam kereta dan membiarkan orangtua duduk.” Umumnya semakin puas seorang ibu dengan status pekerjannya, semakin efektif ia sebagai seorang ibu Ibu tunggal harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya model peran seperti ini akan ditiru anak, atau bahkan anak bisa kehilangan model peran karena waktu ibu banyak dihabiskan di luar rumah.
Anak di antara Teman Sebaya Anak punya kelompok teman sebaya, seumur, sama jenis kelamin Manfaat:buka perspektif pemikiran, bantu anak belajar bergaul dengan lingkungan, membuat anak merasa aman secara emosional, membantu anak pelajari perilaku gender yang sesuai, membentuk peran gender dalam diri anak Aspek negatif: mengembangkan prasangka (misal: pada hal yang tidak disukai terhadap orang lain, kelompok tertentu) dan mendorong terjadinya perilaku antisosial karena ingin dianggap bagian dari kelompoknya (konformitas umumnya terjadi pada anak yang sudah akan remaja)
AGRESI dan BULLYING Usia 6-7 tahun: agresi dan egosentrisme berkurang, lebih empatik, lebih kooperatif, lebih baik dalam berkomunikasi Kecenderungan sakiti orang lain secara verbal meningkat Anak laki-laki: agresi fisik, anak perempuan: agresi verbal Anak yang lebih mampu mengontrol agresi fisiknya akan jauh dari masalah di sekolah dan dari perilaku antososial. Namun demikian, anak perempuan maupun anak laki-laki yang agresif cenderung lebih populer di sekolah
Tipe-Tipe Agresi Agresi instrumental/ proaktif: perilaku memaksa adl cara efektif untuk dapatkan hal yang ia mau. Dalam konteks sosial, perilaku agresif karena ingin dihargai 2. Hostile/reactive aggression: perilaku agresif untuk bela diri karena persepsikan perilaku orang lain mengancam dirinya (contoh: anak yang disenggol saat makan, kemudian memukul yang menyenggol tersebut) Penyebab perilaku agresi: penolakan dari keluarga, pengasuhan yang kasar, media elektronik, konformitas terhadap kelompok
Bullying Agresi menjadi bullying jika sengaja dilakukan dan terus-menerus terhadap korban yang sama Bullying: fisik (anak laki-laki), verbal, relasional (asingkan dan gosipkan korban, umum dilakukan anak perempuan) Bullying: proaktif (untuk menunjukkan kekuasaan) atau reaktif (respon terhadap ancaman yang diimajinasikan) Cyberbullying: bullying melalui media internet Bullying refleksikan kecenderungan agresi secara genetik, orangtua yang memaksa, dan teman yang antisosial Anak yang saat kecil dianggap agresif dan ditolak, saat remaja cenderung melakukan bullying
Lanjutan... Ciri-ciri korban bullying: cemas, tertekan, diam, pasrah, mudah menangis, memiliki self esteem rendah. Biasanya korban bullying berasal dari keluarga yang suka menghukum, dan kasar. Cara untuk mengurangi bullying: Tingkatkan kesadaran dan tanggung jawab thd bullying Mengajar murid keterampilan sosial dan emosional Menekankan tanggung jawab sosial pada setiap anak Hubungan yang harmonis antarsiswa
Masalah Mental yang Umum Terjadi Oppositional Deviant Disorder (ODD): anak selalu lakukan yang sebaliknya, tidak patuh, gunakan kekerasan thd figur kekuasaan selama min. 6 bulan. Phobia sekolah: ketakutan berlebihan untuk bersekolah Kecemasan berlebihan: social anxiety (cemas berada di tengah situasi sosial), separation anxiety (kecemasan berpisah dari caregiver), generalized anxiety disorder (cemas akan apa saja), obsessive compulsive disorder/ OCD (pikiran anak terfokus pada suatu hal terus-menerus) Depresi masa kanak-kanak: kelainan mood,biasanya anak dari keluarga depresi, cemas, antisosial, dan tergantung obat terlarang