Kelompok 2 Atma S Asep Badru Salam Badriah Cyntia Rossa Rahmela

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
KONSINYASI CONSIGNMENTS
Advertisements

PERTEMUAN KEEMPAT PERSEDIAAN BARANG (1).
SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
Pengakuan Pendapatan.
PENGAKUAN PENDAPATAN Caecilia Widi Pratiwi.
Penilaian Sediaan: Pendekatan Kos
KONSINYASI CONSIGNMENTS
Persediaan Chapter 9.
Persediaan Barang Dagangan Materi 6
PERSEDIAAN Persediaan berpengaruh terhadap neraca maupun laba rugi.
METODE PENCATATAN PERSEDIAAN
Akuntansi Persediaan BAB 6 Rita Tri Yusnita, SE., MM.
PERSEDIAAN OLEH : MINADI WIJAYA.
Emilia Gustini, SE. M.Si. Ak. CA
AKUNTANSI PERSEDIAANAK AKUNTANSI AKUNTANSI PERSEDIAAN
Gambaran Umum Perusahaan Dagang
Akuntansi Perusahaan Dagang (part 3)
Mencatat Transaksi atau Dokumen Kedalam Jurnal Khusus
Pertemuan 3 AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR
PSAK 14 PERSEDIAAN.
BAB 16 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAGANG
PSAK 14 PERSEDIAAN.
ASSET LANCAR PERSEDIAAN.
Definisi Persediaan: Adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus.
AKUNTANSI PAJAK PERSEDIAAN
KONSINYASI CONSIGNMENTS
SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG DAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR
AKUNTANSI ISTISHNA‘ (Wulan Retnowati, SE., Ak. M.Akt)
AKUNTANSI ISTISHNA'.
Sistem Biaya & Akumulasi Biaya
PERSEDIAAN PSAK
Akuntansi Perusahaan Dagang
PERSEDIAAN PSAK
AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
AKUNTANSI ISTISHNA'.
LABA ATAS TRANSAKSI ANTAR PERUSAHAAN
AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN DAGANG
RANGKUMAN DAN UJIAN AKHIR.
MATERI 2 KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAGANG.
PERSEDIAAN BARANG DAGANG
SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
PENGANTAR AKUNTANSI.
LABA ATAS TRANSAKSI ANTAR PERUSAHAAN
Akuntansi untuk Perusahaan Pemanufakturan
Budi Prijanto, SE., MMSI Fakultas Ekonomi Univ. Gunadarma, Jakarta
LABA ATAS TRANSAKSI ANTAR PERUSAHAAN
BAB 6 Akuntansi untuk Perusahaan Dagang
AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
AKUNTANSI PAJAK ATAS ASET LANCAR (Current Asset)
Sistem penentuan kos pesanan
SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
PENILAIAN PERSEDIAAN: PENDEKATAN DASAR BIAYA
By: Hajar Cherry Puspalillah
AKUNTANSI PERSEDIAAN.
SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
Bab 6 Akuntansi untuk Perusahaan Dagang
SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
VII. Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya
AKUNTANSI KEUANGAN MADYA 1
AKUNTANSI PERSEDIAAN (Aplikasi pada SAPD SKPD)
Persediaan Chapter 9.
PERSEDIAAN PSAK
AKUNTANSI 2 Persediaan Oleh : Herlambang Pudjo Santosa.
8 KELOMPOK Risca Rio Aditya Nugroho
4.2. PENENTUAN HARGA POKOK Bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk pokok atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan.
PSAP NO. 05 AKUNTANSI PERSEDIAAN
AKUNTANSI DASAR Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi dan Keuangan MEDIA MENGAJAR UNTUK SMK/MAK KELAS X.
Inventory. PERSEDIAAN Aset dalam bentuk barang atau perlengkapan(supplies) yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional atau barang-barang.
PENDAPATAN – PSAK 23 1 Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 9.
Penentuan Biaya Bahan Baku
Transcript presentasi:

Kelompok 2 Atma S Asep Badru Salam Badriah Cyntia Rossa Rahmela Desy Triwulan Zebua Iis Siti Widia Tamarasani

Definisi Persediaan Persediaan merupakan salah satu aset yang sangat penting bagi suatu entilas baik bagi perusahaan ritel, manufaktur, jasa, mupun entitas lainnya.

Klasifikasi persediaan Menurut PSAK no.14 (2007) Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu jumlah aktiva berwujud yang memenuhi kriteria (PSAK : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia No. 14) yang menyatakan bahwa persediaan adalah aktiva: a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal. b) dalam proses produksi dan atau perjalanan atau c) dalam bentuk bahan (atau perlengkapan) untuk digunakan dalam proses produksi

b) Menurut jenis perusahaan Persediaan barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan tersebut. Dalam perusahaan perdagangan persediaan barang merupakan aktiva dalam bentuk siap dijual kembali dan yang paling aktif dalam operasi usahanya. Sedangkan dalam perusahaan pabrikasi atau manufaktur, persediaan barang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.

Cangkupan Barang dalam Persediaan Salah satu permasalahan yang sering kali dihadapi oleh suatu entitas adalah terkait dengan pengakuan kepemilikan atas persediaan. Kepemilikan Persediaan dalam Perjalanan Persediaan barang dalam perjalanan,meliputi pihak yang berhak menerimapersediaan a. FOB (Free on Board) shipping point. b. FOB (Free on Board) destination point.

2. Barang-barang yang Dipisahkan (Segregated Goods) Kadang-kadang terjadi suatu kontrak penjualan barang dalam jumlah besar hingga pengirimannya tidak dapat dikirim sekaligus. Barang-barang yang dipisahkan tersendiri dengan maksud untuk memenuhi kontrak-kontrak atau pesanan-pesanan walaupun belum dikirim, haknya sudah berpindah kepada pembeli.

3.Barang Konsinyasi (Consignment Goods) Dalam cara penjualan titipan, barang-barang yang dititipkan untuk dijualkan (dikonsinyasikan) haknya masih tetap pada yang menitipkan sampai barang-barang tersebut dijual. Sebelum barang-barang tersebut dijual masih tetap menjadi persediaan pihak yang menitipkan (consignor). Pihak yang menerima titipan (consignee) tidak mempunyai hak atas barang-barang tersebut sehingga tidak mencatat barang-barang tersebut sebagai persediaannya. Apabila barang-barang itu sudah dijual maka yang menerima titipan membuat laporan pada yang menitipkan. Pada waktu menerima laporan, pihak yang menitipkan mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya.

4.Penjualan Angsuran (Installment Sales) Dalam penjualan angsuran, hak atas barang tetap pada penjual sampai seluruh harga jualnya dilunasi. Penjual akan melaporkan barang-barang tersebut dalam persediaannya dikurangi jumla yang sudah dibayar. Pembeli akan melaporkan barang-barang tersebut dalam persediannya sejumlah yang sudah dibayarkannya.

Pengukuran Persdiaan Biaya Persediaan Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat didistribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.

Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang jadi. Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif konstan, tanpa memerhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik. Overhead produksi variabel adalah biaya produksi tidak langsung yang berubah secara langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.

Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk memasukkan overhead nonproduksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan tertentu sebagai biaya persediaan. Contoh biaya-biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya adalah: Jumlah pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi lainnya yang tidak normal; Biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya.

Sistem Pencatatan Persediaan Sistem periodik Merupakan sistem pencatatan persediaan dimana kuantitas persediaan ditentukan secara periodik yaitu hanya pada saat perhitungan fisik yang biasanya dilakukan secara stock opname. Sistem Perpetual Merupakan sistem pencatatan persediaan dimana pencatatan yang up-to-date terhadap barang persediaan selalu dilakukan setiap terjadi perubahan nilai persediaan.

Perbedaan pencatatan persediaan dengan menggunakan sistem perpetual dan sistem periodik dijelaskan sebagai berikut. Sistem Persediaan Perpetual Sistem Persediaan Periodik Persediaan awal, 100 unit pada harga Rp. 6.000 Akun persediaan menunjukkan saldo persediaan sebesar Rp. 600.000   Pembeliaan 900 unit pada harga Rp. 6.000 Persediaan Rp. 5.400.000 Pembelian Rp. 5.400.000 Utang Dagang Rp. 5.400.000 Utang Dagang Rp. 5.400.000 Penjualan 600 unit pada harga Rp. 12.000 Piutang Dagang Rp. 7.200.000 Piutang Dagang Rp. 7.200.000 Penjualan Rp. 7.200.000 Penjualan Rp. 7.200.000 Beban Pokok Penjualan Rp. 3.600.000 Tidak ada Persediaan Rp. 3.600.000 Penjurnalan pada akhir periode, saldo akhir persediaan akhir persediaan 400 unit pada harga Rp.6.000 Persediaan (akhir) Rp. 2.400.000 Beban pokok penjualan Rp. 3.600.000 Akun persediaan menunjukan saldo akhir sebesar Rp. 2.400.000 (Rp. 600.000 + Rp. 5.400.000 – Rp. 3.600.000) Pembelian Rp. 5.400.000 Persediaan (awal) Rp. 7.200.000

Terdapat tiga alternatif yang dapat dipertimbangkan oleh suatu entitas terkait dengan asumsi arus biaya, yaitu : metode identifikasi khusus, masuk pertama keluar pertama, rata-rata tertimbang. Bagan asumsi arus biaya dan sistem pencatatan persediaan.

PT. Bangun Jaya merupakan perusahaan ritel memiliki transaksi pembelian dan penjualan produknya pada bulan Mei sebagai berikut : Berdasarkan data di atas, maka dapat di hitung jumlah persediaan akhir pada bulan Mei adalah 25.000 unit. Sedangkan nilai biaya barang yang tersedia untuk dijual adalah sebesar Rp. 124.000.000 yang berasal dari penjumlahan persediaan awal dan nilai pembelian [(6.000*2.800) + (12.000*3.000) + (14.00*3.200) + (8.000*3.300)]. Dalam penentuan nilai dari persediaan akhir sejumlah 25.000 unit tersebut perusahaan menentukan harga man yang akan dipakai. Tanggal Pembelian Penjualan Saldo Unit Persediaan 1 Mei 2011 5 Mei 2011 12 Mei 2011 20 Mei 2011 30 Mei 2011   12.000 unit @ Rp. 3.000 14.000 unit @ Rp. 3.200 8.000 unit @ Rp. 3.300 15.000 unit 6.000 unit @ Rp. 2.800 18.000 unit 32.000 unit 17.000 unit 25.000 unit

Jumlah Unit dan Unit Biaya Metode Identifikasi Khusus Contoh PT. Bangun Jaya pada saat penjualan harus ditentukan harga yang digunakan untuk masing-masing unit dalam penjualan sbesar 15.000 unit tersebut. Dengan demikian dapat diketahui harga untuk masimg-masing unit dalam persediaan akhir. Apabila diasumsikan bahwa dari persediaan akhir sejumlah 25.000 unit terdiri atas 9.000 unit @ Rp. 3.000, 8.000 unit @ Rp. 3.200, dan 8.000 unit @ Rp. 3.300, maka perhitungan nilai persediaan akhir dan beban pokok penjualan PT. Bangun Jaya dengan menggunakan metode identifikasi khusus dengan sistem periodic maupun perpectual adalah sebagai berikut. Tanggal Jumlah Unit dan Unit Biaya Total Biaya 5 Mei 2011 12 Mei 2011 30 Mei 2011 Persediaan akhir 9.000 unit 8.000 unit 25.000 unit @ Rp. 3.000 @ Rp. 3.200 @ Rp. 3.300 Rp.   27.000.000 Rp.   25.600.000 Rp.   26.400.000 Rp.   79.000.000 Biaya barang yang tersedia untuk dijual Dikurangi:persediaan akhir Beban pokok penjualan Rp. 124.000.000 Rp.  (79.000.000) Rp.   45.000.000

Jumlah Unit dan Unit Biaya Metode Biaya Masuk Pertama Keluar Pertama Berdasarkan ilustrasi PT. BANGUN JAYA     , atas perhitungan nilai persediaan akhir dan beban pokok PT.BANGUN JAYA dengan menggunakan metode MPKP berdasarkan sistem periodik adalah sebagai berikut : Tanggal Jumlah Unit dan Unit Biaya Total Biaya 05-Mei-11 12-Mei-11 30-Mei-11 persediaan akhir 3.000 unit 14.000 unit 8.000 unit 25.000 unit Rp. 3000 Rp. 3200 Rp. 3300 Rp9.000.000 Rp44.800.000 Rp26.400.000 Rp80.200.000 biaya barang yang tersedia untuk dijual dikurangi persediaan akhir beban pokok penjualan Rp124.000.000 (Rp80.200.000) Rp43.800.000

Jumlah Unit dan Unit Biaya Metode Rata-rata Tertimbang Berdasarkan ilustrasi PT. BANGUN JAYA sebelumnya, maka perhitungan nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan PT. BANGUN JAYA dengan menggunakan metode rata-rata berdasarkan sistem periodik adalah sebagai berikut : Tanggal Jumlah Unit dan Unit Biaya Total Biaya 01-Mei-11 6000 Rp        2.800 Rp    16.800.000 05-Mei-11 12000 Rp        3.000 Rp    36.000.000 12-Mei-11 14000 Rp        3.200 Rp    44.800.000 30-Mei-11 8000 Rp        3.300 Rp    26.400.000 barang yang tersedia untuk dijual 40000 Rp  124.000.000 biaya rata-rata per unit 124000000 Rp               3.100 jumlah persediaan akhir 25.000 unit nilai persediaan akhir 25.000 x Rp. 3.100 Rp    77.500.000 beban pokok penjualan Rp    46.500.000

Berikut merupakan ilustrsi dari perhitungan nilai persediaan akhir dan beban pokok penjualan PT bangun jaya dengan menggunakan metode rata-rata berdasarkan sistem perpectual Tanggal Pembelian penjualan saldo 01-Mei-11 6000 @ Rp. 2800 Rp  16.800.000 05-Mei-11 12000 @ Rp. 3000 Rp  36.000.000 18000 @ Rp. 2933 Rp  52.800.000 12-Mei-11 14000 @ Rp. 3200 Rp  44.800.000 32000 @ Rp. 3050 Rp  97.600.000 20-Mei-11 15000 @ Rp. 3050 Rp 45.750.000 17000 @ Rp. 3050 Rp  51.850.000 30-Mei-11 8000 @ Rp. 3.300 Rp  26.400.000 25000 @ Rp. 3130 Rp  78.250.000

Nilai Realisasi Neto dan Penurunan Nilai Persediaan Sebagai ilustrasi misalnya PT. MERDEKA memiliki barang persediaan belum jadi dengan nilai biaya Rp. 9.500.000 dan harga jual Rp. 10.000.000. Untuk menyelesaikan barang tersebut dibutuhkan biaya sebesar Rp. 500.000 dan biaya penjualan Rp. 2.000.000. Maka perhitungan NRV adalah sebagai berikut : nilai penjualan persediaan Rp  10.000.000 dikurangi estimasi biaya penyelesaian Rp     500.000 estimasi biaya penjualan Rp  2.000.000 Rp    2.500.000 NRV Rp    7.500.000 Nilai persediaan (NRV) Biaya Rp    9.500.000 Kerugian penurunan nilai persediaan Rp  (2.000.000)

Dengan menggunakan metode nilai terendah antara biaya dan NRV maka entitas harus melakukan pencatatan terkait dengan dampaknya terhadap laba karena terdapat penyesuaian dalam beban pokok penjualan yang tercatat. Terdapat 2 metode yang dipilih , yaitu metode beban pokok penjualan dan metode kerugian. Sebagai ilustrasi PT AKU mencatat nilai beban pokok penjualan sebelum penyesuaian ke NRV sebesar Rp. 95.000.000, sedangkan nilai saldo akhir persediaan adalah sebesar Rp. 75.000.000, berdasarkan nilai biaya dan Rp. 70.000.000 berdasarkan NRV. Maka perbedaan pencatatan penyesuaian antara kedua metode berikut adalah sebagai berikut : metode beban pokok penjualan metode kerugian penurunan nilai persediaan dari nilai biaya menjadi NRV COGS Rp. 5.000.000 Kerugian penurunan nilai persediaan   Rp. 5.000.000     Persediaan   Rp. 5.000.000     Persediaan                                                             Rp. 5.000.000

PENGGUNAAN METODE LAIN DALAM VALUASI PERSEDIAAN Metode Laba Bruto Metode ini menghitung persediaan dengan mengestimasikan jumlah persediaan akhir berdasarkan nilai barang yang tersedia untuk dijual, penjualan, dan presentasi laba bruto. Sebagai ilustrasi : PT Merdeka memiliki persedian awal sebesar Rp 15.000.000 dan pembelian sebesar RP 60.000.000 yang keduanya pada nilai biaya. Penjualan pada harga penjualan adalah sebesar Rp 90.000.000. Margin perusahaan dari harga penjualan adalah sebesar 30%. Berikut perhitungan persediaan berdasarkan metode laba bruto. Persediaan awal (pada nilai biaya)                        Rp15.000.000 Pembeliaan (pada nilai biaya)                            Rp60.000.000 Barang tersedia untuk dijual  (pada nilai biaya)             Rp75.000.000 Penjualan (pada harga penjualan)    Rp90.000.000 Dikurangi harga neto (30% x Rp 90.000.000) Rp27.000.000 Penjualan (pada nilai biaya)                        Rp63.000.000 Perkiraan nilai persediaan (pada nilai biaya)              Rp12.000.000

Motode Ritel Metode ini merupakan metode pengukuran nilai persediaan dengan menggunakan rasio biaya untuk menurunkan nilai persediaan akhir yang di nilai berdasarkan nilai ritelnya menjadi nilai biaya. Metode ini banyak dipakai oleh entitas perdagangan yang memiliki banyak sekali jenis barang dengan nilai per barangnya tidak besar seperti supermarket dan departement store. Metode ini dapat digunakan untuk mengestimasi nilai persediaan untuk keperluan pelaporan keuangan interim apabila perusahaan tidak melakukan stock opname. Metode ini juga dapat digunakan dalam asumsi arus biaya yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu MPKP atau biaya rata-rata.