dr. Gardenia Akhyar, Sp. KK
SKDI 2012 Acne vulgaris ringan 4A Acne vulgaris sedang berat 3A Miliaria 4A Hidraadenitis supurativa 4A Dermatitis perioral 4A
Acne vulgaris: Peradangan kronik dari folikel pilosebasea, ditandai dengan adanya komedo, papul, & kista terutama terdapat di daerah muka, leher, dada, bahu dan punggung. Hampir semua orang pernah berjerawat Jerawat merupakan penyakit multifaktorial, karena banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya jerawat. ACNE
Faktor yang berperan dalam timbulnya jerawat Faktor genetik Faktor ras Faktor musim Faktor makanan Faktor infeksi Faktor psikis / stres emosi Faktor endokrin / hormonal Faktor keaktifan kelenjar
Etiopatogenesis Perubahan pola keratinisasi dalam folikel Meningkatnya produksi sebum Terbentuknya fraksi asam lemak bebas Peningkatan jumlah flora folikel Terjadinya respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies yang pemperberat acne Peningkatan kadar hormon androgen, anabolik, ACTH Adanya stres Faktor lain: usia, rasm familial, makanan, cuaca/musim.
Klinis Acne: Predileksi: wajah, bahu, punggung atas, dada atas, leher, lengan atas. Kelainan kulit berupa: Komedo patognomonik Papul Nodus kista Komedo :white comedo (komedo tertutup) black comedo (komedo tertutup Tidak meradang Meradang
Klasifikasi acne Berdasarkan Plewig dan Kligman: Komedonal yang terdiri atas Bila ada kurang dari 10 komedo dari satu sisi muka Bila ada komedo Bila ada komedo Bila ada lebih dari 50 komedo Papulopustul, yang terdiri atas 4 gradasi Bila ada kurang dari 10 lesi papulopustul Bila ada lesi papulopustul Bila ada 21 – 30 lesi papulopustul Bila ada lebih dari dari 30 lesi papulopustul Konglobata
Diagnosis acne vulgaris: Klinis Pemeriksaan ekskohleasi sebum. Yaitu: pengeluaran sebum dengan komedo ekstraktor (sendok unna), sebum yang menyumbat folikel tampak massa lebih lunak seperti nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.
Pencegahan Berusaha hidup tenang dan teratur Kurangi makanan yg tinggi lemak (kacang, daging berlemak, susu, es krim), makanan tinggi karbihidrat ( makanan manis, sirup ), makanan beryodium tinggi (makanan asal laut ) dan makanan pedas Hindari suhu yang tinggi, kelembaban udara yg lebih besar serta sinar UV yang berlebihan Hindari stres psikis dan emosi Hindari penggunaan obat-obtan yang mengandung hormon Jagalah kebersihan kulit dengan membasuhnya dengan air dan sabun setelah bepergian dan menjelang tidur malam
Penatalaksanaan Bahan iritan: sulfur (4-8%), resorsinol (1-5%), asam salisilat (2-5%) Antibiotika topikal: eritromisin (1%), klindamisin fosfat (1%)
Tujuan pengobatan jerawat yang terpenting adalah mencegah timbulnya jaringan parut. Pengobatan jerawat dibagi atas pengobatan sistemik dan pengobatan topical.
MILIARIA DEFINISI Kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel milier Sinonim : biang keringat
KLASIFIKASI Miliaria kristalinaMiliaria rubraMiliaria profunda
MILIARIA KRISTALINA Predileksi : badan (tertutup pakaian) >> keringat (hawa panas) Keluhan (-) Lesi vesikel milier bergerombol,tanda radang(-)
Terapi Tidak diperlukan Hindari panas berlebihan Ventilasi yang baik Pakaian tipis & menyerap keringat
MILIARIA RUBRA Predileksi : badan (daerah tekanan /gesekan pakaian) Keluhan : gatal & pedih Patogenesis Sumbatan keratin muara kel.keringat dan bendungan keringat di epidermis Kadar garam yang tinggi di kulit sebabkan spongiosisPeranan stafilokokus Klinis Lesi : papul eritema / papul vesikuler ekstra folikuler PA : vesikel di stratum spinosum
Terapi Pakaian tipis menyerap keringat Bedak salisil 2% + mentol ¼ - 2 % Lotio Faberi
MILIARIA PROFUNDA Jarang (di daerah tropis) Predileksi : badan, ekstremitas Keluhan : gatal (-) Lesi : papul putih 1-3 mm, keras, vesikel<<, tanda radang (-)
Histopatologi Saluran kel. keringat yg pecah pada dermis bagian atas dengan atau tanpa infiltrasi sel radang
Terapi Hindari panas & kelembaban berlebihan Ventilasi yg baik Pakaian tipis Lotio calamin
Hidradenitis Supurativa Infeksi kelenjar apokrin etio : S. Aureus Gk/ : - usia akil balik – dewasa - Trauma / mikro trauma ; keringat banyak, pemakain deodoran, rambut ketiak digunting - Gejala konstitusi : demam, malese - Nodus (tanda radang +) melunak abses pecah fistel - Menahun : abses, fistel, sinus, multipel - Predileksi : ketiak, perineum - Leukositosis
DD/ : skrofuloderma Terapi : antibiotika sistemik Insisi / kompres terbuka Kronik residif ; kelenjar apokrin dieksisi
DERMATITIS PERIORAL Peradangan kulit erupsi kronik yang mengenai daerah perioral dan lipatan nasolabialis (sekitar hidung) berupa papul eritomatosa pustulasi, skuama, berbatas tegas pada wajah disertai rasa panas dan kadang gatal.
EPIDEMIOLOGI Perempuan usia muda, 15–25 tahun Anak-anak (7 bulan - 14 tahun) Terutama usia prepubertas. Mengenai semua ras Dapat berlangsung ±6 bulan.
ETIOPATOGENESIS Penyebab pasti belum diketahui Beberapa penelitian mendapatkan : Penggunaan kortikosteroid topikal dan kortikosteroid hirup, Dermatitis kontak alergi terhadap fluoride atau komponen lain dalam pasta gigi Idiopatik
Gangguan barier kulit Overhidrasi kulit karena pemakaian bahan oklusif Berhubungan dengan stigmata atopi Ketidakseimbangan flora kulit karena penggunaan kosmetika berlebihan Peranan candida albicans pada gastrointestinal
Faktor penyebab dermatitis oral Obat-obatanKortikosteroid topikal Kortikosteroid spray/hirup KosmetikPasta gigi dengan fluoride Produk perawatan kulit berupa salep atau krim (berbahan dasar petrolatum atau paraffin) Faktor FisikCahaya matahari (UV) Panas Angin Faktor mikrobaBakteri Fusiform spirilla Spesies Candida Faktor lainFaktor hormonal (kotrasepsi oral) Gangguan gastrointestinal (malabsorbsi) Stres emosional
MANIFESTASI KLINIS/ DIAGNOSIS Anamnesis Riwayat erupsi akut setelah penggunaan steroid topikal/ hirup pada daerah sekitar mulut, hidung, dan/ atau mata yang dapat memburuk apabila kortikosteroid topikal dihentikan. Bintik-bintik kecil berwarna merah dan bernanah, berulang dalam hitungan minggu- bulan. Lesi kulit terasa sensasi terbakar atau kadang gatal. Pasien mengeluhkan intoleran terhadap cahaya matahari, penggunaan sabun, atau iritan dan kosmetik.
PEMERIKSAAN KLINIS Di sekitar mulut (perioral), sekitar hidung (perinasal), dan/ atau sekitar mata (periokular). Terlokalisir, simetris/ unilateral, biasanya tidak mengenai bagian tengah sulcus vermilion border bagian atas Papul/ plak, vesikel dan pustul dengan dasar yang eritema, dengan skuama halus, terlokalisir,
Pada bentuk/tipe granulomatosa Papul eritema, atau kuning-kecoklatan, beberapa lesi konfluen dan terlokalisir pada sekitar mulut, dapat ditemukan pada telinga, leher, kulit kepala, badan, labia mayora, dan ekstremitas.
The Perioral Dermatitis Severity Index (PODSI) Jika skor 0,5-2,5 :ringan, 3,0-5,5: sedang, 6,0-9,0: berat
Dermatitis perioral menurut podsi
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan histopatologi Tidak diagnostik Gambaran histopatologi bervariasi bergantung pada bentuk dermatitis perioral. Tampak follicular spongiosis dan perubahan eksematosa sebagai gambaran yang dominan, yang membedakan dengan rosacea. Infiltrat limfohistiositik dan terkadang sel plasma ditemukan pada distribusi perifollicular dan perivaskular.
Pemeriksaan lain Prick test dan IgE spesifik untuk kemungkinan aeroalergen.
Diagnosis Banding
Diagnosis Banding....
DIAGNOSIS BANDING...
TERAPI Terapi umum: Hentikan pemakaian kortikosteroid topikal Pasien diedukasi tentang hubungan antara penggunaan kortikosteroid topikal dan eksaserbasi dari dermatitis. Membatasi penggunaan kosmetik yang berlebihan, sabun, detergen, pelembab
TERAPI KHUSUS Terapi topikal Metronidazol krim/ erythromycin / clindamycin krim Pilihan lain yaitu preparat sulfur topikal, dan asam azelaik topikal. Hindari penggunaan preparat salep pada terapi dermatitis perioral.
TERAPI SISTEMIK Antibiotika sistemik selama 8-10 minggu (tetrasikline 2x mg/ doxycycline 2x mg/ erythromycin 3x 400 mg), kemudian di tappering off dalam 2-4 minggu terakhir. Pada anak usia dibawah 8 tahun, ibu yang menyusui, atau pasien yang alergi dengan tetracycline, direkomendasikan penggunaan oral erythromycin.
Terapi antibiotik topikal, sebaiknya dimulai bersamaan dengan antibiotik sistemik. Pada kasus rekalsitran, dipertimbangkan isotretinoin.
PROGNOSIS Dermatitis perioral biasanya sembuh sendiri (self-limited) yang muncul dalam waktu beberapa minggu dan sembuh dalam hitungan bulan atau tahun. Terapi dengan kortikosteroid topikal, sering terjadi episode berulang akibat penghentian terapi atau dengan melanjutkan terapi. Dengan intervensi yang tepat, dapat menyembuh dengan rekurensi yang jarang.
KOMPLIKASI Mayoritas kasus dermatitis perioral sembuh tanpa sekuele atau relaps. Jarang terjadi skar.