Dr. Gardenia Akhyar, Sp. KK. SKDI 2012 Acne vulgaris ringan 4A Acne vulgaris sedang berat 3A Miliaria 4A Hidraadenitis supurativa 4A Dermatitis perioral.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
INTEGUMEN Membentuk lapisan terluar tubuh.
Advertisements

PENYULUHAN KESEHATAN GIGI Drg .Ika Agustien
ASPEK TUMBUH KEMBANG JARINGAN TUBUH MANUSIA
PRURIGO Dr. Qaira Anum, SpKK.
Eksim: Gejala, Penyebab, Pengobatan dan Pencegahan
Dermatitis Atopi Haryson Tondy Winoto, dr.,Msi.Med.,Sp.A IKA UWKS.
Ekskresi Melalui Kulit
PATOFISIOLOGY SEMESTER IV KE - 9.
ASKEP URTICARIA Luky dwiantoro.
Mengenal Berbagai Rupa dan Warna Feses Bayi ASI
Oleh : dr. Irfan Rahmanto
Campak / measles / morbillie
Oleh: Alifiani Nurrohmah NIM
VARISELA (chickenpox)
SUCI FITRIA III B.
Jerawat, Bagaimana Mesti Diatasi?
MASALAH YANG TERJADI PADA KULIT
PENYAKIT KULIT DARURAT SINDROMA STEVEN JOHNSON. Definisi.
ASKEP KLIEN DENGAN MASTOIDITIS
Erupsi Obat Alergi By : dr Rina Gustia, SpKK.
Dermatitis Atopik Peradangan kulit yang melibatkan perangsangan berlebihan (alergi) Melibatkan limfosit dan sel mast Histamin dari sel mast menyebabkan.
VARIOLA Sinonim : cacar, small pox Definisi - penyakit sangat menular
Jenis, Penyebab, Patofisiologi dan gambaran klinis pada ibu MASTITIS
PENYAKIT PADA SISTEM EKSRESI
GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
Kelompok 4 Ilmu Kesehatan Anak 1. Nabila Berlianzi 2. Nadia Opriana 3. Novita Sari 4. Nurul Amalia 5. Poppy Dinata.
MASTITIS.
Rajin membersihkan wajah.
Oleh: Jelita novriza netis
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
Acne Vulgaris.
SISTEM INDERA PERABA.
MERILIZA WATI S NIM: TINGKAT III B.
MASTITIS BY Tingkat IIIB Ayu Lestari.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI (MASTITIS)
BY : MESI SEPTIA YUDA IIB
PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA
MUHAMMAD ABDILLAHTULKHAER
MATERI KELAS IV SEMESTER I Created by Elya Qomariah, S. Pd.
Miliaria.
PELATIHAN KADER KESEHATAN GIGI DAN MULUT
PATOFISIOLOGY SEMESTER IV KE - 9.
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Pada Dermatitis Seboroik
EKTIMA GIOVANNI W PUTRA
by Dr. Sari Handayani Pusadan, Sp.KK, M.Kes
Dermatitis Numularis Peradangan kulit yang bersifat kronis, ditandai dengan lesi berbentuk mata uang (koin) atau agak lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi.
NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA
ECXZEMA (Dermatitis Atopik)
JERAWAT Pengertian Tipe- Tipe Penyebab Penyembuhan Pencegahan.
PENYAKIT KULIT BAKTERI (PIODERMA)
ILUSTRASI KASUS Seorang pasien laki-laki datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP DR. M. Djamil Padang pada tanggal 23 Desember 2014 dengan: Nama :
SMF/BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FK UNUD/RSUP SANGLAH
PERTOLONGAN PERTAMA PADA LUKA BAKAR
REFERAT HERPES ZOSTER Oleh Santi Nurfitriani Pembimbing Dr. Sabrina.
Hati (hepar) Merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia (2 kg) yang terletak di rongga perut sabelah kanan di bawah diafragma.
 Radang mukosa mulut atau stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan.  Bercak ini dapat berupa.
Eritroderma et Causa Dermatitis Kontak Iritan Jurnal Oleh Suci Ramadhani S.ked Pembimbing dr. Mainiadi Sp.KK.
KEPUTIHAN (LEKORE) SALAH SATU KELUHAN WANITA All images in this document is removed due to copyright restriction dr. Ahmad Aulia Jusuf, PhD RS Mitra Keluarga.
dr. Sari Handayani Pusadan, Sp.KK, M.Kes
MILIARIA Dr. Qaira Anum, SpKK.
AKNE VULGARIS.
ABSES GIGI.
MONILETRIKS Elsafana Rizky Debita PEMBIMBING dr. H. Hervina, Sp.KK KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN.
INFORMASI DASAR TBC UPT PUSKESMAS NGAWI. Penyebab Sakit TBC Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis.
Luka Bakar (Combutio) dr. Ketut Aditya Rahardja Puskesmas Lindi.
Kehamilan di sertai penyakit rubella dan hepatitis
Transcript presentasi:

dr. Gardenia Akhyar, Sp. KK

SKDI 2012 Acne vulgaris ringan 4A Acne vulgaris sedang berat 3A Miliaria 4A Hidraadenitis supurativa 4A Dermatitis perioral 4A

Acne vulgaris: Peradangan kronik dari folikel pilosebasea, ditandai dengan adanya komedo, papul, & kista terutama terdapat di daerah muka, leher, dada, bahu dan punggung. Hampir semua orang pernah berjerawat Jerawat merupakan penyakit multifaktorial, karena banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya jerawat. ACNE

Faktor yang berperan dalam timbulnya jerawat Faktor genetik Faktor ras Faktor musim Faktor makanan Faktor infeksi Faktor psikis / stres emosi Faktor endokrin / hormonal Faktor keaktifan kelenjar

Etiopatogenesis Perubahan pola keratinisasi dalam folikel Meningkatnya produksi sebum Terbentuknya fraksi asam lemak bebas Peningkatan jumlah flora folikel Terjadinya respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies yang pemperberat acne Peningkatan kadar hormon androgen, anabolik, ACTH Adanya stres Faktor lain: usia, rasm familial, makanan, cuaca/musim.

Klinis Acne:  Predileksi: wajah, bahu, punggung atas, dada atas, leher, lengan atas.  Kelainan kulit berupa:  Komedo  patognomonik  Papul  Nodus  kista Komedo :white comedo (komedo tertutup) black comedo (komedo tertutup Tidak meradang Meradang

Klasifikasi acne Berdasarkan Plewig dan Kligman:  Komedonal yang terdiri atas  Bila ada kurang dari 10 komedo dari satu sisi muka  Bila ada komedo  Bila ada komedo  Bila ada lebih dari 50 komedo  Papulopustul, yang terdiri atas 4 gradasi  Bila ada kurang dari 10 lesi papulopustul  Bila ada lesi papulopustul  Bila ada 21 – 30 lesi papulopustul  Bila ada lebih dari dari 30 lesi papulopustul  Konglobata

Diagnosis acne vulgaris: Klinis Pemeriksaan ekskohleasi sebum.  Yaitu: pengeluaran sebum dengan komedo ekstraktor (sendok unna), sebum yang menyumbat folikel tampak massa lebih lunak seperti nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.

Pencegahan Berusaha hidup tenang dan teratur Kurangi makanan yg tinggi lemak (kacang, daging berlemak, susu, es krim), makanan tinggi karbihidrat ( makanan manis, sirup ), makanan beryodium tinggi (makanan asal laut ) dan makanan pedas Hindari suhu yang tinggi, kelembaban udara yg lebih besar serta sinar UV yang berlebihan Hindari stres psikis dan emosi Hindari penggunaan obat-obtan yang mengandung hormon Jagalah kebersihan kulit dengan membasuhnya dengan air dan sabun setelah bepergian dan menjelang tidur malam

Penatalaksanaan Bahan iritan: sulfur (4-8%), resorsinol (1-5%), asam salisilat (2-5%) Antibiotika topikal: eritromisin (1%), klindamisin fosfat (1%)

Tujuan pengobatan jerawat yang terpenting adalah mencegah timbulnya jaringan parut. Pengobatan jerawat dibagi atas pengobatan sistemik dan pengobatan topical.

MILIARIA DEFINISI Kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel milier Sinonim : biang keringat

KLASIFIKASI Miliaria kristalinaMiliaria rubraMiliaria profunda

MILIARIA KRISTALINA Predileksi : badan (tertutup pakaian) >> keringat (hawa panas) Keluhan (-) Lesi vesikel milier bergerombol,tanda radang(-)

Terapi Tidak diperlukan Hindari panas berlebihan Ventilasi yang baik Pakaian tipis & menyerap keringat

MILIARIA RUBRA Predileksi : badan (daerah tekanan /gesekan pakaian) Keluhan : gatal & pedih Patogenesis  Sumbatan keratin muara kel.keringat dan bendungan keringat di epidermis Kadar garam yang tinggi di kulit sebabkan spongiosisPeranan stafilokokus Klinis Lesi : papul eritema / papul vesikuler ekstra folikuler PA : vesikel di stratum spinosum

Terapi Pakaian tipis menyerap keringat Bedak salisil 2% + mentol ¼ - 2 % Lotio Faberi

MILIARIA PROFUNDA Jarang (di daerah tropis) Predileksi : badan, ekstremitas Keluhan : gatal (-) Lesi : papul putih 1-3 mm, keras, vesikel<<, tanda radang (-)

Histopatologi Saluran kel. keringat yg pecah pada dermis bagian atas dengan atau tanpa infiltrasi sel radang

Terapi Hindari panas & kelembaban berlebihan Ventilasi yg baik Pakaian tipis Lotio calamin

Hidradenitis Supurativa Infeksi kelenjar apokrin etio : S. Aureus Gk/ : - usia akil balik – dewasa - Trauma / mikro trauma ; keringat banyak, pemakain deodoran, rambut ketiak digunting - Gejala konstitusi : demam, malese - Nodus (tanda radang +)  melunak  abses  pecah  fistel - Menahun : abses, fistel, sinus, multipel - Predileksi : ketiak, perineum - Leukositosis

DD/ : skrofuloderma Terapi : antibiotika sistemik Insisi / kompres terbuka Kronik residif ; kelenjar apokrin dieksisi

DERMATITIS PERIORAL  Peradangan kulit erupsi kronik yang mengenai daerah perioral dan lipatan nasolabialis (sekitar hidung) berupa papul eritomatosa  pustulasi, skuama, berbatas tegas pada wajah disertai rasa panas dan kadang gatal.

EPIDEMIOLOGI  Perempuan usia muda, 15–25 tahun  Anak-anak (7 bulan - 14 tahun)  Terutama usia prepubertas.  Mengenai semua ras  Dapat berlangsung ±6 bulan.

ETIOPATOGENESIS Penyebab pasti belum diketahui Beberapa penelitian mendapatkan : Penggunaan kortikosteroid topikal dan kortikosteroid hirup, Dermatitis kontak alergi terhadap fluoride atau komponen lain dalam pasta gigi Idiopatik

Gangguan barier kulit  Overhidrasi kulit karena pemakaian bahan oklusif  Berhubungan dengan stigmata atopi  Ketidakseimbangan flora kulit karena penggunaan kosmetika berlebihan  Peranan candida albicans pada gastrointestinal

Faktor penyebab dermatitis oral Obat-obatanKortikosteroid topikal Kortikosteroid spray/hirup KosmetikPasta gigi dengan fluoride Produk perawatan kulit berupa salep atau krim (berbahan dasar petrolatum atau paraffin) Faktor FisikCahaya matahari (UV) Panas Angin Faktor mikrobaBakteri Fusiform spirilla Spesies Candida Faktor lainFaktor hormonal (kotrasepsi oral) Gangguan gastrointestinal (malabsorbsi) Stres emosional

MANIFESTASI KLINIS/ DIAGNOSIS Anamnesis  Riwayat erupsi akut setelah penggunaan steroid topikal/ hirup pada daerah sekitar mulut, hidung, dan/ atau mata yang dapat memburuk apabila kortikosteroid topikal dihentikan.  Bintik-bintik kecil berwarna merah dan bernanah, berulang dalam hitungan minggu- bulan.  Lesi kulit terasa sensasi terbakar atau kadang gatal.  Pasien mengeluhkan intoleran terhadap cahaya matahari, penggunaan sabun, atau iritan dan kosmetik.

PEMERIKSAAN KLINIS  Di sekitar mulut (perioral), sekitar hidung (perinasal), dan/ atau sekitar mata (periokular).  Terlokalisir, simetris/ unilateral, biasanya tidak mengenai bagian tengah sulcus vermilion border bagian atas  Papul/ plak, vesikel dan pustul dengan dasar yang eritema, dengan skuama halus, terlokalisir,

Pada bentuk/tipe granulomatosa  Papul eritema, atau kuning-kecoklatan, beberapa lesi konfluen dan terlokalisir pada sekitar mulut, dapat ditemukan pada telinga, leher, kulit kepala, badan, labia mayora, dan ekstremitas.

The Perioral Dermatitis Severity Index (PODSI) Jika skor 0,5-2,5 :ringan, 3,0-5,5: sedang, 6,0-9,0: berat

Dermatitis perioral menurut podsi

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan histopatologi  Tidak diagnostik  Gambaran histopatologi bervariasi bergantung pada bentuk dermatitis perioral.  Tampak follicular spongiosis dan perubahan eksematosa sebagai gambaran yang dominan, yang membedakan dengan rosacea.  Infiltrat limfohistiositik dan terkadang sel plasma ditemukan pada distribusi perifollicular dan perivaskular.

Pemeriksaan lain  Prick test dan IgE spesifik untuk kemungkinan aeroalergen.

Diagnosis Banding

Diagnosis Banding....

DIAGNOSIS BANDING...

TERAPI Terapi umum:  Hentikan pemakaian kortikosteroid topikal  Pasien diedukasi tentang hubungan antara penggunaan kortikosteroid topikal dan eksaserbasi dari dermatitis.  Membatasi penggunaan kosmetik yang berlebihan, sabun, detergen, pelembab

TERAPI KHUSUS Terapi topikal  Metronidazol krim/ erythromycin / clindamycin krim  Pilihan lain yaitu preparat sulfur topikal, dan asam azelaik topikal.  Hindari penggunaan preparat salep pada terapi dermatitis perioral.

TERAPI SISTEMIK  Antibiotika sistemik selama 8-10 minggu (tetrasikline 2x mg/ doxycycline 2x mg/ erythromycin 3x 400 mg), kemudian di tappering off dalam 2-4 minggu terakhir.  Pada anak usia dibawah 8 tahun, ibu yang menyusui, atau pasien yang alergi dengan tetracycline, direkomendasikan penggunaan oral erythromycin.

 Terapi antibiotik topikal, sebaiknya dimulai bersamaan dengan antibiotik sistemik.  Pada kasus rekalsitran, dipertimbangkan isotretinoin.

PROGNOSIS  Dermatitis perioral biasanya sembuh sendiri (self-limited) yang muncul dalam waktu beberapa minggu dan sembuh dalam hitungan bulan atau tahun.  Terapi dengan kortikosteroid topikal, sering terjadi episode berulang akibat penghentian terapi atau dengan melanjutkan terapi.  Dengan intervensi yang tepat, dapat menyembuh dengan rekurensi yang jarang.

KOMPLIKASI  Mayoritas kasus dermatitis perioral sembuh tanpa sekuele atau relaps.  Jarang terjadi skar.