FETISISME Oktarizal Drianus ( ). Pada 17 Agustus 2014, di saat warga sedang terlena dengan perayaan kemerdekaan, terjadi kasus seorang guru agama.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Pada Masa ini anak sangat aktif
Advertisements

Stefanus T A. Ivan Lucky G
PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA
Gangguan Seksual & Gangguan Tidur
KECANDUAN MEROKOK PENYEBAB DAN AKIBATNYA PADA MAHASISWI
ASSALAMUALAIKUM Wr. Wb..
STRESS KERJA PERTEMUAN KE 8.
LINGKUP KEPERAWATAN DEWASA
Metha Dwi Tamara, S.ST., M.KM
Perkembangan psikososial anak-anak awal
KESEHATAN MENTAL DI SEPANJANG SIKLUS KEHIDUPAN
ASUHAN KEBIDANAN IV.
(Memahami Tumbuh Kembang Masa Remaja)
PRINSIP–PRINSIP Perkembangan
PERLINDUNGAN ANAK DARI KEKERASAN SEXUAL Dra
Dissociative disorder
Dasar-Dasar Dukungan Psikososial
Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif Berbahaya Lainnya
SKIZOFRENIA.
Obyect Relation Theory Melanie Klein
Perkembangan Sosioemosional masa kanak-kanak akhir (Usia Sekolah)
MATERI KULIAH PSIKOLOGI KLINIS
PELAKSANAAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) DALAM RELASI HUKUM DAN KEKUASAAN SERTA DALAM MENGHADAPI ISU-ISU GLOBAL Kelompok 10 Anesta Ebri Dewanty
BLOK 1.6 : SIKLUS KEHIDUPAN
(Memahami Tumbuh Kembang Masa Remaja)
GANGGUAN CEMAS, FOBIA,PANIK, SOMATOFORM DAN OBSESI KOMPULSIF
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DALAM KONTEKS KESEHATAN MASYARAKAT
Klinefelter dan turner
Sadomasokisme Kelompok 2.
Perkembangan Fisik & Motorik wien/pgsd_perk.
Apa? Setelah akhir dari perkuliahan ini, mahasiswa mampu mengembangkan lingkungan pendidikan yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi peserta.
Pendekatan terhadap Perawatan dan Terapi
PSIKOLOGI KESEHATAN.
MANAGEMEN PENCEGAHAN BUNUH DIRI
Yeny Duriana Wijaya, M.Psi., Psi
FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUKAN AKHLAK
DISPAREUNIA . A. Pengertian  Dispareunia adalah nyeri di vagina atau pinggul yang dialami selama hubungan seksual dispareunia lebih sering.
TAHAPAN PERKEMBANGAN SEKSUALITAS MANUSIA MENURUT SIGMUND FREUD
PSYCHOSOCIAL PROBLEMS RELATED TO DISASTER AND MANAGEMENT
GANGGUAN ALAM PERASAAN
Ega Pramudita Rizky Fauziah XII IPA 2
Pembimbing: dr. Dina Fitriningsih,SpKJ, MARS
Oleh: SITI KHADIJA PRATIWI NIM.P
KOMUNIKASI PADA ANAK DAN KELUARGA
Disfungsi dan gangguan Seksual dan Terapinya - 2
GANGGUAN IDENTITAS GENDER, PARAFILIA, DAN DISFUNGSI SEKSUAL
ADHD (Attention Deficit hyperactivity Disorder)
PENDEKATAN PSIKOANALISIS
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Mengenal Lebih Dekat dan Penanganannya di Kelas Oleh: Ana Karunia, S.Psi.
SKATOLOGIA DAN KOPROFILIA YULI A. ROZALI., M.PSI., PSIKOLOG
BLOK 1.6 : SIKLUS KEHIDUPAN
Manajemen Stres TUJUAN PEMBELAJARAN  Peserta pelatihan dapat Mengetahui gambaran umum mengenai Definisi Stress  Peserta dapat Mengetahui Penyebab dan.
Oleh Kelompok 6: Andini Novela C. (o3) Barkah Miladina (05) Emilda Ayuliana (15) Nur Andini Eka P. (33) Rofika Dewi M. (37)
Abellia Septine M Anisa Indraini Clara Triana Saragih
ANAK – REMAJA
ANAK – REMAJA
Sexual Behaviour Bayi dan Anak. Perkembangan seksualitas bukan hanya perilaku pemuasan seks semata, tapi juga mencakup pembentukan nilai, sikap, perasaan,
Meta Damariyanti, Mpsi., Psikolog
SISTEM REPRODUKSI WANITA
Komunikasi dalam Keluarga
Penyimpangan Seksual. TUJUAN Siswa memiliki perilaku seksual yang sehat sesuai gendernya.
Transcript presentasi:

FETISISME Oktarizal Drianus ( )

Pada 17 Agustus 2014, di saat warga sedang terlena dengan perayaan kemerdekaan, terjadi kasus seorang guru agama yang mencuri celana dalam tetangganya (kompas.com). Hal ini dilakukan bukan karena ia tidak mampu membeli celana dalam istrinya. Akan tetapi, karena objek “celana dalam” tersebut dijadikan media pemuasan nafsunya. CONTOH KASUS

McAnulty, Adams, dan Dillon (2002) menyimpulkan bahwa parafilia adalah istilah yang mengambarkan sexual arousal yang terjadi terhadap suatu objek, atau pada suatu situasi, atau pada seseorang bukan disebabkan oleh stimulasi normal dan ini dapat menimbulkan distress atau masalah pada orang tersebut atau pasangannya, atau orang lain yang dilibatkan dalam hal ini. FETIHISME BAGIAN DARI PARAPHILIA

Fetisisme sebagai dorongan, fantasi, dan perilaku yang merangsang secara seksual yang melibatkan penggunaan benda-benda tak-hidup dan tak-lazim, yang mengakibatkan distress atau hendaya dalam fungsi kehidupan, dan keadaan ini berlangsung lama dan berulang kali terjadi. (Durand dan Barlow, 2007)

 Jenis objek fetisisme hampir sama banyaknya dengan tipe fetish (benda yang dipuja).  Benda apapun baik yang mengandung sexual embedded ataupun tidak dapat menjadi objek dari seorang fetisis.  Rangsangan fetisistik berhubungan dengan dua golongan objek atau aktivitas yang berbeda, yaitu: 1) benda mati, atau 2) sumber stimulasi taktil tertentu.

 (Partialisme) adalah bagian tubuh tertentu. Misalnya telapak kaki, pantat, telapak tangan, rambut.  Namun, ketertarikan ini secara teknis tidak lagi diklasifikasikan sebagai fetish, karena kadang sulit dibedakan dengan pola-pola rangsangan yang lebih normal (Durand dan Barlow, 2007).  Sebagian besar, atau mungkin secara total, fantasi, dorongan, dan nafsu seksual secara intens terikat pada objek tersebut.

Pakaian dalam dan sepatu perempuan adalah objek-objek yang paling populer.

 sepatu, sarung tangan, celana dalam, dan stoking yang secara intim terkait pada tubuh manusia.  Fetis tertentu dikaitkan dengan seseorang yang terlibat erat dengan pasien selama masa kanak-kanak dan memiliki kualitas yang berkaitan dengan orang yang dicintai, dibutuhkan, atau bahkan membuat trauma. Biasanya gangguan bermula saat remaja, walaupun fetis dapat terjadi pada masa kanak. Ketika terbentuk, gangguan cenderung menjadi kronis.

Fetisisme bisa dilakukan dengan masturbasi atau hanya terangsang secara seksual bahkan sering juga disertai dengan penyimpangan lainnya, seperti sadomasokisme dan fedofilia (Wilson dan Gosselin dalam Adams, 2002). REAKSI

Diantara kasus-kasus parafilia yang telah diidentifikasi secara legal, fetisisme jarang ditemukan. Orang dengan perilaku fetisisme tidak banyak ditangkap dan salah disisi hukum. Orang dengan perilaku transvestik fetisisme kadang- kadang dapat ditangkap karena mengganggu ketenangan atau atas tuntutan pelanggaran ringan jika mereka secara jelas merupakan laki-laki yang mengenakan pakaian perempuan, tetapi penangkapan lebih lazim terjadi pada orang dengan gangguan identitas gender (Plante, 2006).

 hampir selalu terjadi pada laki-laki. Lebih 50 % parafilia memiliki usia sebelum usia 18 tahun.  Pasien dengan parafilia sering memiliki tiga hingga lima parafilia, baik terjadi bersamaan atau pada waktu yang berbeda di dalam kehidupannya. Pola kejadian ini terutama pada kasus dengan ekshibisionisme, fetisisme, masokisme seksual, sadisme seksual, fetisisme transvestik, voyeurism, dan zoofilia.  Kejadian perilaku ini sering memuncak pada usia diantara 15 dan 25 tahun dan menurun secara bertahap (Adams, 2002).

 Masih banyak sebenarnya penelitian terhadap fetisisme yang mempunyai kategorinya masing- masing. Misalnya berdasarkan tekstur bahan fetish, nilon, kulit, serta bau yang diasosiasikan dengan bagian tubuh.  Ada lagi yang mengkategorikan berdasarkan jenisnya, seperti pakaian dalam, asesoris, dan pakaian harian seperti celemek atau bahkan jilbab.

 Beberapa studi mengidentifikasi temuan organic abnormal pada orang dengan parafilia. Diantara pasien yang dirujuk ke pusat medis besar, yang memiliki temuan organik positif mencakup 74% pasien dengan kadar hormon abnormal, 27% dengan tanda neurologis yang ringan atau berat 24% dengan kelainan kromosom, 9% dengan kejang, 9% dengan disleksia, 4% dengan elektroensefalogram (EEG) abnormal, 4% dengan gangguan jiwa berat, dan 4% dengan cacat mental. (Psychology Today).

 Orang dengan fetisisme gagal menyelesaikan proses perkembangan normal dalam penyesuian heteroseksual. Kegagalan menyelesaikan krisis Oedipus dengan mengidentifikasi agresor ayah (untuk laki-laki) atau agresor ibu (untuk perempuan) menimbulkan baik identifikasi yang tidak sesuai dengan orang tua dengan jenis kelamin berlawanan atau pilihan objek yang tidak tepat untuk penyaluran libido.  Ada kastrasi komplek yang menyebabkan fetisisme, suatu penyangkalan dan afirmasi terhadap kastrasi (Freud, 1927).

 Teori psikoanalitik klasik berpegangan bahwa transeksualisme dan fetisisme transvestik adalah gangguan karena keduanya mengidentikasi diri dengan orang tua berjenis kelamin berlawanan bukannya orang tua berjenis kelamin sama; contohnya, seorang laki-laki yang berpakaian seperti seorang perempuan diyakini mengidentifikasi diri dengan ibunya.  Fetisisme adalah suatu upaya menghindari kecemasan dengan menggantikan impuls libido dengan objek yang tidak sesuai. Durant dan Barlow (2007) menuliskan bahwa “that it stems from castration anxiety and the fantasy of the phallic woman. The fetish symbolizes the penis from this perspective.”

Pertanyaan yang masih tidak terjawab adalah apakah kelainan ini menyebabkan minat parafilik atau merupakan temuan insidental yang tidak memiliki relevansi dengan timbulnya parafilia. Bagaimanapun, temuan-temuan ini masih sangat debatable

 Agalmatophilia - seksual arousal yang timbul terhadap manekin atau patung.  Mechanophilia/Mechaphilia - kegairahan seksual yang timbul terhadap mesin.  Psychrophilia - kegairahan seksual yang timbul dari objek yang sejuk.  Salirophilia - kegairahan seksual yang timbul terhadap tanah atau kekotoran.

 Mucophilia - kegairahan seksual yang timbul dari mucus.  Dendrophilia- kegairahan seksual yang timbul disebabkan oleh pokok-pokok.  Symorophilia - kegairahan seksual yang timbul dengan melihat kecelakaan.  Autonepiophilia - kegairahan seksual yang timbul dengan memakai pakaian anak.  Objectofilia yang merupakan kegairahan seksual yang didapat dari benda- benda seperti bulu, balon, celana dalam perempuan, sepatu tumit tinggi, karet, dll

 Sesuai penjelasan Adams (2002) paling tidak (walaupun masih banyak pertanyaan- pertanyaan yang belum terjawab) ada beberapa jenis intervensi psikiatrik digunakan untuk menerapi orang dengan parafilia: kendali eksternal, pengurangan dorongan seksual, terapi keadaan komorbid (seperti depresi atau ansietas), terapi perilaku kognitif, dan psikoterapi dinamik.

Penjara adalah mekanisme kendali eksternal untuk kejahatan seksual yang biasanya tidak berisi kandungan terapi. Jika korban terdapat di dalam keluarga atau lingkungan kerja, kendali eksternal datang dengan memberitahu terapis, teman sebaya, atau anggota keluarga dewasa lain untuk melakukan dorongan

 Terapi obat mencakup abot antipsikotik atau antidepresan, diindikasikan untuk terapi skizofrenia atau gangguan depresif jika parafillia dikaitkan dengan gangguan ini. Antiandrogen, seperti cyproterrone acetate di Eropa dan medroxyprogesteron acetate (Depo –Provera) di Amerika Serikat, dapat mengurangi dorongan perilaku seksual dengan menurunkan kadar testosteron serum sampai pada konsentrasi dibawah normal. Agen serotonergik seperti fluoxetine (prozac) telah digunakan pada beberapa kasus parafilik dengan keberhasilan terbatas. Pengunaan dari zat Antiandrogen mempunyai efek samping yaitu pembesaran mame, nyeri kepala, peningkatan berat badan dan penurunan densitas tulang.

 Terapi perilaku-kognitif digunakan untuk mengubah pola parafilik yang dipelajari dengan mengubah perilaku untuk pelakunya dapat diterima secara sosial. Intervensinya mencakup pelatihan keterampilan sosial, edukasi seks, pembentukan ulang kognitif (melawan dan merusak rasionalisasi yang digunakan untuk menyokong pencarian korban lain), dan pembentukan empati terhadap korban. Desensitisasi khayalan, teknik relaksasi, dan pembelajaran hal yang memicu impuls parafilik sehingga stimulus dapat dihindari, juga diberikan. Pada modifikasi latihan perilaku aversif, pelaku direkam sedang melakukan parafilianya terhadap boneka, parafiliak kemudian dikonfrontasi oleh terapis dan suatu kelompok pelaku yang lain yang menanyakan mengenai perasaan, pikiran, dan motif yang berkaitan dengan tindakanya serta secara berulang mencoba memperbaiki distorsi kognitif dan menunjukkan kepada pasien mengenai tidak adanya empati terhadap korban.

 Psikoterapi berorientasi konseling merupakan pendekatan terapi yang berangsung lama. Pasien memiliki kesempatan untuk mengerti dinamika serta peristiwa yang menyebabkan parafilia timbul. Secara khusus, mereka menjadi sadar akan peristiwa sehari- hari yang menyebabkan mereka melakukan impuls mereka (seperti penolakan sebenarnya ataupun khayalan). Terapi membantu mereka menghadapi stres kehidupan dengan lebih baik dan meningkatkan kapasitas untuk berhubungan pasangan hidup. Psikoterapi juga memungkinkan pasien memperoleh kembali kepercayaan dirinya, yang selanjutnya akan memungkinkan mereka mendekati pasangan dengan cara seksual yang lebih normal.