SYI’AH DAN MURJI’AH
PENGERTIAN SYI’AH Istilah Syi’ah berasal dari kata bahasa Arab شيعه “Syi’ah”. Bentuk tunggal dari kata ini adalah Syi’i شيعي. “Syi’ah” dalam bentuk pendek dari kalimat bersejarah Syi’ah Ali شيعه علي artinya “pengikut Ali”. Syi’ah menurut etimologi bermakna “pembela dan pengikut seseorang”. Selain itu juga bermakna “setiap kaum yang berkumpul diatas suatu perkara”
LATAR BELAKANG SYI’AH 1. Peristiwa Saqifah yang yang menobatkan Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai khilafah dan keterlambatan Ali dalam membaiat Abu Bakar. 2. Fitnah yang terjadi pada masa khalifah Utsman bin ‘Affan yang berakhir dengan terbunuhnya khalifah ketiga itu. 3. Perang shiffin dan terjadinya tahkim. 4. Peristiwa terbunuhnya Husain bin Ali bin Abi Thalib di Karbala.
DOKTRIN, USHULUDDIN & FURUUDDIN Dalam Syi’ah terdapat apa yang namanya ushul al- Din (pokok – pokok agama) dan furu’ al-Din (masalah penerapan agama). Syi’ah memiliki lima Ushuluddin, yaitu: 1.Tauhid, bahwa Allah SWT adalah Maha Esa 2.Al-‘Adl, bahwa Allah SWT adalah Maha Adil 3.An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan Syi’ah meyakini keberadaan para nabi sebagai pembawa berita dari Tuhan kepada umat manusia 4.Al – Imamah, bahwa Syi’ah meyakini adanya iman – iman yang sebabtiasa memimpin umat sebagai penerus risalah kenabian 5.Al – Ma’ad bahwa akan terjadinya hari kebangkitan
Adapun keyakinan kaum Syi’ah tentang kenabian sebagai berikut: 1.Jumlah Nabi dan Rasul Allah ada Nabi dan Rasul terakhir ialah Nabi Muhammad SAW 3.Nabi Muhammad SAW suci dari segala aib da tiada cacat apapun. Dialah nabi yang paling utama dari selurh nabi yang ada 4.Ahlul Baitnya, yaitu Ali, Fatimah, Hasan, Husein, dan sembilan Imam dari keturunan Husain adalah manusia – manusia suci 5.Al-Qur’an ialah mukjizat kekal Nabi Muhammad SAW
SEKTE – SEKTE DALAM SYI’AH
1. Syi’ah Sab’iyyah (Ismailiyah) 1) Ali bin Thalib (600 – 661) juga dikenal dengan Amirul Mukminin 2) Hasan bin Ali (625 – 669) juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba 3) Husain bin Ali (626 – 680) juga dikenal dengan Husain asy-Syahid 4) Ali bin Husain (658 – 713) juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin 5) Muhammad bin Ali (676 – 743) juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir 6) Ja’far bin Muhammad bin Ali (703 – 765) juga dikenal dengan Ja’far ash-Shadiq 7) Ismail bin Ja’far (721 – 755) adalah anak pertama Ja’far ash-Shadiq dan kakak Musa al-Kadzim.
2. Syi’ah Itsna ‘Asyariyah 1) Ali bin Thalib (600 – 661) juga dikenal dengan Amirul Mukminin 2) Hasan bin Ali (625 – 669) juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba 3) Husain bin Ali (626 – 680) juga dikenal dengan Husain asy-Syahid 4) Ali bin Husain (658 – 713) juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin 5) Muhammad bin Ali (676 – 743) juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir 6) Ja’far bin Muhammad (703 – 765) juga dikenal dengan Ja’far ash- Shadiq 7) Musa bin Ja’far (754 – 799) juga dikenal dengan Musa al-Kadzim 8) Ali bin Musa (765 – 818) juga dikenal dengan Ali ar-Ridha 9) Muhammad bin Ali (810 – 835) juga dikenal dengan Muhammad al-Jawad atau Muhammad at-Taqi 10) Ali bin Muhammad (827 – 868) juga dikenal dengan Ali al-Hadi 11) Hasan bin Ali (846 – 874) juga dikenal dengan Hasan al-Asykari 12) Muhammad bin Hasan (868) juga dikenal dengan Muhammad al- Mahdi
3. Syi’ah Zaidiyah 1) ‘Ali bin Abi Thalib (600 – 661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin 2) Hasan bin Ali (625 – 669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba 3) Husain bin Ali (626 – 680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid 4) Ali bin Husain (658 – 713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin 5) Zaid bin Ali (658 – 740), juga dikenal dengan Zaid bin Ali asy-Syahid
4. Syi’ah Ghulat (Sesat) Beberapa ajaran Syi’ah Ghulat yang dipandang bertentagan dengan konsep tauhid dan keluar dari agama Islam, yakni: 1)Ajaran bahwa Ali bin Abi Thalib adalah Nabi dan bahkan dianggap sebagai Tuhan. Tatkala Ali bin Abi Thalib meninggal dunia, Ibn Sauda’i berpendapat bahwa Ali tidak mati dan Ibn Muljam (sang pembunuh) dianggap melakukan kesalahan lantaran yang dibunuh adalah setan yang menyerupai Ali bin Abi Thalib. 2)Ajaran tentang re-inkarnasi dimana Roh Allah bersemayam pada Adam kemudian bersemayam di tubuh Abdullah bin Muawiyah, salah satu pemimpin kelompok Syi’ah Ghulat
3) Pemimpin kelompok Syi’ah Ghulat seperti al- Mughiriyah dan al-Manshuriyyah menganggap dirinya sebagai Nabi dengan gelar Khalil seperti halnya Ibrahim. 4) Bahwa Allah Azza wa Jalla mengutus Jibril kepada Ali bin Abi Thalib, namun terjadi kesalahan hingga Jibril menemui Muhammad. Kesalahan ini lantaran Ali menyerupai Nabi Muhammad. 5) Bahwa Allah SWT masuk (hulul) pada lima tubuh manusia pilihannya, yaitu Muhammad, Ali, Hasan, Husen, dan Fathimah. Dan kelima orang ini memiliki musuh dan lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Usman, Muawiyah, dan Amr bin ‘Ash. 6) Ajaran tentang kafirnya semua sahabat selain Ali bin Abi Thalib. 7) Bahwa setelah Rasulullah tidak ada yang mulia selain Ali bin Abi Thalib dan keturunannya, dan lain – lain.
PENGERTIAN MURJI’AH Kata murji’ah berasal dari suku kata bahasa arab “Raja’a” yang berarti “kembali”, dan mashdar- nya adalah “al-irja”. Kata “al-irja” memiliki dua pengertian, yaitu “al-ta’khir” (mengakhirkan) dan “i’tha al-raja” (memberikan harapan). Pengertian yang disebut pertama memiliki korelasi dengan kondisi aliran Murji’ah di mana mereka adalah orang – orang yang mengakhirkan tindakan atau amal dari niat dan akad. Demikian juga pengertian yang disebut belakangan (i’tha al-raja) dipandang sesuai dengan paham mereka yang menganggap “kemaksiatan tidak merusak keimanan seseorang, sebagaimana kepatuhan tidak memberi manfaat bagi orang kafir”.
LATAR BELAKANG MURJI’AH Kemunculan golongan murji’ah pada mulanya ditimbulkan oleh persoalan politik pada masa pemerintahan Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalb, yaitu saat terjadinya pergolakan di kalangan umat Islam antara kaum Syi’ah dan Khawarij yang saling bertentangan hingga timbul satu golongan baru yang bersikap netral tidak mau turut dalam praktek kafir mengkafirkan yang terjadi antara golongan yang bertentangan itu.
PAHAM MURJI’AH 1) Rukun iman ada dua yaitu: iman kepada Allah dan iman kepada utusan Allah. 2) Orang yang berbuat dosa besar tetap Mukmin selama ia telah beriman, dan apabila meninggal dunia dalam keadaan berdosa, maka segala ketentuannya tergantung Allah di akhirat kelak. 3) Perbuatan kemaksiatan tidak berdampak apapun terhadap seseorang bila telah beriman. Selama meyakini dua kalimat syahadat, seorang Muslim yang berdosa besar tak dihukum kafir. Hukuman terhadap perbuatan manusia ditangguhkan, artinya hanya Allah yang berhak menjatuhkannya di akhirat. Ini berarti dosa sebesar apapun tidak dapat memengaruhi keimanan seseorang dan keimanan tidak dapat pula memengaruhi dosa.