Nutrisia A Sayuti., M.Sc., Apt

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
ILMU GALENIKA By Vera Amalia, S.Si, Apt..
Advertisements

SEDIAAN STERIL TETES MATA DAN COLLYRIUM
AKADEMI FARMASI JEMBER
EMULSI FARMASETIK DASAR.
Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.
SUSPENSI FARMASEUTIK DASAR.
KD II SISTEM KOLOID.
SOLUTIO (LARUTAN) TIK :
Fitri Rahma Yenti, S.Farm.,Apt POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG PROGRAM STUDI DIII FARMASI 5/30/20171.
DEMULSIFIKASI, CREAMING DAN INVERSI
PEMURNIAN Lanjutan.
KOLOID.
MUDUL6 KOLOID DAN LARUTAN
Larutan.
SOLUTIO (LARUTAN).
KESESUAIAN FARMASETIS
Kuliah FTS CSP tanggal 5 Februari 2012
GRAVIMETRI Analisis gravimetri: proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu Analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau.
Larutan.
Refinery dan Pengolahan Turunan Minyak Sawit
SIRUP Disusun oleh : Marsaulina Damanik ( )
PENGOLAHAN KELAPA.
FARMASETIKA - sUsPeNsi -
KOLOID.
SALEP MATA dan GEL (Kuliah FTS CSP ).
BENTUK SEDIAAN OBAT CAIR
Bentuk Sediaan Obat (BSO)
SUSPENSI CMC Anggota Kelompok : Kartika Dewi I. ( )
Bentuk Sediaan Obat (BSO)
Bentuk Sediaan Obat (BSO)
HASIL SEDIAAN DAN EVALUASI SNEDD IBUPROFEN
Larutan Farmasetik Dasar.
MACAM MACAM SEDIAAN OBAT
LARUTAN By Vera Amalia, S.Si, Apt..
SUSPENSI By Vera Amalia, S.Si, Apt..
Formulasi SNEDDS formula 7
ELIKSIR Nama Kelompok: Kinanthi Sekartanjung P. ( )
Praktikum FTS- Cair Semi Padat Krim Vitamin C Kelompok 5 Grassella (I ) Rizki Wahyudi (I ) Armi Rusmariani (I ) Erlinda (I )
TEKNOLOGI LEMAK DAN MINYAK
Pembuatan Sediaan Obat Semi Padat
FOMULASI SNEDDS DISUSUN OLEH : 1.Lutfatul Amalia ( )
Tablet.
Dra Ratih Dyah Pertiwi, Apt
Asisten klp : LA HAMIDU, S.Farm
MACAM MACAM SEDIAAN OBAT
Pembuatan Sediaan Obat Cair
Nama kelompok Relin yesika
SUSPENSI Kelompok 3 Anggota : Destiana Wijaya.
PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN
14/09/2018.
Penyimpanan Obat harus disimpan sehingga tercegah cemaran dan peruraian, terhindar pengaruh udara, kelembaban, panas dan cahaya. Obat yang mudah menguap.
Oleh: Siti Hajar Nur Safita
ELIKSIR (FI III) Sediaan berupa larutan yg mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula atau zat pemanis lainnya,
KRIM.
RESEP GEL ANALGETIK OLEH ALLEN TRIPUT MUNIAGA SURABAYA.
RESEP GEL ANALGETIK OLEH ALLEN TRIPUT MUNIAGA SURABAYA.
PENGUAPAN DAN PENGERINGAN
Sediaan Larutan Teknologi Sediaan Liquid & Semisolid.
FORMULASI SEDIAAN SUSPENSI
ABSORBSI DARI GASTROINTESTINAL
FORMULASI SEDIAAN LARUTAN
EKSTRAKSI TANAMAN OBAT
PREFORMULASI SEDIAAN LIQUID & SEMISOLID
Teknologi Sediaan Liquid & Semisolid
KOLOID.
SOLUTIO AKADEMI FARMASI BUMI SILIWANGI Kenti Prahmanti, M.Biotek, Apt.
Sediaan Obat Tradisional
MATA KULIAH TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLID DOSEN PENANGGUNG JAWAB YUSNITA USMAN, S.Si., M.Si., Apt. BOBOT (JUMLAH SKS) 1 T, 3 P ( 4 SKS) LARUTAN.
SALEP LUKA BAKAR. LATAR BELAKANG Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan pada kulit, yang sakit atau terluka dimaksudkan untuk.
Oleh : Fea Prihapsara, c.M.Sc., Apt.. Adalah cairan jernih, rasanya manis, larutan hidroalkohol digunakan untuk pemakaian oral, umumnya mengandung flavoring.
Transcript presentasi:

Nutrisia A Sayuti., M.Sc., Apt SEDIAAN CAIR Nutrisia A Sayuti., M.Sc., Apt

Bentuk sediaan obat cair A. Solutiones (larutan) B. Suspensiones (suspensi) C. Emulsa (emulsi)

Bentuk sediaan obat cair oral A. Potiones (obat minum) B. Elixir C. Sirup D. Guttae (drop, tetes)

Bentuk sediaan obat cair topikal A. Collyrium (kolirium) B. Guttae ophthalmiceae (tetes mata) C. Gargarisma (gargle) D. Guttae nasales (tetes hidung) E. Guttae auricularis (tetes telinga) F. Irrigationes (irigasi) G. Inhalatoines H. Epithema I. Lotion J. Linimentum (liniment)

Bentuk sediaan cair rektal/vaginal A. Lavament/clysma/enema B. Douche

Bentuk sediaan injeksi (Injection) Injeksi Intra Vena Injeksi Intramusculer Injeksi Intraperitonial dll

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 007 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI OBAT TRADISIONAL Pasal 8 Obat tradisional dilarang dibuat dan/atau diedarkan dalam bentuk sediaan: a. intravaginal; b. tetes mata; c. parenteral; dan d. supositoria, kecuali digunakan untuk wasir.

SOLUTIO, MIXTURA, ELIXIR

Solutio-Mixtura- Elixsir Solutio adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut dan zat yang dilarutkan hanya 1 macam Mixtura adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut lebih dari 1 macam. Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat pengawet, zat warna dan zat wewangia; digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama digunakan Etanol 90 %, yang dimaksud untuk mempertinggi kelarutan obat dapat ditambahkan gliserol, sorbitol, propilenglikol, sebagai pengganti gula dapat digunakan sirup simplex.

Kecuali elixir, jika tidak dinyatakan lain, pelarut utama yang digunakan adalah Aqua destillata. Zat yang terlarut dinamakan solute sedangkan pelarutnya dinamakan solvent. Solutio & Mixtura dapat dipakai baik untuk pemakaian dalam mau pun untuk pemakaian luar, sedangkan elixir untuk pemakaian dalam

Solutio Bila tidak dikatakan lain yang dimaksud adalah larutan dalam air. Bila pelarutnya bukan air harus dijelaskan dalam namanya : Misal : Solutio : Solutio aquaosa Solutio Spirituosa Solutio glycerinata Solutio Oleosa Solutio paraffinosa

Contoh Solvent untuk kelarutan zat. Aqua : untuk melarutkan garam-garam, gula, lendir/gom, zat penyamak, zat putih telur. Spiritus : untuk camphora, resina, menthol Glycerin : Untuk borax, tanin, KI Paraffin liquidum : menthol, phospor Oleum : untuk camphor, menthol, phosphor Chloroform : getah, perca Eter : naftol, emplastrum, plumbi oxidy

Pada umumnya makin tinggi temperatur, makin cepat suatu zat/solute bisa larut dalam suatu solvent. Kecuali untuk beberapa zat, penghangatan tidak boleh karena : Temperatur naik, kelarutan berkurang Calsium Hidroksida Sulfas Natricus anh Tanpa penghangatan telah dibebaskan banyak kalori (timbul panas) Hydras Natricus Chloretum Zincicum Penghangatan menyebabkan zat itu terurai Ascal  Calsium salisilat + asam asetat Bicarbonas Natricus  Natrium Carbonat + Air + CO2 Penghangatan merusak bahan (khasiat berkurang) Penicilin Pepsin Adrenalin

Keistimewaan cara melarutkan berbagai persenyawaan Natrium Bicarbonat Melarutkan dengan jalan levigatio  zat digerus dalam mortir, tambah sebagian air, tunggu sebentar, bagian yang jernih masuk botol. Endapan yang masih tertinggal dalam mortir tambah air lagi, aduk, tunggu sebentar, bagian yang jernih masuk botol. Demikian seterusnya sampai semua larut. Larutan Na-bicarbonat tidak boleh dikocok sebab akan terurai menjadi H2O dan CO2 tidak dikehendaki.

Keistimewaan cara melarutkan berbagai persenyawaan Camphora Kelarutan camfer dalam air adalah 1 : 700 (FI ed III). Cara melarutkan : Langsung digojok dengan air panas dalam botol tertutup. Cara ini sering memberikan hasil yang kurang baik karena hablur-hablur keceil dari camfer yang halus tidak dapat larut. Camfer yang sudah dihaluskan dimasukkan dalam botol kering, dilarutkan dengan spiritus fortior yang beratnya 2x camfer + air panas dan digojok ad larut. Pada permulaannya akan terjadi camfer yang memisah, akan tetapi terjadi dalam keadaan yg sangat halus sehingga penggojokan lebih lanjut, camfer akan larut dengan mudah. Cara ini memberi hasil yang lebih baik sehingga sering dgunakan

Keistimewaan cara melarutkan berbagai persenyawaan Ekstrak kering Ekstrak aloes, extr Rhamni, Fraqulae, extr opii dan extr Ratantuas Dilarutkan dgn menaburkan ekstraknya di atas air (sama banyak) dan adonan dibiarkan 15 menit dengan penggilasan larutan yang jernih.

Keistimewaan cara melarutkan berbagai persenyawaan Succus Liquiritae Dijumpai dalam Formula OBH atau potio nigra contratusim. Cara melarutkan : dilarutkan dgn air panas secukupnya baru digerus dan diencerkan dengan air.

Keistimewaan cara melarutkan berbagai persenyawaan Pepsin Sukar larut dalam air, larut dalam HCl dilutus, tetapi kalau langsung dilarutkan dgn asam, Pepsin akan rusak. Cara melarutkan : Pepsin + air 10xnya + HCl dil dan diencerkan dengan air. Larutan ini tidak boleh disimpan sbg persediaan

Keistimewaan cara melarutkan berbagai persenyawaan Nipagin & nipasol Sebagai pengawet digunakan 0,1% - 0,2% Nipagin digunakan untuk larutan dalam air. Nipasol digunakan untuk larutan dalam minyak (emulsi) Kelarutan Nipagin 1 : 500 dilarutkan dengan air panas dan digojok dalam botol. Nipasol dilarutkan dengan sedikit etanol baru dimasukkan dalam sediaan yang diawetkan

NETRALISASI & SATURASI

Netralisasi & Saturasi Netralisasi adalah larutan garam yg dibuat dgn mereaksikan asam dan basa (Carbobat/bicarbonat), gas CO2 yg tjd dibiarkan menguap sampai habis. Saturasi adalah larutam garam yang dibuat dgn mereaksikan asan & basa (carbonat/bicarbonat) gas CO2 yang terjadi memang dikehendaki jadi larutan jenuh terhadap CO2 Gas CO2 disini berfungsi sebagai penyegar & supaya obat cepat terabsorbsi Pada pembuatan saturasi baik asam/basanya harus dalam keadaan terlarut baru dicampur. Contoh : Potio effervescent sec pH V R/ Acid citric 5 Aqua 50 Spiritus Citri 5 Sirupus simplex 25 Natrii Bicarbonat 6 Aqua 110 Bagian asam Bagian basa

Pembuatan Melarutkan Bic Natric secara levigatio dengan Aquadest 110 masuk botol. Bagian asamnya larutkan dalam beakker glass dengan Aqua 50 2/3 dari bagian asamnya dimasukkan botol yang telah terisi bahannya pelan-pelan melalui dinding botol. Tunggu sebentar sampai reaksi reda. Sisa asam 1/3 nya dimasukkan dalam botol sekaligus dan cepat-cepat ditutup. Tutupnya harus rapat dan kuat dinamakan sampagne knop/ simpul sampagne. Guna sirup simplex disini selain sebagai pemanis juga menaikkan BJ bagian asam. Karena BJ asam lebih besar daripada BJ Basa maka bagian asam dimasukkan ke bagian basa, tidak boleh terbalik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan potio effervescent Pembagian airnya 70% untuk bagian basa dan 30% untuk bagian asam. Bagian asam dimasukkan ke bagian basa Setelah asam dan basanya campur, tidak boleh ada penambahan bahan lain yang dapat menyebabkan hilangnya CO2. Didalam potio effervescent tidak boleh ada endapan. Bila ada bahan yang sukar larut maka dibuat serbuk dulu secara terpisaj. Banyaknya serbuk/ bungkusan disesuaikan dengan berapa kali obat habis diminum. Pada etiket tidak boleh ada tulisan kocok dulu meskipun ada bahan minyak menguap. Botol yang dipakai harus botol yang kuat, berbentuk silindris dan volume botolnya lebih besar 30% dari volume cairannya. Pada potio effervescent biasanya pemakaian dengan haustus/ bagian karena kalau dengan sendokan botol sering dibuka, gas CO2 akan hilang. Penambahan bahan obat misal : garam-garam alkaloid, tinctura, syrup dimasukkan dalam bagian asam. Garam alkaloid kalau dimasukkan bag basa akan timbul endapan, dalam saturasi tidak boleh ada endapan

Tabel Saturasi & Netralisasi sec PH-V Utk 10 bag : As. Asetat dil As. Sitrat As. Salicyl As. Tartaric Ammonia 58,8 4,1 8,1 4,41 Kalii Carbonat 144,7 10,1 20,0 10,9 Natrii Carbonat 69,9 4,9 9,7 5,2 NaHCO3 119 8,3 16,4 8,9

Tabel Saturasi & Netralisasi sec PH-V Utk 10 bag : Amonia KCO3 Na2CO3 NaHCO3 As. Asetat dil 1,7 0,7 1,43 0,84 As. Sitrat 24,0 9,9 20,4 12,0 As. Salisilat 12,3 5,0 10,4 6,1 AS. Tartaric 22,7 9,2 19,1 11,2

GUTTAE/ DROP

PENDAHULUAN Guttae adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspensi dimaksudkan untuk obat dalam/ luar dengan cara meneteskan menggunakan penetes baku menurut FI Sediaan Guttae dapat berupa : Guttae Guttae oris Guttae auricularis Guttae Nasales Guttae Opthalmicae

Guttae Jika disebutkan guttae tanpa penjelasan lebih lanjut, maka yang dimaksud adalah tetes obat dalam. Bisa diteteskan dalam makanan/ minuman atau diteteskan langsung. Biasanya digunakan untuk anak-anak.

Guttae oris Obat tetes yang digunakan untuk kumur-kumur. Sebelum digunakan biasanya diencerkan dulu dengan air dan tidak ditelan. Biasanya digunakan untuk obat sariawan

INFUSA

PENDAHULUAN Infusa adalah sediaan cari yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit. Jumlah bahan dasar yang digunakan, jika tidak dinyatakan lain adalah 10% dari jumlah infusa dengan catatan bahan itu bukan bahan obat yang berkhasiat keras. Apabila suatu infusa dari bahan yang berkhasiat keras tidak diberikan jumlahnya maka dianggap tidak lengkap dan harus dimintai keterangan lebih lanjut dari dokter penulis resep. Untuk menghitung dosis maximalnya hendaknya dihitung bahwa semua zat yang bekerja berpindah semua ke dalam rebusannya.

Perkecualian untuk beberapa bahan dasar sec FI Radix Ipecacuanhae 0,5% Folia Digitalis 0,5% Herba Adonidis vernalis 0,5% Folia Orthosiphonis 0,5% Carrageen 1,5% Secale cornutum 3% Semen Lini 3% Flores Arnicae 4% Folia Sennae 4% Radix Senegae 4% Cortex Chinae 6%

Derajat halus simplisia Simplisia wajib dipotong seseuai derajat halusnya sebelum dibuat infusa FI menyebutkan derajat halus dari beberapa simplisia

Derajat halus 5/8 Akar manis Daun Kumis Kucing Daun sirih Daun Sena

Derajat halus 8/10 Dringo Kelembak

Derajat halus 10/22 Laos Akar Valerian Temu Lawak Jahe

Derajat halus 85/120 Daun Digitalis

Derajat halus 22/60 Kulit kina Akar Ipekak Secale Cornutum

Jumlah Air yang digunakan Bahan dasar umumnya simplisia kering, maka untuk mengganti air yang diserap ditambahkan air ekstra 2 kali simplisia kering. Untuk bahan dasar yang masih segar tidak perlu ditambah air ekstra Perkecualian ! Pada Flores chamomilae vulgaris = Flores Tiliae dan Semen Lini dipakai air ekstra 4X Pada Carageen dipakai air ekstra 15x Pada Pulpa tamaridorum cruda dipakai air ekstra sama banyak

Pemanasan Waktu yang diperlukan dihitung mulai isi dalam panci infus bersuhu 90 derajat celcius selama 15 menit. Menentukan suhunya dengan termometer Apabila tidak ada termometer : Jika w.b mendidih, kita letakkan panci rebusnya, kita hitung 10 menit untuk memanaskan, setelah itu kita hitung 15 menit untuk diambil sarinya. Hal tsb hanya boleh dilakukan bila selama pemanasan kita sering mengaduknya. Paling sedikit 4x mengaduk

Pengkoliran Pada umumnya disaring panas dengan kain flanel kecuali : Pada bahan yang mengandung minyak penguap disaring dingin. Pada Folia Senae mengandung suatu zat yang dapat menimbulkan sakit perut, yang larut dalam air panas tetapi tidak larut dalam air dingin Pada conduranga Cortex disaring sewaktu dingin karena glikosidanya daya larutnya akan turun dengan kenaikan temperatur.

Pembuatan Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air secukupnya, panaskan diatas wb selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90 derajat celcius. Sambil seskali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.

Catatan: Infus daun sena, infus asam jawa dan infus simplisia lain yang mengandung lendir tidak boleh diperas. Asam jawa sebelum dibuat infus dibuang bijinya dan diremas dengan air ad masa spt bubur. Pada pembuatan infus kulit kina ditambhkan asam sitrat 10% dari bobot simplisia untuk mempermudah pengambilan sari. Pada pembuatan infus yang mengandung glikosida antrakinon, ditambahkan Natrium Carbonat 10% dari bobot simplisia untuk mempermudah pengambilan sari.

Colutorium Obat Cuci Mulut

Pengertian Lar pekat dalam air mengandung deodorant, antiseptik, lokal anastesi atau adstringent yang digunakan untuk cuci mulut. Untuk menghilangkan sisa2 makanan di sela gigi, sebaiknya dipakai larutan bereaksi basa/alkalis karena dapat mempunyai kekuatan membuang mukus dan saliva

Lar yang terlampau alkalis akan merusak selaput lendir pada mulut & kerongkongan, begitu pula kalau terlalu asam akan berpengaruh pada gigi. Umumnya dipakai pH 7 – 9,5 Disimpan pada botol putih bermulut kecil

Penandaan Pada etiket obat cuci mulut harus tertera: Cara pengenceran, jika collutorium harus diencerkan sebelum digunakan Tanda yang jelas :”untuk obat cuci mulut, tidak boleh ditelan.”

GARGARISMA Obat Kumur

Pengertian Sediaan berupa larutan umumnya pekat yang harus diencerkan dulu sebelum digunakan dimaksudkan untuk pencegahan / pengobatan infeksi tenggorokan. Tujuan utama penggunaan obat kumur adalah agar obat yang terkandung dlmnya dapat langsung terkena selaput lendir sepanjang tenggorokan karena itu obat berupa minyak perlu zat pensuspensi dan obat yang mengandung lendir tidak sesuai untuk obat kumur. Disimpan pada botol putih/ wadah lain yang cocok.

Etiket Petunjuk pengenceran sebelum digunakan Hanya untuk kumur/ jangan ditelan

Suspensi

Definisi Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.(Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hlm 18) Suspensi Oral : sediaaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral.

Definisi USP XXVII, 2004, hal 2587  Suspensi oral  : sediaan cair  yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok yang dimaksudkan untuk pemberian oral. Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit.  Suspensi otic   : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro dengan maksud ditanamkan  di luar telinga.

Definisi Fornas Edisi 2 Th. 1978 hal 333 Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan.  Yang pertama berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.

Keuntungan dan Kekurangan Sediaan (RPS ed. 18, vol 3, 1538-1539) Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-anak. Homogenitas tinggi Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat). Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya) Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air

Keuntungan dan Kekurangan Sediaan (RPS ed. 18, vol 3, 1538-1539) Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-anak. Homogenitas tinggi Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat). Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya) Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air

Keuntungan dan Kekurangan Sediaan (RPS ed. 18, vol 3, 1538-1539) Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, degradasi, dll) Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun. Alirannya menyebabkan sukar dituang Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang

Macam-macam Suspensi Berdasarkan Penggunaan (FI IV, 1995, hal 18) 1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. 2. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit. 3. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar. 4. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.

Berdasarkan Istilah 1. Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk pemakaian oral.  (contoh : Susu Magnesia) 2. Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat reologi tiksotropik (contoh : Magma Bentonit). 3. Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada kulit (contoh : Lotio Kalamin)

Berdasarkan Sifat (Diktat kuliah Likuida dan Semisolida, hal 102-104) 1. Suspensi Deflokulasi - Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat. - Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing partikel menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap. - Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi partikel yang halus sangat lambat. - Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat. - Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena terbentuk masa yang kompak. - Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paronya.

- Flokulasi dapat dikendalikan dengan : 2.  Suspensi Flokulasi - Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif besar. - Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam. - Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi. - Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi. - Flokulasi dapat dikendalikan dengan : a.     Kombinasi ukuran partikel b.    Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta. c.     Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partikel dalam suspensi.

Syarat Suspensi FI IV, 1995, hal 18 1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal 2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat antimikroba. 3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan 4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.

Penggunaan Suspensi dalam Farmasi 1. Beberapa orang terutama anak-anak sukar menelan obat yang berbentuk tablet / zat padat.  Oleh karena itu diusahakan dalam bentuk larutan.  Kalau zat berkhasiat tidak larut dalam air, maka bentuk suspensi-dimana zat aktif tidak larut-terdispersi dalam medium cair merupakan suatu alternatif

Penggunaan Suspensi dalam Farmasi 2. Mengurangi proses penguraian zat aktif didalam air.  Untuk zat yang sangat mudah terurai dalam air, dibuat bentuk yang tidak larut.  Dengan demikian, penguraian dapat dicegah.  Contoh  :  untuk menstabilkan Oxytetrasiklin HCl di dalam sediaan cair, dipakai dipakai garam Ca karena sifat Oxytetrasiklin yang mudah sekali terhidrolisis di dalam air.

Penggunaan Suspensi dalam Farmasi 3. Kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat dipersingkat dengan mengencerkan zat padat medium dispersi pada saat akan digunakan.  Contoh : Ampisilin dikemas dalam bentuk granul, kemudian pada saat akan dipakai disuspensikan dahulu dalam medim pendispersi.  Dengan demikian  maka stabilitas ampisilin untuk 7 hari pada temperatur kamar masih dapat dipenuhi.

Penggunaan Suspensi dalam Farmasi 4. Apabila zat aktif sangat tidak stabil dalam air, maka digunakan medium non-air sebagai medium pendispersi.  Contoh  :  Injeksi Penisilin dalam minyak dan Phenoxy penisilin dalam minyak kelapa untuk oral.

Penggunaan Suspensi dalam Farmasi 5. Sediaan suspensi yang terdiri dari partikel halus yang terdispersi dapat menaikkan luas permukaan di dalam saluran pencernaan, sehingga dapat mengabsorpsi toksin-toksin atau menetralkan asam yang diproduksi oleh lambung.  Contoh Kaolin, Mg-Karbonat, Mg-Trisilikat. (antasida/Clays)

Penggunaan Suspensi dalam Farmasi 6. Sifat adsorpsi daripada serbuk halus yang terdispersi dapat digunakan untuk sediaan yang berbentuk inhalasi.  Zat yang mudah menguap seperti mentol, Ol. Eucaliptus, ditahan dengan menambah Mg-Karbonat yang dapat mengadsorpsi tersebut.

Penggunaan Suspensi dalam Farmasi 7. Dapat menutup rasa zat berkhasiat yang tidak enak atau pahit dengan lebih baik dibandingkan dalam bentuk larutan. Untuk suspensi Kloramfenikol dipakai Kloramfenikol Palmitas yang rasanya tidak pahit. 8. Suspensi BaSO4 untuk kontras dalam pemeriksaan X-Ray. 9. Suspensi untuk sediaan bentuk aerosol.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi (Lachman Practice, 479-491) 1.Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes) Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka : a. Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat menggunakan sorbitol atau sukrosa. BJ medium meningkat. b. Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender / koloid mill c. Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi (Lachman Practice, 479-491) 2.Pembasahan serbuk Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan, misal : span dan tween. 3. Floatasi (terapung), disebabkan oleh : a. Perbedaan densitas b. Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan c. Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan humektan. Humektan ialah zat yang digunakan untuk membasahi zat padat. Mekanisme humektan : mengganti lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi. Contoh : gliserin, propilenglikol

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi (Lachman Practice, 479-491) 4.Pertumbuhan kristal Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh. Bila terjadi perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal. Ini dapat dihalangi dengan penambahan surfaktan. Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan kristal. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kristalisasi (Disperse system, Vol. I, 158) -gunakan partikel dengan range ukuran yang sempit -pilih bentuk kristal obat yang stabil -cegah penggunaan alat yang membutuhkan energi besar untuk pengecilan ukuran partikel

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi (Lachman Practice, 479-491) - gunakan pembasah - gunakan colloidal pelindung seperti gelatin, gums, dan lain-lain yang akan membentuk lapisan pelindung pada partikel -viskositas ditingkatkan -cegah perubahan suhu yang ekstrim Hal-hal yang memicu terbentuknya kristal (Disperse system, Vol. I, 158) - keadaan super jenuh - pendinginan yang ekstrim dan pengadukan yang cepat - sifat aliran pelarut yang dapat mengkristalkan zat aktif, dalam ukuran dan bentuk yang bervariasi - keberadaan cosolutes, cosolvent, dan absorbent - kondisi saat proses pembuatan.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi (Lachman Practice, 479-491) 5. Pengaruh gula (sukrosa) a. Suspending agent dengan larutan gula : viskositas akan naik b. Adanya batas konsentrasi gula dalam campuran dengan suspending agent. Bila batas ini dilalui polimer akan menurun. c. Konsentrasi gula yang besar juga dapat menyebabkan kristalisasi yang cepat d. Gula cair 25 % mudah ditumbuhi bakteri, perlu pengawet. (tidak lebih dari 30 %; hati-hati cap locking) e. Hati-hati jika ada alkohol dalam suspensi

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi (Lachman Practice, 479-491) 6. Metode dispersi : Deflokulasi dan Flokulasi

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi (Lachman Practice, 479-491) 7. Pengaruh alat-alat pendispersi, menyebabkan : a. Variasi pada ukuran partikel berhubungan dengan RPM Shearing Force b. Variasi pada sifat-sifat suspensi c. Variasi pada viskositas pembawa, berhubungan dengan hidratasi suspending agen.

EMULSI

Definisi Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri9 dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. (Ansel, Howard. 2005. Halaman 376 ) Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil. (FI IV. Halaman 6 )

Definisi Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. (FI III. Halaman 9 ) Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain ( sistem dispersi, formulasi suspensi dan emulsi Halaman 56 )

Kesimpulan definisi Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok.

Macam-macam emulsi Oral Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna. Topikal Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan tujuan menghasilkan efek lokal.

Macam-macam emulsi Injeksi Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.Contoh : Vit. A diserap cepat melalui jaringan, bila diinjeksi dalam bentuk emulsi. (Syamsuni, A. 2006)

Tipe-tipe emulsi Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase eksternal. Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase eksternal. (Syamsuni, A. 2006)

Emulsi yang tidak memenuhi persyaratan Creaming : terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu nagian mengandung fase dispersi lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya jika dikocok perlahan akan terdispersi kembali. Koalesensi dan cacking (breaking) : pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butiran minyak berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi ini bersifat irreversible. Hal ini terjadi karena : a.    Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH b.    Peristiwa fisika : pemanasan, pendinginan, penyaringan c.    Peristiwa biologi : fermentasi bakteri, jamur, ragi

Emulsi yang tidak memenuhi persyaratan Inversi fase peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba atau sebaliknya sifatnya irreversible.

Komponen emulsi A. Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri atas : a. Fase dispersi : zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lainnya. b.  Fase pendispersi : zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar ( bahan pendukung ) emulsi tersebut. Emulgator : bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. B. Komponen Tambahan yaitu bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya : pewarna, pengaroma, perasa, dan pengawet

Contoh emulgator : Gom Arab : Cara Pembuatan air 1,5 kali bobot GOM Tragacanth : Cara Pembuatan air 20 kali bobot tragacanth Agar-agar : Cara Pembuatan 1-2% agar-agar yang digunakan Condrus : Cara Pembuatan 1-2% condrus yang digunakan CMC-Na : Cara Pembuatan 1-2% cmc-na yang dihunakan

Emulgator alam Kuning telur : Cara Pembuatan emulsi dengan kuning telur dalam mortir luas dan digerus dnegan stemper kuat-kuat, setelah itu dimasukkan minyaknya sedikit demi sedikit, lalu diencerkan dengan air dan disaring dengan kasa. Adeps lanae

Emulgator mineral Magnesium Aluminuin Silikat ( Veegum ) : Cara Pembuatan diapaki 1% Bentonit : Cara Pembuatan 5% bentonit yang digunakan Emulgator buatan/sintesis Tween : Ester dari sorbitan dengan asam lemak disamping mengandung ikatan eter dengan oksi etilen

macam-macam jenis tween : a. Tween 20 : Polioksi etilen sorbitan monolaurat, cairan seperti minyak. b. Tween 40 : Polioksi etilen sorbitan monopalmitat, cairan seperti minyak. c. Tween 60 : Polioksi etilen sorbitan monostearat, semi padat seperti minyak. d. Tween 80 : Polioksi etilen sorbitan monooleat, cairan seperti minyak.

Span : Ester dari sorbitan dengan asam lemak. Berikut jenis span : a Span : Ester dari sorbitan dengan asam lemak. Berikut jenis span : a. Span 20 : Sorbitan monobiurat, cairan b. Span 40 : Sorbitan monopulmitat, padat seperti malam c. Span 60 : Sorbitan monooleat, cair seperti minyak

Metode Pembuatan Emulsi Metode GOM kering 4:2:1 ~ GOM dicampur minyak sampai homogen ~ Setelah homogen ditambahkan 2 bagian air, campur sampai homogen

Metode Pembuatan Emulsi Metode GOM basah ~ GOM dicampur dengan air sebagian ~ Ditambahkan minyak secara perlahan, sisa air ditambahkan lagi

Metode Pembuatan Emulsi Metode botol ~ GOM dimasukkan ke dalam botol + air, dikocok ~ Sedikit demi sedikit minyak ditambahkan sambil terus dikocok. (Ansel, Howard. 2005)

Stabilitas Emulsi Jika didiamkan tidak membentuk agregat Jika memisah antara minyak dan air jika dikocok akan membentuk emulsi lagi Jika terbentuka gregat, jika dikocok akan homogen kembali.

Evaluasi Sediaan Emulsi Organoleptis : Meliputi pewarnaan, bau, rasa dan dari seeiaan emulsi pada penyimpanan pada suhu endah 5oC dan tinggi 35oC pada penyimpanan masing-masing 12 jam.

Evaluasi Sediaan Emulsi Volume Terpindahkan (FI IV. Halaman 1089) Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan selanjutnya ikuti prosedur untuk bentuk sediaan tersebut. Kocok isi dari 10 wadah satu persatu.

Evaluasi Sediaan Emulsi Penentuan viskositaas : Dilakukan terhadap emulsi, pengukuran viskositas dilakukan dengna viskometer brookfield pada 50 putaran permenit (Rpm). Daya hantar listrik : Emulsi yang sudah dibuat dimasukkan dalam gelas piala kemudian dihubungkan dengan rangkaian arus listrik. Jika mampu menyala maka emulsi tipe minyak dalam air. Jika sistem tidak menghantarkan listrik maka emulsi tipe air dalam minyak.

Evaluasi Sediaan Emulsi Metode pengenceran : Emulsi yang sudah dibuat dimasukkan dalam gelas piala kemudian diencerkan dengan air. JIka dapat diencerkan maka emulsi tipe minyak dalam air dan sebaliknya. Metode percobaan cincin: Jika satu tetes emulsi yang diuji diteteskan pada kertas saring maka emulsi minyak dalam air dalam waktu singkat membentuk cincin air disekeliling tetesan.

Evaluasi Sediaan Emulsi Metode warna : Beberapa tetes larutan bahan pewarna lain ( metilen ) dicampurkan ke dalam contoh emulsi. Jika selurih emulsi berwarna seragam maka emulsi yang diuji berjenis minyak dalam air, oleh karena air adalah fase luar. Sampel yang diuji bahan warna larut sudan III dalam minyak pewarna homogen pada sampel berarti sampel tipe air dalam minyak karena pewarna pelarut lipoid mampu mewarnai fase luar.

TERIMA KASIH... Selamat belajar dan mendalami berbagai area kompetensi yang sudah disampaikan