Sesi 6_Variabel Kategorik_Perhitungan Besar Sampel untuk Uji Hipotesis Beda Dua Proporsi
Capaian Mahasiswa memahami tentang perhitungan besar sampel untuk uji hipotesis beda dua proporsi
Tujuan Menjelaskan tentang perhitungan besar sampel untuk uji hipotesis beda dua proporsi
Terminologi pada Perhitungan Besar Sampel Untuk Uji Hipotesis P1 = Estimasi proporsi pada kelp.1 P2 = Estimasi proporsi pada kelp.2 CI = Confidence Interval (1-alpha) Power = Kekuatan Uji (1-beta)
Perhitungan Besar Sampel utk Uji Hipotesis
Besar sampel uji hipotesis beda proporsi 2 kelompok P1 dan P2 bergantung pada desain (didapat dari hasil penelitian terdahulu) n =Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok P-hat = (P1+P2)/2 P1-P2 = beda minimal yang dianggap bermakna secara substansi
Contoh P1 dan P2 “Hubungan antara anemia dengan BBLR” Desain kohort/cross sectional P1: Proposi BBLR pada ibu anemia P2: Proposi BBLR pada ibu tidak anemia Desain kasus-kontrol P1: Proporsi ibu anemia pada BBLR P2: Proporsi ibu anemia pada non BBLR Kesalahan penetapan P1 dan P2 sering terjadi pada desain kasus-kontrol
Nilai Kekuatan Uji Nomor Kekuatan Uji Z1-ß 1 99% 2,33 2 95% 1,64 3 90% 1,28 4 80% 0,84
Contoh Soal Suatu penelitian pendahuluan memperlihatkan bahwa kadar glukosa darah mungkin merupakan faktor prognostik pada pasien dengan trauma kepala berat. Pada penelitian tersebut, dari 20 pasien trauma kepala berat dengan kadar glukosa darah tinggi, 12 orang meninggal dalam 7 hari perawatan. Sedangkan pada 20 pasien trauma kepala berat dengan kadar glukosa darah rendah, 6 orang meninggal dalam 7 hari perawatan. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan proporsi kematian pasien antara kadar glukosa darah tinggi dengan pasien dengan kadar glukosa darah rendah. Berapakah besar sampel yang dibutuhkan jika peneliti menginginkan derajat kemaknaan 5% dan kekuatan uji 80%?
Jawab: Pada penelitian pendahuluan, proporsi pasien yang meninggal dengan kadar glukosa darah tinggi = 12/20 = 60% = P1 Sedangkan pada pasien dengan kadar glukosa rendah adalah 6/20 = 30% = P2 Proporsi Rata-rata = (P1 + P2)/2 = (60% + 30%)/2 = 45%
Jawab (lanjutan): Derajat kemaknaan 5% Z1-alpha/2 = 1,96 Kekuatan Uji = 80% Z1-Betha = 0,84 Uji dua arah/sisi Maka rumus yang digunakan adalah
Jawab (lanjutan) n = 1,96 √ 2*0,45 (1 – 0,45) + 0,84 √0,60 ( 1 – 0,60) + 0,30 (1 – 0,30)2 (0,60 – 0,30)2 n = 41,97 Jadi, untuk membuktikan bahwa proporsi kematian pasien trauma kepada berat dengan kadar glukosa darah tinggi berbeda dengan proporsi kematian pada trauma kepada berat dengan kadar glukosa rendah diperlukan 42 pasien kelompok kadar glukosa tinggi dan 42 pasien kelompok kadar glukosa rendah dengan metode pengambilan sampel SRS
Perbedaan bermakna secara Statistik vs. bermakna secara Substansi Tidak ada hubungan minum teh dengan PJK Namun, jika sampelnya ditingkatkan 20 kali lipat, ada hubungan bermakna Peneliti perlu mempertimbangkan apakah perbedaan kejadian penyakit jantung koroner sebesar 2% memang bermakna dari segi ilmu kesehatan?
Masalah dalam Penentuan Besar Sampel Jika hipotesis tidak fokus, misalnya: Faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadian BBLR P1 dan P2 variabel yang mana ? Solusi: 1. Pilih faktor utama saja, faktor lain dianggap confounder 2. Hitung sampel untuk tiap faktor utama, kemudian ambil jumlah sampel terbesar Perbedaan P1 dan P2 harus berdasarkan perbedaan yang dianggap secara subtansi bermakna, bukan hanya dari penelitian terdahulu saja
Contoh: Penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR” Faktor utama yang ingin diuji: Anemia Merokok Hipertensi Status Ekonomi Maka perlu informasi tentang: Prop BBLR pada anemia dan pada non anemia Prop BBLR pada perokok dan pada non perokok Prop BBLR pada hipertensi dan pada non hipertensi Prop BBLR pada ibu miskin dan pada ibu non miskin Kemudian, Hitung besar sampel utk tiap variabel Sampel terbesar yang diambil
Terima Kasih