Kumpulan gejala dan tanda akibat kompresi saraf medianus saat melalui terowongan karpal CTS Nyeri Kesemutan Rasa tebal Atrofi Stress berulang Trauma fisik Kondisi lain
CTS Repetitive stress injuries Cumulative trauma disorder Overuse syndromes Penggunaan tangan berlebih: tekanan berulang gerakan memutar penggunaan alat bergetar Penyakit akibat kerja 50 – 90 % Kelebihan beban kerja Amerika Serikat penyakit akibat kerja terbanyak disabilitas dan kehilangan waktu kerja
Terapi CTS Non-operatif Operatif CTS ringan – sedang Gejala intermitten CTS berat Gejala terus menerus Splint Terapi latihan Terapi ultrasound Modifikasi aktifitas Medikamentosa
CTS adalah kumpulan gejala dan tanda DEFINISI CTS adalah kumpulan gejala dan tanda akibat kompresi saraf medianus saat melalui terowongan karpal dengan gejala berupa parestesia, rasa tebal, dan nyeri pada daerah yang dipersarafi saraf medianus. EPIDEMIOLOGI Insidens 3.7% dari populasi umum. Pria : Wanita 1 : 3-5 Rentang usia 40 – 60 tahun 50% bilateral, bila unilateral yang terkena adalah sisi dominan
Anatomi
Anatomi
Kompresi saraf medianus Patofisiologi Kompresi saraf medianus Volume Saraf medianus > Areal Tenosinovitis Gerakan fleksi – ekstensi Berulang Terus menerus
Patofisiologi Stadium I Stadium II Kompresi ringan Konstriksi kapiler Gangguan nutrisi Hipereksitabilitas saraf Sirkulasi vena terganggu Edema Kompresi Kompresi kapiler Anoksia Kerusakan endotel Kebocoran protein Akumulasi dalam endoneurial Metabolisme & nutrisi aksonal terhambat Lesi saraf irreversibel
Etiologi Trauma berulang Vibrasi Masif Imobilisasi pergelangan tangan pada deviasi ulnar post fraktur Kelainan pada terowongan osteofit, lipoma Kondisi neuropatik lainnya DM, artritis rematoid Gangguan balance cairan kehamilan, mixedema
Gejala dan tanda Gejala klasik Gejala lanjut Nyeri Kesemutan Menggelanyar Kekuatan genggam berkurang Gerakan terampil menurun Otot tangan mengecil Berkurang Bertambah Dikibaskan Digosok Diangkat Dicelup ke air hangat Gerakan pergelangan tangan berulang Menggenggam lama
Hipoestesia (70%) Hiperestesia Defisit sensorik Pemeriksaan Fisik Sensorik Motorik Provokasi Flick Sign Tourniquet Test Kelemahan APB Hipoestesia (70%) Hiperestesia Defisit sensorik Tinel’s Sign Atrofi otot thenar Phalen’s Test
Pemeriksaan Penunjang Elektrodiagnostik Standard Diagnostik CTS Akurat 85-90% False negative 10-15% Tujuan: Melihat gambaran distal latency saraf medianus Menyingkirkan kondisi kelainan perifer lain High median neuropathy, radikulopati C6-7, lesi pleksus brakialis, polineuropati Menilai derajat beratnya CTS dan menentukan terapi Menilai outcome setelah intervensi
Elektrodiagnostik alur pemeriksaan Gejala dan tanda CTS Standard test Positif Negatif Internal Comparison Study Extreme CTS Sensorik (-) Motorik (-) Severe CTS Sensorik (-) Motorik abN Moderate CTS Sensorik abN Motorik abN Mild CTS Sensorik abN Motorik N Positif Negatif Comparison Study Needle EMG Very mild CTS No CTS Needle EMG
Klasifikasi CTS berdasarkan pemeriksaan elektrodiagnostik Derajat Klasifikasi Hasil Pemeriksaan Elektrodiagnostik 1 Sangat ringan (very mild CTS) Standard test normal Comparative test abnormal 2 Ringan (mild CTS) Sensorik abnormal Motorik normal 3 Sedang (moderate CTS) Sensorik dan motorik abnormal 4 Berat (severe CTS) Respon sensorik tidak ada Distal latensi motorik abnormal 5 Sangat berat (extreme CTS) Tidak ada respon sensorik dan motorik
DIAGNOSIS Kriteria Diagnosis CTS akibat kerja oleh The National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH): Memenuhi kriteria A,B dan C Subyektif: parestesia, hipoestesia, nyeri atau rasa tebal paling tidak sebagian dari distribusi saraf medianus. Obyektif: ditemukan satu atau lebih hasil pemeriksaan Tinel’s sign, Phalen’s test, penurunan sensasi pada daerah sesuai distribusi saraf medianus. ATAU: elektrodiagnosis disfungsi saraf medianus Adanya bukti hubungan gejala dengan pekerjaan, satu atau lebih penyebab berupa: pekerjaan tangan sering atau berulang, dengan pengerahan tenaga, penggunaan peralatan bergetar, tekanan pada pergelangan.
Klasifikasi oleh Rosenbaum dan Ochoa, 1993. Derajad Gejala PF Elektrodiagnostik Terapi Asimtomatik (-) Normal Mungkin abN 1 Simtomatik Intermiten (+) Defisit neurologis (-) Provokasi (+) Konservatif 2 Persisten Terus Menerus Defisit neurologis (+) Sensorik dan Motorik ab N Konservatif atau operatif 3 Berat menerus Atrofi (+) EMG: fibrilasi Operatif
KERANGKA TEORI Trauma Occupatiional trauma Endokrin: DM Hipotiroid Akromegali Menopause HT RA Inflamasi Tumor Herediter Infeksi Tenosinovittis nonspesifik Repetitive stress injury Degeneratif Kehamilan Anomali Struktur Amyloidosis Lain-lain: Tophi gour Sarcoidosis Paget Hemofilia Edema Iskemia saraf Tenosinovitis Edema Volume terowongan karpal meningkat Kompresi saraf medianus dalam terowongan karpal Manifestasi Klinis
KERANGKA TEORI Manifestasi Klinis Sangat ringan Ringan Sedang Berat Sangat berat Gejala Subyektif Parestesia Nyeri - +/- + PF Tinel Phalen EMG Sensorik Motorik Mungkin abN abN N Respon (-) Non-operatif Operatif Edukasi Medikamentosa Splinting Modifikasi kerja Terapi Fisik: Exercise Terapi ultrasound Terapi laser Volume terowongan karpal kembali ke arah volume semula Kompresi saraf medianus dalam terowongan karpal berkurang Manifestasi klinis membaik
Transeksi lig transversum TERAPI Tujuan: - Bebas dari gejala - Pemeliharaan fungsi tangan Non operatif/konservatif Gejala < 1 th Kelemahan (-), Atrofi (-) Latensi distal 1 mdet nEMG: denervasi (-) Operatif Gejala terus menerus Gangguan sensorik berat Kelemahan (+) Modifikasi aktivitas Splinting Exercises Medikamentosa Terapi Ultrasound Transeksi lig transversum
TERAPI ULTRASOUND Karakteristik: Frekuensi: 1 atau 3 MHz Frekuensi rendah penetrasi semakin dalam (1MHz 3-5 cm) Frekuensi tinggi penetrasi lebih superfisial (3MHz 1-2 cm) Intensitas: 0.25-3.0 W/cm2 Semakin besar intensitas makin besar kenaikan temperatur Attenuation: penyebaran dan penyerapan Penyerapan lebih rendah kandungan air tinggi Penyerapan lebih tinggi protein tinggi Bentuk gelombang: continuous dan pulsed Continuous efek thermal Pulsed efek non-thermal
TERAPI ULTRASOUND Efek fisiologis Efek Non-thermal Efek Thermal ekstensibilitas jaringan spasme / joint stiffness modulasi ambang nyeri aliran darah perubahan kecepatan hantar saraf respons antiinflamasi ringan stimulasi histamin pelepasan serotonin pelepasan growth factor stimulasi fibroblas kandungan kolagen ambang nyeri
Intensitas 0.5-3.0 W/cm2, continuous Eksitasi saraf perifer TERAPI ULTRASOUND Intensitas 0.5-3.0 W/cm2, continuous Eksitasi saraf perifer Currier DP Kramer JF 1985 Intensitas 1.5 W/cm2 frekuensi 1.0 MHz Continuous 5’ Latensi sensorik Konduksi Peningkatan NCV efek thermal > non-thermal
MODALITAS TERAPI Ultrasound diater MWD SWD Eletrial StiMulation Laser S.W.T Eerise Wrist Splint
TERIMA KASIH