Paragraf dan Pengembangan Paragraf Dalam buku Komposisi (Keraf, 1993: 62-66) dikatakan bahwa paragraf merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Paragraf merupakan kesatuan pikiran yang lebih tinggi dari atau lebih luas dari kalimat. Sebuah gagasan menjadi jelas oleh uraian- uraian tambahan yang akan menampilkan pokok pikiran secara lebih terarah.
Fungsi paragraf (Keraf, 1993: 63) ialah sebagai berikut. Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan sebuah tema dari tema yang lain. Oleh sebab itu, tiap alinea hanya boleh mengandung satu gagasan. Jika terdapat dua tema, paragraf itu harus dipecah menjadi dua paragraf terpisah. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal. Dengan demikian, pembaca berhenti agak luma sebelum berpindah paragraf. Dengan perhentian yang lebih lama, informasi yang tersaji dalam paragraf dengan mudah diserap pembaca.
Dalam karangan umumnya ada tiga jenis paragraf, yakni paragraf pembuka yang terletak di awal karangan atau bab, paragraf isi yang membangun badan karangan atau bab, dan paragraf penutup atau pengalih yang mengakhiri sebuah karangan bab. Sayangnya, di Indonesia masih banyak penulis yang tidak mengetahui atau tidak memahami fungsi paragraf. Pembagian paragraf atas paragraf pembuka, paragraf penghubung atau isi, dan paragraf penutup acapkali tidak diketahui oleh penulis. Oleh karena itu, masih sering ditemukan tulisan yang sukar dipahami karena pemisahan bagian-bagian atau pokok-pokoknya tidak jelas.
GAGASAN UTAMA PARAGRAF Dalam karya tulis, sebuah paragraf hendaknya memiliki sebuah gagasan utama. Gagasan utama tersebut dituang dalam sebuah kalimat topik. Setelah penetapan kalimat topik, barulah penulis mengembangkan paragraf itu dengan gagasan-gagasan bawahan yang akan menunjang atau menjelaskan kalimat topik tersebut. Gagasan bawahan tertampung dalam kalimat-kalimat penunjang. Paragraf akan ditutup oleh sebuah kalimat penutup atau kalimat pengalih (yang akan mengalihkan perhatian pembaca kepada paragraf selanjutnya). Panjang sebuah paragraf bervariasi, bergantung dari gagasan utama yang akan digarap dalam paragraf tersebut. Akan tetapi, minimal, dalam karya ilmiah, sebuah paragraf terdiri atas tiga kalimat. Kalimat-kalimat tersebut ialah (1) kalimat topik, (2) kalimat penunjang, dan (3) kalimat penutup atau pengalih.
Peran dari sebuah kalimat topik atau kalimat pokok acapkali tidak diketahui oleh penulis, padahal penempatan kalimat topik yang tepat dan pengembangan paragraf yang baik akan memudahkan pembaca membuat ringkasan. Jika perumusan kalimat topik tidak jelas, pengembangan paragraf pun tidak akan baik. Sebuah kalimat topik dapat diletakkan di awal paragraf, di akhir paragraf, di tengah paragraf, di awal dan akhir paragraf, atau di seluruh paragraf jika paragraf itu bersifat naratif.
Dalam karya ilmiah, dianjurkan agar sebuah kalimat topik diletakkan di awal paragraf. Bentuk ini dianjurkan dalam pengembangan paragraf yang bersifat deduktif. Cara lain dalam penulisan karya ilmiah ialah meletakkan kalimat topik pada akhir paragraf. Dalam hal ini, paragraf dikembangkan secara induktif. Gaya lain dalam penyusunan paragraf dalam karya ilmiah ialah menggabungkan pengembangan induktif dan deduktif, yaitu meletakkan kalimat topik di awal dan di akhir paragraf. Kepaduan dalam Paragraf Kepaduan sebuah paragraf dipertahankan oleh dua hal, yaitu masalah urutan isi dan masalah kebahasaan. Masalah urutan isi berkaitan dengan pengembangan karangan yang akan dibahas dalam subbab berikut. Masalah kebahasaan berkaitan dengan masalah penggunaan kata ganti, pengulangan kata yang dianggap penting atau kata kunci, dan penggunaan kata hubung.
Pengembangan Paragraf Paragraf dibangun oleh lebih dari satu kalimat. Pengembangan paragraf adalah perincian dan pengurutan pikiran yang terpadu yang diwujudkan melalui penataan kalimat-kalimat. Penggunaan kalimat topik yang tepat akan memudahkan pembaca membuat ringkasan dari sebuah karya tulis. Kalimat-kalimat penunjang akan mengembangkan gagasan yang terdapat dalam kalimat topik. Dalam ringkasan kalimat-kalimat penunjang ini dapat diabaikan. Oleh karena itu, ada tiga persoalan yang tercakup di dalamnya, yakni kemampuan menentukan dan meletakkan kalimat topik secara tepat; kemampuan memerinci secara maksimal gagasan utama paragraf ke dalam gagasan bawahan; dan kemampuan mengurutkan gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.
Ada sepuluh metode pengembangan paragraf yang sering ditemukan dalam berbagai karangan. Sudut Pandang. Untuk memperkaya sebuah uraian atau berita, kita dapat menguraikan hasil penyerapan pancaindera kita. Sudut pandang akan memerikan seseorang, sebuah ruang, suasana, sebuah benda, atau perasaan. Dengan demikian, kita dapat membangun suasana hati pembaca. Contoh. Sebuah gagasan bisa menjadi jelas jika diperkuat dengan beberapa contoh atau ilustrasi. Contoh itu dapat pula diuraikan dalam sebuah narasi atau deskripsi yang kuat, misalnya. Klimaks dan Antiklimaks. Paragraf diawali dengan gagasan bawahan yang tidak terlalu penting, diikuti oleh kalimat-kalimat yang berangsur-angsur meningkat kepentingannya. Paragraf diakhiri oleh kalimat yang paling tinggi tingkat kepentingannya. Secara logis, perkembangan paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan paragraf yang induktif. Sebaliknya, pengembangan paragraf yang antiklimaks dibangun oleh kalimat-kalimat yang berkurang kepentingannya. Paragraf ini akan diawali oleh kalimat yang paling tinggi tingkat kepentingannya, diikuti oleh kalimat-kalimat yang berangsur-angsur berkurang kepentingannya. Secara logis, pengembangan paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan deduktif.
Definisi Luas. Paragraf seperti ini biasanya menguraikan sebuah gagasan yang abstrak atau istilah yang menimbulkan kontroversi yang membutuhkan penjelasan. Jenis tulisan dalam paragraf seperti ini adalah eksposisi. Klasifikasi. Berbeda dari analisis atau uraian, pengembangan ini berusaha mengelompokkan berbagai hal yang dianggap memiliki kesamaan ke dalam satu kategori. Dengan demikian, hubungan di antara berbagai hal itu menjadi jelas. Paragraf dengan pengembangan klasifikasi ini juga merupakan jenis tulisan eksposisi. Perbandingan dan Pertentangan. Perbandingan dan pertentangan dapat digunakan secara bersamaan atau terpisah. Dalam perkembangan paragraf ini, unsur-unsur yang sama dari dua hal atau lebih diungkapkan dan diuraikan, diikuti dengan unsur- unsur yang membedakan dua hal atau lebih. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa perbandingan dan pertentangan itu dilakukan berdasarkan tolok ukur yang sama. Pengembangan paragraf itu merupakan sebuah cara agar pembaca sampai pada suatu penilaian yang relatif sama mengenai dua hal atau lebih. Jenis tulisan yang digunakan di sini adalah jenis tulisan eksposisi.
Analogi. Dalam pengembangan paragraf analogis, uraian didasarkan pada kesamaan dari dua hal atau lebih. Dua hal atau lebih dibandingkan secara sistematis untuk menemukan hal-hal yang sama. Hal dibandingkan dapat berasal dari kategori yang sama atau, bahkan, dari satu atau beberapa kelas yang berbeda. Jenis tulisan yang digunakan di sini adalah tulisan eksposisi. Sebab-Akibat. Dalam paragraf ini diuraikan hal-hal yang menyebabkan suatu peristiwa terjadi atau, sebaliknya, diuraikan dahulu sebuah akibat baru diikuti oleh penyebabnya. Jenis karangan yang digunakan di sini dapat berupa jenis narasi atau eksposisi. Proses. Pengembangan paragraf ini menguraikan proses bagaimana sesuatu terjadi atau terwujud. Jadi, dalam pengembangan ini ada urutan dari tindakan-tindakan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu; atau urutan suatu peristiwa. Pengembangan paragraf ini juga dapat diisi dengan kalimat-kalimat yang menguraikan sesuatu ke dalam unsur- unsur yang membangunnya agar pembaca dapat lebih mudah memahami hal itu. Jenis karangan yang digunakan dalam pengembangan paragraf ini adalah eksposisi.
Umum-Khusus dan Khusus-Umum Umum-Khusus dan Khusus-Umum. Kedua cara pengembangan paragraf ini merupakan cara yang paling umum digunakan. Dalam pengembangan Umum-Khusus, gagasan utama atau kalimat topik diletakkan di awal paragraf, diikuti oleh kalimat-kalimat yang mengalndung gagasan bawahan. Secara logis, pengembangan paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan deduktif. Dalam pengembangan Khusus-Umum, gagasan utama diletakkan di akhir paragraf dengan sebuah kalimat kesimpulan. Paragraf diawali oleh kalimat-kalimat yang mengandung gagasan bawahan. Secara logis, perkembangan paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan paragraf yang induktif. Dapat pula, dilakukan variasi dengan menggabungkan kedua jenis pengembangan paragraf ini ke dalam sebuah paragraf. Jadi, paragraf diawali dengan sebuah kalimat topik yang umum diikuti dengan kalimat- kalimat yang mengandung gagasan bawahan. Kemudian, paragraf diakhiri dengan sebuah kalimat topik lagi yang bersifat menyimpulkan. Dengan demikian, secara logis, paragraf dikembangkan secara deduktif-induktif.
Panjang Paragraf Rangka atau struktur sebauah paragraf terdiri atas sebuah kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Dengan kata lain, apabila dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari sebuah kalimat topik, paragraf itu tidak termasuk paragraf yang baik. Kalimat topik adalah kalimat yang berisi topik yang dibicarakan pengarang. Pengarang meletakkan inti maksud pembicaraannya pada kalimat topik Karena topik paragraf adalah pikiran utama dalam sebuah paragraf, kalimat topik merupakan kalimat utama dalam paragraf itu. Karena setiap paragraf hanya memiliki sebuah topik, paragraf itu tentu hanya mempunyai satu kalimat utama. Kalimat utama bersifat umum. Ukuran keumuman sebuah kalimat terbatas pada paragraf itu saja. Adakalanya sebuah kalimat yang kita anggap umum akan berubah menjadi kalimat yang khusus apabila paragraf itu diperluas.
Panjang paragraf amat bergantung pada pikiran yang hendak dikembangkan Panjang paragraf amat bergantung pada pikiran yang hendak dikembangkan. Sudah diuraikan bahwa dalam laras ilmiah sebuah paragraf minimal dibangun oleh tiga buah kalimat, yakni kalimat pembuka, kalimat isi, dan kalimat penutup atau kalimat peralihan. Tentu saja, uraian itu berarti bahwa paragraf dapat dibangun oleh lebih dari tiga kalimat. Akan tetapi, harus diingat bahwa paragraf yang terlalu panjang membuat pembaca mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan memahami gagasan dalam paragraf. Selain itu, paragraf panjang akan memperlihatkan bahwa penulis tidak menguasai masalah yang hendak diuraikan. Berapa pun jumlah kalimat dalam paragraf, kepaduan dalam paragraf memegang peranan dalam menyajikan paragraf yang baik. Kepaduan dapat dirusak, jika paragraf mengalami (1) urutan pikiran yang menyimpang, (2) pikiran yang tidak lengkap, atau (3) pikiran yang ditumpukkan.
Urutan Pikiran yang Menyimpang adalah kalimat-kalimat yang tidak ada kaitannya dengan pikiran utama atau kalimat yang menjelaskan hal lain di luar pikiran utama. Pikiran yang Tidak Lengkap adalah kalimat-kalimat yang tidak muncul dalam sebuah paragraf. Urutan pikiran yang tidak lengkap akan mengurangi kekompakan dan kebulatan paragraf. Pikiran yang Ditumpukkan adalah ditumpukkannya gagasan dalam sebuah kalimat yang panjang. Dengan demikian, kalimat yang seharusnya terpisah dalam dua atau tiga kalimat ditumpuk dalam satu kalimat panjang dalam satu paragraf. Untuk menghindari kesalahan di atas, hubungan logis antarkalimat dalam sebuah paragraf perlu mendapat perhatian. Kalimat-kalimat dalam paragraf dipadukan dengan kata sambung yang tepat. Berikut ini akan dibahas masalah berbagai kata sambung yang berfungsi menjaga kelogisan dalam paragraf.
Hubungan Logis Antarkalimat Hubungan logis dalam paragraf adalah rangkaian kalimat-kalimat yang ditata dengan baik dan masuk akal sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Dalam hubungan logis antarkalimat, pada dasarnya, kata sambung yang digunakan harus menunjukkan pengacuan ke kalimat terdahulu. Perlu dicatat bahwa tidak semua kata sambung dalam kalimat dapat digunakan untuk menghubungkan kalimat-kalimat dalam paragraf. Kata sambung antarkalimat dapat juga digunakan untuk menghubungkan paragraf yang satu dengan yang lain. Di dalam penulisannya, kata sambung antarkalimat harus disertai koma.
Hubungan sebab yang ditandai dengan kata sambung alasannya, sebabnya. Hubungan antarkalimat yang sering didapati dalam tulisan adalah sebagai berikut. Hubungan akibat. Hubungan yang menyatakan akibat ini dimarkahi dengan: akibatnya, walhasil, alhasil, karena itu, oleh karena itu, oleh sebab itu, maka dari itu, sebagai akibatnya. Hubungan konsekuensi. Hubungan yang menyatakan konsekuensi ini ditandai dengan kata sambung dengan demikian, maka. Hubungan sebab yang ditandai dengan kata sambung alasannya, sebabnya. Hubungan tujuan yang ditandai dengan kata sambung untuk itu, untuk keperluan itu, untuk tujuan itu. Hubungan perlawanan/konsesif yang ditandai dengan kata sambung meskipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, kendati demikian/begitu, bagaimanapun, akan tetapi; dan namun. Perhatikan: Jangan gunakan namun demikian karena ungkapan ini tidak ada artinya (bandingkan dengan tetapi demikian).
Hubungan waktu dapat dibedakan atas: Hubungan pertentangan/kebalikan yang ditandai dengan kata sambung sebaliknya, sementara itu. Hubungan waktu dapat dibedakan atas: hubungan keserempakan yang ditandai dengan kata sambung sementara itu, dalam pada itu, pada saat itu, pada saat yang bersamaan, ketika itu. hubungan anteroritas yang ditandai dengan kata sambung sebelumnya, sebelum itu. hubungan posterioritas yang ditandai dengan kata sambung sesudahnya, sesudah itu, setelah itu, kemudian. Hubungan syarat yang ditandai dengan kata sambung jlka demikian halnya, kalau begitu. Hubungan urutan yang ditandai dengan kata sambung selanjutnya, demikian pula, Pertama ... Kedua, ... Ketiga, ... Terakhir, ... atau Pertama- tama, ... Kemudian, ... Akhirnya, … .
Mencermati Alat Perekat Kalimat (Kohesi) Apa yang dimaksud dengan alat kohesi? Alat ini penting sebagai semacam perekat di antara bagian-bagian kalimat atau antara kalimat satu dan kalimat berikutnya di dalam paragraf. Kehadiran perekat ini membuat rentetan kalimat di dalam suatu paragraf dapat enak dan mudah diikuti isinya. Alat kohesi dapat berupa konjungsi (kata penghubung), seperti karena, meskipun, ketika, dan tetapi. Akan tetapi, dapat pula berupa bentuk-bentuk lain seperti pronomina (kata ganti), pengulangan kata yang sama, pemakaian sinonim, atau dapat juga berupa penataan berdasarkan urutan waktu (kalau kebetulan yang dibahas berkaitan dengan waktu). Singkatnya, ada banyak alat tersedia di dalam bahasa untuk membuat rentetan kalimat dalam paragraf mudah diikuti dan enak dibaca. Namun, alat kohesi ini tidak perlu dihafalkan. Banyak membaca dan banyak latihan menulis akan dengan sendirinya meningkatkan penguasaan alat-alat kohesi itu.
Perhatikanlah beberapa contoh berikut! 1 Mahalnya printer atau alat cetak Braille juga menambah kesulitan. Mereka tidak menggunakan tinta melainkan jarum sebagai alat tulis. Putusnya satu jarum membuat mesin itu tidak bisa digunakan. Pengadaan buku Braille jadi sangat mahal dan secara bisnis, justru mendatangkan kerugian. Mahalnya printer atau alat cetak Braille juga menambah kesulitan. Apalagi mereka tidak menggunakan tinta melainkan jarum sebagai alat tulis. Putusnya satu jarum membuat mesin itu tidak bisa digunakan. Dengan demikian, pengadaan buku Braille jadi sangat mahal dan secara bisnis justru mendatangkan kerugian. Paragraf …. lebih enak dibaca karena paragraf ini memakai alat kohesi yang berupa konjungsi; apalagi dan akibatnya, sedangkan paragraf …. tidak. Dengan pemakaian konjungsi, keterkaitan makna antarkalimat menjadi lebih jelas.
2 Tentu saja tidak ada larangan jika Indonesia ingin berdikari. Tindakan melakukan berdikari sama saja dengan pilihan dalam melakukan perdagangan internasional. Jika Indonesia memilih tidak melakukan impor dalam rangka berdikari, pilihan tidak melakukan impor sah-sah saja. Tentu saja tidak ada larangan jika Indonesia ingin berdikari. Itu sama saja dengan pilihan dalam melakukan perdagangan internasional. Jika Indonesia memilih tidak melakukan impor dalam rangka berdikari, itu sah-sah saja. Paragraf …. lebih enak diikuti isinya karena paragraf itu memanfaatkan pemakaian kata ganti (pronomina) yakni itu. Selain berfungsi sebagai penyambung kalimat berikutnya, pemakaian kata ganti juga dapat memperpendek panjangnya rentetan kata.
3 Semua orang tahu bahwa kebersihan adalah pangkal kesehatan. Namun, masih banyak anggota masyarakat kita yang tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan. Akibatnya, masalah ini menjadi sulit dipecahkan. Seandainya saja setiap anggota masyarakat peduli akan kebersihan di sekitar tempat tinggalnya, tentulah kualitas kesehatan dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, marilah kita mencoba untuk menjadikan diri kita masing-masing peduli terhadap kebersihan lingkungan. Paragraf ini banyak memakai perulangan kata. Berapa jumlah kata kebersihan yang terdapat pada paragraf 3? Pengulangan kata di situ dapat dimanfaatkan sebagai pengikat rentetan kalimat.
Bandingkanlah paragraf 2A dengan 3 Bandingkanlah paragraf 2A dengan 3. Pada paragraf 2A juga terdapat pengulangan kata. Akan tetapi, pada paragraf itu pengulangan kata mengganggu kelancaran arus gagasan dari kalimat satu ke kalimat berikutnya. Oleh karena itu, strategi pengulangan kata tidak tepat untuk diterapkan pada paragraf itu. Lain halnya yang terjadi pada paragraf (3). Pengulangan kata dapat dipakai sebagai alat untuk melancarkan arus gagasan dari kalimat satu ke kalimat berikutnya. Jadi pengulangan kata dapat sesuai untuk paragraf yang satu, tetapi belum tentu untuk paragraf yang lain. Itu semua bergantung pada bagaimana isi paragraf yang bersangkutan.
Yang diharapkan untuk ditangkap melalui contoh- contoh paragraf di atas ialah penyadaran akan hal berikut. Di dalam perangkaian kalimat, bahasa menyediakan banyak alat kohesi: konjungsi, pronomina, pengulangan kata, dsb. Makin banyak kita mengenal alat kohesi makin leluasa kita dapat memilih mana yang tepat untuk dipakai pada paragraf yang sedang kita tulis. Pada contoh di atas sengaja dipilah-pilah alat kohesi yang berupa “konjungsi”, yang berupa “pronomina”, dan yang berupa “pengulangan kata”. Di dalam praktik penulisan, beberapa alat itu bisa dicampur dalam satu paragraf. Tujuan pemisah-misahan pada contoh di atas sekadar untuk mempertajam pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan “alat kohesi”.
Latihan Pada latihan berikut, alat kohesi tidak akan disoroti satu per satu. Yang dilakukan adalah kegiatan merangkai kalimat. Pedoman yang dipegang ialah perangkaian yang bagaimanakah yang dapat menghasilkan rentetan kalimat yang terasa “menyambung” satu dengan yang lain?
Urutkanlah kalimat-kalimat berikut sehingga menjadi paragraf yang padu! . Konglomerat Indonesia menggunakan gaya “manajemen gado gado” untuk mengembangkan bisnis usahanya. Gaya tersebut meliputi manajemen Cina tradisional, Belanda, Jepang, dan Amerika. Manajemen Belanda diterapkan sebagai landasan jalannya usaha. Gaya ini memiliki hubungan yang erat seperti hubungan berdasarkan kepemilikan saham, istri, anak, atau menantu. Manajemen Cina Tradisional digunakan untuk menggalang kemitraan sesama konglomerat yang umumnya berasal dari daratan Cina. Adapun Manajemen Amerika terlihat dari banyaknya bidang usaha yang memanfaatkan para profesional sebagai ujung tombak dalam menjalankan usaha. Manajemen Jepang diterapkan untuk meningkatkan produksi pabrik. Hal ini tercermin dari adanya lembaga komisaris selaku supervisor board (dewan pengawas) dan dewan direksi sebagai pelaksana operasional.
Kalimat mana yang membuat paragraf ini sumbang? Garis bawahilah! Pimpinan Wisma Kartika memperhitungkan berapa buah rumah yang dapat dibangunnya dengan 300 ton pasir yang tertumpuk di Jalan H. Asnawi. Dari pasir itu ia dapat membangun sebuah kompleks rumah murah yang terdiri atas 125 buah rumah. Tidak demikian halnya dengan PT Beling Jaya. Pimpinan Beling Jaya akan memperhitungkan jumlah keuntungan yang diperolehnya dari pasir itu kalau pasir itu dibuat kaca. Lain lagi pandangan seorang pekerja kapal keruk. Pekerja kapal keruk memandang pasir itu sebagai penghalang yang perlu disingkirkan karena pasir merupakan musuh besarnya ketika mengeruk sebuah dasar sungai. Kapal keruk itu mondar-mandir di sekitar sungai Batanghari. Jadi, jelaslah bahwa setiap orang akan memandang sebuah objek dengan makna yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Paragraf di atas merupakan paragraf induktif. Alihkanlah menjadi paragraf deduktif!
Pilihlah satu dari dua paragraf di bawah ini Pilihlah satu dari dua paragraf di bawah ini. Kemudian, buatlah kerangka paragraf berdasarkan paragraf yang Anda pilih. Lalu, kembangkan paragraf tersebut menjadi sebuah wacana yang lebih luas. Selanjutnya, tentukan judul yang tepat untuk wacana yang Anda susun tersebut. Paragraf (1) Ada beberapa faktor pemicu kemunduran perekonomian di Indonesia. Penyebab pertama ialah anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Banyak pengusaha di bidang industri yang memilih lari ke luar negeri dan membuka usahanya di sana. Penyebab yang tidak dapat dianggap sepele ialah ketidakpuasan politik. Demonstrasi muncul di mana-mana, ditambah dengan ketidakmenentuan sikap (pro- atau kontra-) terhadap pemerintah. Kemunduran perekonomian juga disebabkan oleh hambatan pada jalur distribusi. Keadaan seperti itu mengakibatkan harga barang-barang kebutuhan sehari-hari melonjak.
Paragraf (2) Pada abad ke-21, Asia diramalkan menjadi pusat ekonomi dunia. Ramalan ini berdasarkan beberapa fakta yang ada. Pertama, jumlah penduduk Asia ialah setengah penduduk dunia. Di antaranya kira-kira 500 juta orang yang termasuk dalam kategori kelas menengah. Hal ini jelas merupakan potensi pasar yang besar. Kedua, tingkat teknologi di Asia sudah sama dengan negara-negara Barat. Banyak pabrik- pabrik di Barat yang pindah ke Asia karena dapat memperoleh modal, tanah, dan tenaga kerja yang lebih mudah dan murah bila dibandingkan di Barat.