PETA PEMBERITAAN KANDIDAT DAN SEBARAN ISU DALAM PUTARAN II PILKADA DKI 2012
LAPORAN HASIL MEDIA MONITORING PILKADA DKI 11 JULI – 28 AGUSTUS 2012 @Immcnews
Latar Belakang Jelang gelaran Pilkada DKI Jakarta Putaran kedua, IMMC secara khusus memonitoring perkembangan pemberitaan media terhadap isu tersebut. Riset dilakukan sejak 11 Juli 2012 hingga 28 Agustus 2012. Riset ini diharapkan dapat memberikan sebuah perspektif tentang dinamika Pilkada DKI 2012 Putaran II dalam berbagai perspektif. Hasil riset ini kami olah dalam bentuk rilis.
Metodologi Penelitian menggunakan metode purposive sampling pada 6 media online terkemuka, yakni: Detik, Inilah, Okezone, RMOL, Kompas, VivaNews. Proses pengumpulan data dilakukan dari tanggal 11 Juli – 28 Agustus 2012. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah mengumpulkan dan menganalisa semua berita (content analysis) mengenai Pilkada DKI 2012 serta dua pasang kandidat yang maju dalam putaran II yaitu: Foke – Nara dan Jokowi – Ahok.
Popularitas Kandidat Pemberitaan kandidat sebanyak 3003 dari 1535 berita. Jokowi unggul dalam jumlah pemberitaan di media online nasional yaitu sebanyak 34%. Disusul Foke dengan 32%.
Analisa Dari hasil monitoring yang dilakukan, tampak dominasi pemberitaan media online masih mengacu pada Jokowi dengan persentasenya sebesar 34 %. Persentase ini tidak jauh berbeda dengan Foke yang mencapai 32 %. Hal yang menarik, dominasi pemberitaan juga ditunjukkan pasangan Jokowi, Ahok yang juga cukup dominan jika dibandingkan dengan pasangan Foke, Nara. Konsentrasi media online memang cukup dapat dibaca dari komposisi tersebut. Kemenangan “tak terduga” Jokowi pada putaran I Pilkada DKI 2012 tentu menjadi daya tarik pemberitaan di media online. Baik itu membahas mengenai kemenangan yang sudah diraih, strategi apa yang sudah dilakukan serta persiapan menghadapi putaran kedua Pilkada DKI 2012.
Dinamika Isu Dinamika isu Pilkada DKI dalam periode 11 Juli – 28 Agustus 2012 paling tinggi rentang waktu 11-17 Juli 2012. Hal ini dipengaruhi isu hasil quick count dari beberapa lembaga survei. Kenaikan isu kembali terjadi pada rentang waktu 1-7 Agustus 2012. Hal ini dipengaruhi isu SARA.
Analisa Melihat dari dinamika isu yang terjadi, maka rentang waktu 11 – 17 Juli 2012 pemberitaan mengenai hasil dari Pilkada DKI 2012 paling banyak diberitakan. Hal ini dapat terlihat dari jumlah pemberitaan yang mencapai 563 berita. Tingginya pemberitaan juga tidak lepas dari hasil perhitungan cepat yang menempatkan Jokowi – Ahok berada pada urutan pertama melampaui perkiraan beberapa lembaga survey. Sementara itu, pada periode berikutnya, 18 – 24 Juli 2012, pemberitaan menurun drastis menjadi 184 berita. Dalam periode ini isu Pilkada DKI 2012 hanya berputar pada persiapan menuju putaran kedua. Pemberitaan mulai naik kembali pada periode 1 – 7 Agustus 2012. Isu SARA yang melibatkan pasangan Jokowi, Ahok dengan Haji Rhoma Irama menjadi subjek utama pemberitaan.
Dinamika Pemberitaan Antar Kandidat Pemberitaan Jokowi-Ahok unggul di periode 11-17 Juli, 18-24 Juli dan 22-28 Agustus. Pada rentang waktu 11-24 Juli terkait hasil quick count dan analisa kemenangan jokowi oleh banyak kalangan. Pemberitaan Foke unggul pada periode 25-24 Juli, 1-7 Agust, 8-14 Agust dan 15-21 Agust. Pada rentang waktu 1-14 Agustus dipengaruhi isu dukungan PKS kepada Foke dan Isu SARA.
Analisa Jika pemberitaan antar pasangan kandidat, Jokowi – Ahok dengan Foke - Nara dibandingkan, dapat dilihat pada beberapa periode pemberitaan, pasangan Foke – Nara pemberitaannya berada diatas Jokowi – Ahok. Hal ini dipicu oleh tingginya intensitas pergerakan politik yang dilakukan oleh Foke – Nara terkait dengan mencari dukungan kepada beberapa parpol. Untuk pasangan Jokowi – Ahok, media juga membahas mengenai pergerakan politik, baik yang dilakukan oleh mereka maupun partai pendukung mereka. Namun, kecenderungan pemberitaannya lebih pada penyikapan terhadap pergerakan politik dari Foke – Nara. Pada tahapan ini, muncul istilah “Gajah Vs Semut” yang seolah merupakan gambaran dari Foke Vs Jokowi. Isu SARA yang melibatkan antara Jokowi – Ahok dengan Rhoma Irama juga menaikkan pemberitaan dari kedua pasangan pada beberapa periode.
Penempatan Berita Jokowi dan Foke banyak menjadi judul berita mengenai kandidat.
Analisa Jokowi dan Foke menjadi daya tarik pemberitaan bagi media online. Hal ini terlihat dari kecenderungan media online menggunakan kedua nama kandidat tersebut sebagai judul dalam pemberitaan mereka. Untuk pasangan mereka, Ahok dan Nara cukup sedikit masuk sebagai topik utama pemberitaan. Pada kasus-kasus tertentu keduanya muncul sebagai supporting pemberitaan. Hal ini terlihat seperti pada pemberitaan Ahok tentang pentingnya peran sosial media sebagai media kampanye. Sementara untuk Nara, peran supporting ini juga dilakukan saat menanggapi kasus kebakaran di Jakarta.
Sumber Berita Kandidat paling banyak menjadi sumber berita. Pengamat/akademisi dan lembaga Survey (Lainnya) sering menjadi rujukan media dalam memberitakan kandidat.
Analisa Sumber pemberitaan dari kandidat masih cukup dominan di masing-masing kandidat. Untuk pasangan Foke – Nara, sumber pemberitaan dari kandidat sebanyak 448 berita, cukup tinggi jika dibandingkan dengan pasangan Jokowi – Ahok yang hanya sebanyak 240 berita. Namun, di tingkatan tim sukses, Timses Jokowi – Ahok cukup banyak dijadikan sebagai sumber berita oleh media online jika dibandingkan oleh timses Foke – Nara.
Isu Terkait Kandidat Pemberitaan Foke dan Nara banyak terkait dengan isu dukungan. Sedangkan pemberitaan Jokowi Ahok banyak terkait kampanye. Kandidat yang banyak mengangkat isu daerah adalah Foke dan Jokowi.
Analisa Foke merupakan kandidat yang paling banyak bicara mengenai isu daerah jika dibandingkan oleh Jokowi. Hal ini lumrah terjadi mengingat posisi Foke sebagai petahana yang tentu saja cukup banyak terlibat dalam isu-isu daerah di Jakarta. Terlebih pada bulan Agustus bertepatan dengan momen lebaran yang tentu saja membuat peran Foke sebagai Gubernur Jakarta cukup banyak terlihat di media online. Selain itu, pemberitaan terkait dengan pergerakan politik dalam mencari dukungan, tampak bahwa Foke cenderung lebih banyak mengundang perhatian media online. Terlebih saat PKS, yang pada Pilkada putaran I mencalonkan Hidayat Nur Wahid, memutuskan untuk mendukung Foke – Nara pada putaran kedua.
Tone Kandidat Kandidat yang banyak diberitakan secara positif adalah Jokowi. Kandidat yang paling sering diberitakan secara negatif adalah Foke.
Analisa Tendensi pemberitaan Jokowi jauh lebih positif jika dibandingkan dengan Foke. Beberapa isu yang menjadi pemicu terjadi hal ini, salah satunya adalah mengenai SARA. Walaupun dijelaskan bahwa Foke – Nara tidak terlibat, namun dalam pemberitaan di media online, nama Foke ikut terseret dalam kasus tersebut.
Berita Positif Berita positif Foke-Nara banyak terkait isu dukungan dan kegiatan. Berita positif Jokowi-Ahok banyak terkait isu dukungan dan kampanye.
Analisa Pemberitaan Positif untuk pasangan Foke – Nara banyak seputar dukungan beberapa partai besar kepada pasangan tersebut pada putaran kedua nanti. Hal yang sama juga terjadi pada pasangan Jokowi – Ahok. Namun pada kasus pasangan ini, dukungan lebih ditunjukkan oleh masyarakat dan juga tokoh.
Isu Kampanye Dalam isu kampanye, Jokowi-Ahok lebih banyak terkait Black Campaign dibanding Foke-Nara. Foke-Nara lebih banyak terkait kegiatan kampanye dibanding Jokowi-Ahok.
Analisa Isu black campaign cenderung lebih banyak diterima oleh pasangan Jokowi – Ahok dibandingkan dengan Foke – Nara. Salah satu yang cukup banyak diberitakan adalah mengenai isu SARA yang melibatkan Rhoma Irama.
Kampanye : Sosial Media Intensitas penggunaan sosial media sebagai media kampanye para kandidat cukup tinggi selama putaran II ini. Forum/ game paling banyak diekspose media.
Analisa Jokowi – Ahok cukup banyak melakukan kegiatan kampanye pada forum sosial maupun game. Salah satu yang cukup menarik media online adalah peluncuran game “Selamatkan Jakarta” dengan konsep gameplay seperti Angry Birds. Metode ini dianggap cukup menarik bagi beberapa kalangan.
Kampanye : Kegiatan Kandidat Seluruh kandidat lebih fokus pada upaya pendekatan ke masyarakat dibanding internal parpol/ pendukung.
Analisa Kecenderungan kampanye yang dilakukan oleh masing-masing pasangan kandidat lebih banyak ditujukan langsung ke masyarakat dengan melakukan beberapa kunjungan ke wilayah-wilayah seperti pasar tradisional dan perkampungan penduduk. Sementara untuk konsolidasi di tingkatan internal partai yang dilakukan oleh kedua pasangan tidak banyak diekspose media. Foke merupakan kandidat yang paling banyak melakukan kunjungan ke masyarakat. Hal ini terkait dengan posisinya sebagai Gubernur DKI serta beberapa momen penting seperti Lebaran yang selalu menjadikan Jakarta sebagai salah satu fokus pemberitaan.
Kampanye : Black Campaign Isu sara paling sering digunakan dalam black campaign. Jokowi paling sering diserang terkait isu Sara dan orientasi politiknya.
Analisa Isu black campaign yang paling banyak diangkat dalam rentang waktu 11 Juli – 28 Agustus 2012 adalah mengenai isu SARA. Jokowi merupakan kandidat yang banyak dikaitkan dengan isu SARA. Salah satu isu SARA yang cukup mendapat perhatian adalah desas–desus mengenai ibu kandung Jokowi yang non muslim. Selain itu, isu yang menerpa pasangannya, Ahok juga cukup banyak diberitakan. Apalagi kasus tersebut juga melibatkan figur terkenal, Rhoma Irama.
Dukungan Terhadap Kandidat Dukungan Partai lebih banyak diterima Foke-Nara dibanding Jokowi-Ahok. Sedangkan dukungan dari Tokoh/ Masyarakat lebih banyak didapat Jokowi-Ahok dibanding Foke-Nara.
Analisa Dalam konteks dukungan partai terkadap kandidat, pemberitaan pasangan Foke – Nara cukup banyak oleh media online. Hal ini sedikit banyak mengindikasikan bahwa dukungan partai ke pasangan tersebut dalam menghadapi putaran kedua cukup banyak. Namun, untuk pasangan Jokowi – Ahok, dukungan lebih banyak didapat dari masyarakat.
Dukungan Parpol PKS, PPP dan Golkar paling sering diberitakan terkait dukungannya kepada kandidat. Jokowi banyak dikaitkan dengan dukungan PKS dan Golkar terkait dinamika rencana penetapan dukungan.
Analisa Terdapat tiga partai yang mendapat porsi pemberitaan cukup banyak terkait dengan dukungan parpol. Parpol tersebut antara lain PKS, PPP dan Golkar. PKS yang mencalonkan Hidayat Nur Wahid pada putaran pertama Pilkada DKI 2012, akhirnya menjatuhkan dukungan ke pasangan Foke – Nara. Langkah ini cukup menarik pemberitaan di media online. Sementara untuk Jokowi – Ahok, pemberitaan terkait dengan dukungan parpol tidak banyak dimuat.
Isu Dukungan Parpol Komitmen Parpol menjadi isu utama terkait dukungan parpol kepada kandidat. Dinamika rencana penetapan dukungan parpol kepada kandidat juga menjadi daya tarik media untuk memberitakannya.
Analisa Tingginya pemberitaan seputar dukungan parpol terhadap kandidat pilkada DKI 2012 lebih banyak didominasi dengan pernyataan komitmen dukungan terhadap kandidat. Hal ini sangat terlihat pada pasangan Foke – Nara yang memang cukup intensif membangun komunikasi politik dengan parpol lainnya.
Isu Dukungan PKS Pasangan Foke Nara lebih sering dikaitkan isu kontrak politik/ mahar dan komitmen PKS untuk mendukungnya. Pasangan Jokowi lebih sering dikaitkan dengan dinamika rencana dukungan dan kritik terhadap PKS yang mendukung pasangan Foke-Nara.
Analisa Partai Keadilan Sejahtera (PKS) cukup banyak menyita perhatian media online terutama saat partai ini memutuskan untuk merapat ke kubu Foke – Nara. Langkah ini dinilai beragam oleh beberapa pihak. Hal ini juga nampak pada pemberitaan di media online. Dari hasil monitoring, isu dukungan PKS terhadap Foke – Nara sangat erat kaitannya dengan adanya kontrak/mahar politik.
Isu Dukungan Golkar Pasangan Foke Nara lebih sering dikaitkan isu komitmen Golkar untuk mendukungnya. Pasangan Jokowi lebih sering dikaitkan dengan isu dinamika rencana dukungan dan kritik terhadap Golkar.
Analisa Kondisi yang tidak jauh berbeda dengan PKS, dukungan politik kepada Foke – Nara juga ditunjukkan oleh Partai Golkar. Sebagai partai yang mengusung Alex Noerdin sebagai kandidat pada putaran pertama, langkah untuk merapat ke kubu Foke tentu mengundang perhatian. Namun, Golkar selalu berulang kali menegaskan komitmen dukungannya kepada Foke – Nara untuk menjadi pemenang pada putaran kedua nantinya.
Dukungan Tokoh/ Masyarakat Foke lebih banyak didukung dari tokoh agama dan tokoh adat. Jokowi lebih banyak didukung selebritis, tokoh ormas dan tokoh masyarakat lainnya.
Tanggapan Kandidat Terhadap Isu Daerah Foke dan Jokowi banyak memberi perhatian pada isu kebakaran yang terjadi. Selain isu kebakaran Foke lebih banyak memberi perhatian isu ekonomi, pendidikan, kependudukan, dan sosial. Sedangkan Jokowi banyak memberi perhatian isu ekonomi, kemiskinan dan sosial
Analisa Dari semua isu yang ada di Jakarta, persoalan kebakaran menjadi isu yang paling banyak di soroti oleh kandidat, baik itu Jokowi ataupun Foke. Hal ini terjadi akibat banyaknya terjadi kebakaran sepanjang agustus hingga september 2012 atau sepanjang berlangsungnya tradisi mudik. Foke lebih sering berkunjung ke lokasi kebakaran karena posisinya juga masih sebagai Gubernur. Sedangkan Jokowi lebih dan Tim Suksesnya lebih banyak mengkritik Pemerintah DKI Jakarta yang dianggap membiarkan terjadinya kebakaran. Dari semua isu kedaerahan, secara umum Foke memang lebih banyak berkomentar dibanding Jokowi. Hal ini tidak terlepas posisinya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Kegiatan Kandidat Foke lebih sering melakukan kegiatan yang mengatasnamakan pemerintah. Jokowi sering melakukan kegiatan sebagai kandidat cagub DKI.
Analisa Foke sangat diuntungkan karena posisinya sebagai incumbent. Sehingga Foke banyak melakukan kegiatan mengatasnamakan pemerintah, seperti berkunjung ke lokasi kebakaran, ke pasar dan tempat-tempat lain yang sekaligus juga melakukan ‘kampanye’. Sangat sulit memisahkan antara kegiatan Foke sebagai Gubernur dan sebagai kandidat. Sedangkan Jokowi lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatannya di Jakarta sebagai kandidat calon Gubernur. Kegiatan pemerintahan dilakukan di Solo, dimana Jokowi masih menjabat Walikota Solo.
Tujuan Kunjungan Kandidat Foke lebih sering melakukan kunjungan ke rumah ibadah. Jokowi lebih sering melakukan kunjungan ke perkampungan penduduk.
Analisa Fauzi Bowo memang lebih banyak didukung oleh tokoh-tokoh agama dan tokoh adat Betawi. Foke sangat menyadari dukungan dari kalangan ulama ini sehingga Foke lebih banyak melakukan kunjungan-kunjungan ke tempat-tempat ibadah seperti Masjid dan pengajian-pengajian. Ini juga didukung oleh suasana Ramadhan dan Idul Fitri yang berlangsung menjelang Pemilukada putaran kedua. Jokowi justru lebih banyak melakukan kunjungan langsung ke sentra-sentra perkampungan masyarakat dan pasar-pasar tradisional.
Isu Survei Isu yang paling banyak terkait survei adalah rilis hasil survei dari lembaga survei.
Analisa Sejak penghitungan Quick Count Pilkada DKI putaran pertama, tidak banyak lembaga survei yang melakukan aktivitas survey. Bahkan lembaga survei banyak mendapatkan kritikan dan kredibilitas hasil surveynya dipertanyakan publik karena hasil Pemilukada DKI Jakarta putaran pertama tidak sesuai dengan hasil survey beberapa lembaga survey. Namun, meski demikian, secara umum, rilis hasil survey masih mendominasi isu terkait survey di beberapa pemberitaan media terutama rilis hasil Quick Count putara pertama lalu.
Penyelenggara Pemilu Lembaga yang paling sering menjadi sorotan berita adalah KPUD dan Panwaslu.
Analisa KPUD dan Panwaslu menjadi dua lembaga yang paling banyak di soroti dalam pilkada DKI Jakarta kali ini. KPUD mendapat sorotan terkait rilis hasil putaran pertama serta persiapan KPUD di putaran kedua, seperti perbaikan Daftar Pemilih Tetap (DPT), Logistik Pemilu, dan lain-lain. Sementara Panwaslu banyak mendapat sorotan terkait pelanggaran-pelanggaran selama proses pemilukada putaran pertama berlangsung sampai persiapan putaran kedua. Isu yang paling banyak disoroti media terkait kinerja Panwaslu adalah isu Money Politic, SARA, hingga penanyangan iklan diluar masa kampanye.
Kinerja Panwaslu & Kepolisian Panwaslu lebih banyak konsentrasi dari sisi penindakan. Sedangkat Polisi lebih fokus pada antisipasi untuk kemanan pilkada.
Analisa Menjelang pilkada putaran kedua, isu SARA menjadi isu yang paling banyak ditangani oleh Panwaslu. Disamping ada isu Money Politic dan penanyangan iklan diluar masa kampanye. Panwaslu sendiri sudah melakukan beberapa penindakan seperti memeriksa terlapor dan tim sukses masing-masing kandidat. Meski hingga menjelang pelaksanaan putaran kedua, tidak ada satu kandidat atau tim suksesnya yang mendapat sanksi dari Panwaslu. Sementara, pihak kepolisian lebih banyak terlibat dalam proses pengamanan pilkada.
Instansi Quote Kandidat dan tokoh parpol banyak yang menanggapi kandidat. Tim Sukses masih minim menanggapi dinamika perjalanan cagub-cawagub DKI.
Analisa Kedua kandidat menjadi pihak yang paling sering menanggapi kandidat yang lain. Media sering melakukan konfrontasi terhadap kedua kandidat terhadap isu-isu yang berkembang menjelang pilkada putara kedua. Disamping kandidat, tokoh-tokoh partai politik menjadi pihak yang sering melontarkan pendapat dan penilaian terhadap kandidat. Hal ini tidak terlepas dari isu dukungan terhadap kedua kandidat dari masing-masing partai.
Tim Sukses Tim sukses Jokowi-Ahok yaitu Denny Iskandar, Boy Bernaldi dan Budi Purnomo sangat aktif berhubungan dengan media. Tokoh-tokoh tim sukses Foke-Nara kurang maksimal.
Analisa Dari sisi tim sukses, Timses Jokowi-Ahok terlihat lebih intens berhubungan dengan media. Tidak hanya satu orang, tapi beberapa orang seperti, Boy Bernaldi Sadikin yang merupakan ketua tim sukses atau Denny Iskandar dan Budi Purnomo yang cukup sering dikutip oleh media. Berbeda dengan timses Foke-Nara yang sangat minim berkomentar di media, meski diisi oleh nama-nama yang sudah cukup familiar seperti Yuddy Chrisnandi dan Nova Rianti Yusuf yang didaulat menjadi juru bicara kandidat. Justru keduanya kalah dibandingkan dengan Kahfi Siregar yang masih cukup sering dikutip oleh media. Hal ini mengindikasikan kerja-kerja kehumasan dari Tim Foke-Nara tidak bekerja maksimal dan masih mengandalkan Foke sebagai news maker-nya.
Tokoh Parpol Luthfi Hasan dan Taufik Keimas adalah tokoh parpol yang intens terhadap rencana cagub DKI.
Analisa Dari kalangan tokoh Partai Politik, terlihat Presiden PKS, Lutfi Hasan Ishaq menjadi tokoh yang paling sering diminta pendapatnya tentang kedua kandidat. Ini terjadi disebabkan dukungan PKS terhadap kedua kandidat menjadi perhatian utama media massa mengingat suara Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini yang cukup besar pada putaran pertama lalu. Ditambah PKS cukup lama memutuskan mendukung kandidat yang mana sehingga terus mendapatkan perhatian media. Sosok Taufik Kiemas juga muncul menjadi tokoh yang paling sering berkomentar, karena Taufik Kemas dianggap tokoh yang senior di PDIP yang menjadi pendukung utama Jokowi-Ahok.
Intelektual/Akademisi Gun Gun Heryanto dan Siti Zuhro merupakan tokoh intelektual yang paling konsen terhadapa pilkada DKI.
Analisa Dari kalangan intelektual/akademisi, Pengamat Komunikasi Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto menjadi pengamat yang paling banyak mengomentari kandidat dan proses pilkada. Selain Gun Gun, ada juga Siti Zuhro, peneliti bidang Politik di LIPI.
Penilaian Intelektual Terhadap Kandidat Intelektual memandang Jokowi lebih positif. Sedangkan Foke lebih sering dilihat dari sisi negatifnya.
Analisa Dikalangan intelektual/akademisi, Jokowi dianggap lebih baik dari Foke. Keberhasilan Jokowi dalam membangun Kota Solo menjadi tolak ukurnya. Foke dianggap telah gagal dalam menata Jakarta selama 5 lima tahun masa kepemimpinannya, sehingga Foke banyak mendapatkan penilaian dari kalangan intelektual/akademisi.
Tokoh Agama/ Masyarakat Rhoma Irama merupakan tokoh agama yang paling intens terkait dalam pilkada DKI.
Analisa Dikalangan tokoh agama/masyarakat, Rhoma Irama menjadi tokoh yang paling banyak di sorot oleh media. Hal ini terkait dengan ceramah Rhoma Irama di salah satu mesjid di Jakarta yang berbau SARA. Isi ceramah Rhoma ini akhirnya bergulir hingga ke Panwaslu, meski akhirnya Panwaslu menyatakan Rhoma Irama tidak bersalah.
Penilaian Tokoh Agama/ Masyarakat Kepada Kandidat Meskipun banyak mendapat apresiasi dari tokoh masyarakat, Jokowi-Ahok juga paling banyak dikritik atau dipandang negatif oleh tokoh agama/masyarakat.
Analisa Secara umum, penilaian masyarakat terhadap Jokowi relatif positif. Meski demikian, dikalangan tokoh agama dan tokoh adat, Jokowi-Ahok mendapat penilaian yang negatif. Bagi tokoh agama, Jokowi-Ahok tidak layak dipilih menjadi Gubernur DKI Jakarta karena tidak berasal dari golongan Islam. Hal ini akhirnya memunculkan isu SARA dalam pelaksanaan pilkada DKI Jakarta.
Kualitas Berita : Cek Ricek Media Online Nasional lebih banyak melakukan cek-ricek sebelum memberitakan di media. Walaupun demikian masih banyak yang belum maksimal melakukan cek-ricek pada sisi pemberitaannya.
Analisa Dalam melakukan tugas-tugas jurnalistiknya, masih ada beberapa media yang masih kurang dalam melakukan cek & Ricek dalam pemberitaannya. Dari lima media yang dimonitoring yaitu Detik.com , Inilah.com, Kompas.com, Okezone.com, Rmonline.com dan Vivanews, terlihat dua media yang kurang melakukan cek & ricek. Keduanya adalah Detik.com dan Inilah.com.
Kualitas Berita : Cover Both Side Media Online kurang maksimal dalam memberi perhatian mengenai cover both side.
Analisa Dalam kualitas pemberitaan, hampir semua media masih kurang maksimal dalam memberi perhatian mengenai cover both side. Tentu saja hal ini perlu diperhatikan kedepannya agar pemberitaan lebih berimbang dari dua sisi.
Kualitas Berita : Pencampuran Opini & Fakta Hampir sebagian besar media masih kurang memerhatikan pentingnya pemisahan opini dan fakta dalam sebuah pemberitaan.
Analisa Media yang paling sering mencampurkan antara opini dan fakta dalam pemberitaannya adalah Inilah.com. Sementara media lainnya, meskipun sering, relatif lebih berupaya memisahkan antara opini dan fakta dalam pemberitaannya.
Kesimpulan Dari sisi pemberitaan, Jokowi masih dominan dibandingkan dengan Foke. Ini merupakan efek dari kemenangan Jokowi-Ahok pada pilkada DKI Jakarta pada putaran pertama lalu. Selain itu, ini memperlihatkan kinerja kedua kandidat belum maksimal dalam memanfaatkan media. Tim Sukses Jokowi-Ahok terlihat lebih intens dalam berhubungan dengan media, dibandingkan dengan tim sukses Foke-Nara.
Kesimpulan Pemberitaan terkait Jokowi lebih banyak bersifat positif, sedangkan Foke sebaliknya, negatif. Keberhasilan kedua kandidat selama memimpin daerah masing-masing dijadikan tolak ukur dalam menilai keduanya, disamping sikap dan penerimaan masyarakat terhadap kedua kandidat. Pemberitaan terkait dukungan partai lebih banyak ditujukan kepada Foke. Sementara Jokowi banyak mendapatkan dukungan dari tokoh masyarakat, selebriti dan kalangan intelektual.
Kesimpulan Banyaknya kebakaran yang terjadi di Jakarta menjadikannya menjadi isu daerah yang sering dibahas, baik oleh kandidat maupun tim suksenya menjelang pilkada DKI Jakarta putaran kedua. Disamping ada juga isu ekonomi, sosial dan kemiskinan. Isu sensitif lainnya yang cukup banyak menyita perhatian publik menjelang pilkada putara kedua ini adalah isu SARA yang banyak dilontarkan oleh pemuka agama kepada pasangan Jokowi-Ahok.
Kesimpulan Pasangan Jokowi-Ahok dipandang negatif dikalangan tokoh agama/adat karena dianggap bukan representasi kalangan Islam. Sehingga umat Islam di Jakarta diminta untuk tidak memilih pasangan ini. Berbeda dengan tokoh agama/adat, kalangan intelektual/akademisi justru menilai sebaliknya. Foke dinilai gagal dalam membangun kota Jakarta selama lima tahun memimpin Jakarta. Sehingga sosok Jokowi dianggap lebih layak memimpin Jakarta.
Kesimpulan Foke belum bisa memisahkan posisinya sebagai kandidat dan sebagai pejabat Gubernur saat melakukan kunjungan ke masyarakat, sehingga kunjungan yang dilakukan dalam kapasitasnya sebagai Gubernur selalu bernuansa kampanye. Hampir semua Partai Politik menyatakan komitmennya untuk mendukung pasangan Foke-Nara. Selain Partai Demokrat yang menjadi pengusung utama, menjelang putaran kedua, Foke-Nara mendapat dukungan baru dari Golkar, PKS, PPP dan PAN. Sedangkan Jokowi tetap didukung oleh PDIP dan Gerindra.
Kesimpulan Dua lembaga yang paling banyak mendapatkan sorotan adalah KPUD dan Panwaslu. KPUD mendapatkan sorotan terkait persoalan DPT dan persiapan logistik pemilu. Panwanslu lebih banyak disoroti terkait penindakannya terhadap isu-isu seputar pemilukada seperti Money Politic, SARA dan penayangan iklan dan spanduk di luar jadwal masa kampanye.
TERIMA KASIH