Pemeriksaan Laboratorium Pada Anak, Orang Tua dan Ibu Hamil Riat El Khair
Anemia Pada Anak Anemia adalah keadaan penurunan massa eritrosit / konsentrasi hemoglobin sehingga menyebabkan turunnya kapasitas darah untuk mengangkut oksigen Penyebabnya dibagi menjadi tiga : 1. kehilangan darah 2. peningkatan destruksi eritrosit, atau 3. penurunan produksi eritrosit Anemia biasanya bukan merupakan diagnosis akhir, tetapi merupakan gejala penyakit yang mendasari
Anemia pada Neonatus Anemia neonatus terjadi selama usia 0-28 hari. Anemia jika Hb 2 SD bawah rerata konsentrasi Hb sesuai usia anak. Anemia pada neonatus dapat dikelompokkan menjadi 2 : fisiologis dan non-fisiologis. Pada bayi aterm sehat, kadar Hb menetap sampai usia 3 minggu, kemudian turun mencapai kadar terendah hingga 11 g/dL pada usia 8-12 minggu
A. NEONATUS & IBU DIABETES Pengendalian DM denan insulin → kenaikan wanita DM yang bertahan hidup & melahirkan anak Karakteristik bayi : - Besar - Makrosomia - Morbiditas tinggi - Mortalitas tinggi, lebih 5X ibu non DM
Patofisiologi
Ambilan glukose hepatik meningkat, sintesis glikogen meningkat, lipogenesis dan sintesis protein diperbesar Hipertropi & hiperplasia P.P langerhans Penambahan berat plasenta & organ bayi kecuali otak Hipertropi miokardium Penambahan jumlah sitoplasma dalam selhati
Hiperinsulinisme ⇒ Asidosis janin ⇒ angka lahir meninggal meningkat Pelepasan plasenta ⇒ pemasukan glukose ke neonatus berkurang ⇒ hipoglikemia 75% bayi dari ibu diabetes dan 25% bayi dari ibu menderitadiabetes selama kehamilan
Kadar glukose neonatus 40 mg/dl dianggap batas minimal : Lebih rendah dari 40 mg/dl ⇒ gangguan fungsi otak Otak bayi dapat menggunakan glukose pada kecepatan 4- 5 mg/100 gr berat otak/menit Otak neonatus cukup bulan beratnya 420 grpada bayi 3½ kg, memerlukan glukose dgn kecepatan 20 mg/menit
B. HIPERBILIRUBINEMIA Ikterus diawali pada usia2 minggu pertama pd 60% bayi cukup bulan & 80% bayi pre-term Ikterus terjadi karena akumulasi pigmen bilirubin yang larut lemak (indirek) Ikterus biasa mulai pada muka (5 mg/dl) Ikterus tengah abdomen (15 mg/dl) Ikterus telapak kaki (20 mg/dl)
Ikterus Fisiologis (Ikterus Neonatorum) Normal kadar bilirubin direk dalam serum tali pusat adalah 1-3 mg/dl. Kemudian naik dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl/24 jam Ikterus terlihat : Hal ini terjadi diduga karena :
Secara keseluruhan :
Faktor resiko untuk mengalami hiperbilirubinemia indirek adalah :
Hiperbilirubinemia indirek persisten sesudah 2 minggu, memberi kesan :
Penyebab ikterus diduga patologis bila :
Hemolisis diduga kuat
Pemeriksaan Ibu Hamil Kematian yang berhubungan langsung dengan kebidanan komplikasi obstetrik saat kehamilan, persalinan dan nifas, kesalahan tindakan–atau gabungan. Misalnya perdarahan, preeklampsia/eklampsia, infeksi, abortus, emboli air ketuban. Kematian yang tidak berhubungan langsung dengan kebidanan karena penyakit yang telah ada sebelumnya atau terjadi saat kehamilan yang tidak terkait dengan kehamilan, tetapi diperparah oleh efek fisiologis kehamilan. Misalnya: kehamilan dengan penyakit jantung, diabetes melitus, hipertensi kronis, kehamilan dengan infeksi.
Perdarahan
Manifestasi klinik kasus perdarahan, mulai dari perdarahan bercak, mengalir sampai timbulnya syok hipovolemia, Sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk: 1. Membantu diagnosis a) penurunan kadar hemoglobin yang diperiksa secara serial dapat membantu diagnosis kasus- kasus dengan perdarahan tersembunyi,seperti kehamilan ektopik dan solusio plasenta. b) Pemeriksaan uji pembekuan darah, untuk mengidentifikasi gangguan pembekuan darah pada kasus perdarahan postpartum.
2) membantu tata laksana pasien perdarahan pemeriksaan hemoglobin, golongan darah dan cross matched, untuk indikasi transfusi darah. 3) mengidentifikasi akibat yang ditimbulkan oleh perdarahan, gangguan elektrolit (pemeriksaan elektrolit), asidosis (AGDA), nekrosis tubular akut (fungsi ginjal) dan gangguan pembekuan darah (uji pembekuan darah).
b. Hipertensi dalam kehamilan (Preeklampsia/Eklampsia) Kasus preeklampsia/eklampsia dapat menjadi penyebab kematian saat kehamilan, persalinan maupun postpartum. Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk: 1) membantu diagnosis diperlukan pemeriksaan protein urin sebagai kriteria diagnostik untuk preeklampsia/eklampsia. 2) mengidentifikasi kelainan yang timbul akibat preeklampsia/eklampsia. 3) untuk membantu menentukan penanganan selanjutnya a) hemokonsentrasi Hb dan Hct), morfologi, fungsi ginjal, fungsi hati b) pemeriksaan jumlah trombosit, LDH dan AST untuk menentukan terjadinya sindroma HELLP.
c. Infeksi Kasus infeksi menjadi penyebab kematian pada kehamilan, persalinan dan nifas. Manifestasi klinis mulai dari cairan pervaginam yang berbau, demam, sampai sepsis dan syok septikemia. pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis infeksi, seperti C-Reaktif Protein, leukosit, trombosit, hemostasis, pewarnaan Gram, kultur dan uji resistensi, elektrolit dan AGD.
Kasus Yang Tidak Berhubungan Langsung Dengan Kebidanan a. Anemia b. Malaria c. Tuberkulosis d. HIV/AIDS e. Hepatitis f. Penyakit jantung g. Diabetes mellitus h. Hipertensi kronis i. Sifilis, GO, trikomoniasis, candidiasis, bakterial vaginosis j. APS (Antiphospholipid Sindrome) k. Hipertiroid l. Kurang Kalori Protein (KKP)
Perubahan Nilai Laboratorium Pada Ibu Hamil Disebabkan karena adanya perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia wanita hamil, sebagai adaptasi terhadap kehamilannya
Perubahan Nilai Laboratorium Akibat Perubahan Fisiologi Wanita Hamil
Perubahan Nilai Laboratorium Akibat Perubahan Fisiologi Wanita Hamil
Jenis Pemeriksaan Laboratorium Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Pemeriksaan Rutin 2.. Pemeriksaan Laboratorium rutin pada daerah/situasi tertentu
Jenis Pemeriksaan Laboratorium Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Pemeriksaan laboratorium rutin atas indikasi penyakit
Jenis Pemeriksaan Laboratorium Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas
Jenis Pemeriksaan Laboratorium Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas
Jenis Pemeriksaan Laboratorium Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Untuk pemeriksaan anti HIV harus menggunakan strategi III yaitu pemeriksaan menggunakan tiga reagen dengan sensitivitas dan spesifitas berbeda
Pemeriksaan Laboratorium Lansia Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi : a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia menjadi : a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun) b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun) c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65 tahun)
Pemeriksaan Laboratorium Pada Lansia Di Asia Tenggara proporsi lansia akan meningkat dari 5% pada tahun 1950 menjadi 11,5% pada tahun 2050 yang berarti terdapat peningkatan secara absolut sebesar 4 kali lipat laboratorium rutin yang perlu diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteksi gangguan kesehatan yang sering dijumpai pada pasien lansia.
Pemeriksaan Laboratorium Pada Lansia Jenis tes yang termasuk dalam panel ini : hematologi rutin, urin rutin, feses rutin, GDP, profil lipid, LFT, fungsi ginjal, fungsi tiroid dan Hemostasis Pemeriksaan hematologi rutin meliputi pemeriksaan Hb, Hct, jumlah leukosit, jumlah eritrosit, jumlah trombosit, Hjl LED Pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi kelainan seperti anemia, leukemia, inflamasi, dan infeksi
Pemeriksaan Laboratorium Pada Lansia Pemeriksaan urin rutin meliputi pemeriksaan kimiawi urin dan pemeriksaan sedimen urin. Pemeriksaan kimiawi meliputi protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen, berat jenis, pH, leukosit esterase, darah, nitrit dan keton Tujuan pemeriksaan ini untuk diagnosis kelainan di luar ginjal seperti kelainan metabolisme karbohidrat, fungsi hati, kelainan ginjal dan saluran kemih seperti infeksi traktus urinarius
Pemeriksaan sedimen urin Meliputi pemeriksaan unsur organik seperti epitel, leukosit,eritrosit, silinder, spermatozoa, parasit, bakteri, jamur dan unsur anorganik seperti zat amorf, kristal normal, dan kristal abnormal Tujuan pemeriksaan sedimen ini untuk mengidentifikasi/mendeteksi kelainan ginjal dan saluran kemih
Pemeriksaan sedimen urin Misalnya adanya leukosit yang banyak di dalam urin menandakan adanya infeksi atau radang pada ginjal dan atau saluran kemih. Adanya silinder leukosit menandakan adanya radang atau infeksi pada ginjal. Selain itu pemeriksaan sedimen dapat dipakai untuk memantau perjalanan penyakit ginjal dan saluran kemih setelah pengobatan.
Pemeriksaan feses Pemeriksaan feses rutin bertujuan untuk mengetahui adanya penyakit saluran pencernaan, penyebab anemia, infeksi parasit, ikterus, penyebab diare dan konstipasi
Pemeriksaan glukosa puasa Pemeriksaan glukosa puasa merupakan pemeriksaan kadar glukosa di tubuh setelah puasa (tidak ada asupan kalori) selama minimal 8 jam. Pemeriksaan ini bertujuan untuk pemeriksaan penyaring adanya diabetes melitus. Dalam keadaan normal kadarnya kurang dari 110 mg/dL.
Pemeriksaan profi lipid Pemeriksaan profil lipid meliputi pemeriksaan kolesterol total, kolesterol low density lipoprotein (LDL), kolesterol high density lipoprotein (HDL), trigliserida. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui adanya dislipidemia yang berhubungan dengan adanya penyakit jantung koroner.
Nilai rujukan profil lipid
Pemeriksaan fungsi hati Pemeriksaan fungsi hati meliputi pemeriksaan bilirubin total, bilirubin direk, serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT), serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT), gamma glutamyl transpepetidase (γ GT), alkali fosfatase, total protein, albumin, globulin, lactic dehidrogenase (LDH). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan pada hati maupun saluran empedu
Pemeriksaan fungsi ginjal tiroid Pemeriksaan fungsi ginjal meliputi pemeriksaan ureum, kreatinin, dan cystatin C. pemeriksaan ini bertujuan mengetahui kelainan pada ginjal Pemeriksaan fungsi tiroid meliputi pemeriksaan thyroid stimulating hormone sensitive (TSHs) dan free thyroxine 4 (FT4) sebagai pemeriksaan penyaring untuk mengetahui kelainan kelenjar tiroid
PEMERIKSAAN LABORATORIUM KHUSUS
Panel pemeriksaan lansia dengan diabetes melitus / sindroma metabolik Tujuan dari panel ini adalah untuk mendeteksi faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi DM, agar dapat segera ditangani sehingga pasien dapat tetap hidup normal.(7) Pemeriksaan yang terdapat pada panel ini meliputi pemeriksaan hemoglobin glikosilasi (HbA1c), high sensitive C reactive protein (hs-CRP), status antioksidan total, profil lipid dan apo B. Pemeriksaan HbA1c penting untuk pemantauan pengendalian kadar glukosa darah dan untuk menilai keberhasilan pengobatan /terapi, dengan sasaran akhir untuk mencegah komplikasi
Faktor risiko dan penyakit degeneratif