Pemeriksaan Laboratorium Pada Anak, Orang Tua dan Ibu Hamil

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
Advertisements

DR. RINI RAHMAWATI KADIR, M.KES
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI RUMAH SAKIT Sekilas tentang Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit dan Metode Pelatihan.
Diabetes Melitus Suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan.
Oleh: Noeroel Widajati.  Alat yg dapat digunakan untuk melakukan pengukuran kimia darah dengan cara cepat, mudah, dan akurat  Menggunakan reaksi kimia.
Gangguan sistem Reproduksi
Penyakit-penyakit pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Diagnostik Sistem Kardiovaskuler
PATOFISIOLOGI DIABETES MELITUS
GLOMERULONEFRITIS AKUT POST STREPTOKOKUS
Pemeriksaan Diagnostik Sistem Kardiovaskuler
PEMERIKSAAN KESEHATAN JAMAAH HAJI
PROGRAM KIA Kesehatan Ibu dan Anak.
Dr. Razia Begum Suroyo, M.Sc. M.kes
Wahai Penggemar Makan Enak, Awasi Ginjalmu!
Penatalaksanaan diet PENDERITA CHF fc II ec HHD dd/CAD, AKI dd ACUTE CKD, dan DM TIPE II di Rs. UMUM TANGERANG Oleh: Siti Fatimah
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS
DIABETES MELLITUS “The Best Prescription is Knowledge"
Asrina rahman
PENYAKIT GINJAL Kelompok 10 : Nisatin Asila (D )
Kehamilan disertai penyakit
Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan.
Diabetes Melitus Gestasional
Kehamilan dengan infeksi (rubella dan hepatitis)
Hepar dan Siklus Enterohepatika
ILMU GIZI GIZI PADA IBU HAMIL DAN KOMPLIKASI KEHAMILAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS BAYI DAN BALITA DENGAN PENYAKIT GINJAL YANG DIDERITA IBU SELAMA KEHAMILAN OLEH KELOMPOK 11: DEWI WIJAYA GULO ILUSI CERIA.
Gizi pada ibu hamil & komplikasinya
NAMA : OSHI ANDILA NIM : TINGKAT : 1 B
BERAT DAN INDEKS MASA TUBUH
Kelompok 5.
SARIYANTI PUTRI AGUSTINA
Pemeriksaan kimia darah
KARAKTERISTIK PENYAKIT PADA LANSIA
R Corneawaty Chanira I B
JUVENILE DIABETES By Ninis Indriani.
NAMA : SYUKRIA ANGELA RESHA TINGKAT : II B NIM :
Penyakit yang menyertai kehamilan dan persalinan
Tentang materi : ‘ALBUMIN’
DIABETES MELLITUS “The Best Prescription is Knowledge"
SEPSIS NEONATORUM.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR
Metabolisme BILIRUBIN
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
Wahyu Siswandari Bagian Patologi Klinik PPD UNSOED
DIABETES MELITUS Oleh Firda ayuningtyas Farhaniatullael F.S
ASUHAN KEPERAWATAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)
NURUL HIDAYAH .A FARMASI A.
Asuhan Keperawatan Pada Ibu dengan Hipertensi dalam Kehamilan di RSUD Tarakan Kelompok 25 & 26.
PANEL HATI PARAHITA
Diabetes Melitus Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemi yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin.
Nama: Franciska Danik Sandrayanti NPM:
GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 13.
Kehamilan Beresiko.
Hati (hepar) Merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia (2 kg) yang terletak di rongga perut sabelah kanan di bawah diafragma.
HIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS. IKTERUS Jaundice/ikterus : pewarnaan kuning pada kulit, sklera, atau membran mukosa akibat penumpukan bilirubin yang.
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium ( HB, Protein, Glukosa) 1b.f/askeb1/2010.
OLEH : FAIK AGIWAHYUANTO, S.Kep., M.KES
DR. FARAH m. RIDWAN, SP.PD (promosi kesehatan 24 mei 2017)
SINDROM NEFROTIK Oleh: Aidan.
TINJAUAN MEDIS PUASA TERHADAP BEBERAPA PENYAKIT
PENYAKIT DEGENERATIF. Apa itu PENYAKIT DEGENERATIF?  Merupakan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan.
Pemeriksaan laboratorium penyakit endokrin metabolik
PENGARUH SUHU PADA PREPARASI SAMPEL TERHADAP KADAR BILIRUBIN TOTAL DAN BILIRUBIN DIREK METODE FOTOMETRI MENGUNAKAN 2,4-DICHLOROANILINE (DCA) PROPOSAL PENELITIAN.
TUGAS PATOFISIOLOGI (DIABETES MELITUS) OLEH: NAMA : SOFIA NOFIANTI BP : KELAS : VII c DOSEN PEMBIMBING : Dr. SUHATRI, MS, APT.
Kehamilan di sertai penyakit rubella dan hepatitis
ASUHAN KEBIDANAN LANJUTAN II
CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM
RUPTURA SINUS MARGINALIS
Transcript presentasi:

Pemeriksaan Laboratorium Pada Anak, Orang Tua dan Ibu Hamil Riat El Khair

Anemia Pada Anak Anemia adalah keadaan penurunan massa eritrosit / konsentrasi hemoglobin sehingga menyebabkan turunnya kapasitas darah untuk mengangkut oksigen Penyebabnya dibagi menjadi tiga : 1. kehilangan darah 2. peningkatan destruksi eritrosit, atau 3. penurunan produksi eritrosit Anemia biasanya bukan merupakan diagnosis akhir, tetapi merupakan gejala penyakit yang mendasari

Anemia pada Neonatus Anemia neonatus terjadi selama usia 0-28 hari. Anemia jika Hb 2 SD bawah rerata konsentrasi Hb sesuai usia anak. Anemia pada neonatus dapat dikelompokkan menjadi 2 : fisiologis dan non-fisiologis. Pada bayi aterm sehat, kadar Hb menetap sampai usia 3 minggu, kemudian turun mencapai kadar terendah hingga 11 g/dL pada usia 8-12 minggu

A. NEONATUS & IBU DIABETES Pengendalian DM denan insulin → kenaikan wanita DM yang bertahan hidup & melahirkan anak Karakteristik bayi : - Besar - Makrosomia - Morbiditas tinggi - Mortalitas tinggi, lebih 5X ibu non DM

Patofisiologi

Ambilan glukose hepatik meningkat, sintesis glikogen meningkat, lipogenesis dan sintesis protein diperbesar Hipertropi & hiperplasia P.P langerhans Penambahan berat plasenta & organ bayi kecuali otak Hipertropi miokardium Penambahan jumlah sitoplasma dalam selhati

Hiperinsulinisme ⇒ Asidosis janin ⇒ angka lahir meninggal meningkat Pelepasan plasenta ⇒ pemasukan glukose ke neonatus berkurang ⇒ hipoglikemia 75% bayi dari ibu diabetes dan 25% bayi dari ibu menderitadiabetes selama kehamilan

Kadar glukose neonatus 40 mg/dl dianggap batas minimal : Lebih rendah dari 40 mg/dl ⇒ gangguan fungsi otak Otak bayi dapat menggunakan glukose pada kecepatan 4- 5 mg/100 gr berat otak/menit Otak neonatus cukup bulan beratnya 420 grpada bayi 3½ kg, memerlukan glukose dgn kecepatan 20 mg/menit

B. HIPERBILIRUBINEMIA Ikterus diawali pada usia2 minggu pertama pd 60% bayi cukup bulan & 80% bayi pre-term Ikterus terjadi karena akumulasi pigmen bilirubin yang larut lemak (indirek) Ikterus biasa mulai pada muka (5 mg/dl) Ikterus tengah abdomen (15 mg/dl) Ikterus telapak kaki (20 mg/dl)

Ikterus Fisiologis (Ikterus Neonatorum) Normal kadar bilirubin direk dalam serum tali pusat adalah 1-3 mg/dl. Kemudian naik dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl/24 jam Ikterus terlihat : Hal ini terjadi diduga karena :

Secara keseluruhan :

Faktor resiko untuk mengalami hiperbilirubinemia indirek adalah :

Hiperbilirubinemia indirek persisten sesudah 2 minggu, memberi kesan :

Penyebab ikterus diduga patologis bila :

Hemolisis diduga kuat

Pemeriksaan Ibu Hamil Kematian yang berhubungan langsung dengan kebidanan komplikasi obstetrik saat kehamilan, persalinan dan nifas, kesalahan tindakan–atau gabungan. Misalnya perdarahan, preeklampsia/eklampsia, infeksi, abortus, emboli air ketuban. Kematian yang tidak berhubungan langsung dengan kebidanan karena penyakit yang telah ada sebelumnya atau terjadi saat kehamilan yang tidak terkait dengan kehamilan, tetapi diperparah oleh efek fisiologis kehamilan. Misalnya: kehamilan dengan penyakit jantung, diabetes melitus, hipertensi kronis, kehamilan dengan infeksi.

Perdarahan

Manifestasi klinik kasus perdarahan, mulai dari perdarahan bercak, mengalir sampai timbulnya syok hipovolemia, Sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk: 1. Membantu diagnosis a) penurunan kadar hemoglobin yang diperiksa secara serial dapat membantu diagnosis kasus- kasus dengan perdarahan tersembunyi,seperti kehamilan ektopik dan solusio plasenta. b) Pemeriksaan uji pembekuan darah, untuk mengidentifikasi gangguan pembekuan darah pada kasus perdarahan postpartum.

2) membantu tata laksana pasien perdarahan pemeriksaan hemoglobin, golongan darah dan cross matched, untuk indikasi transfusi darah. 3) mengidentifikasi akibat yang ditimbulkan oleh perdarahan, gangguan elektrolit (pemeriksaan elektrolit), asidosis (AGDA), nekrosis tubular akut (fungsi ginjal) dan gangguan pembekuan darah (uji pembekuan darah).

b. Hipertensi dalam kehamilan (Preeklampsia/Eklampsia) Kasus preeklampsia/eklampsia dapat menjadi penyebab kematian saat kehamilan, persalinan maupun postpartum. Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk: 1) membantu diagnosis diperlukan pemeriksaan protein urin sebagai kriteria diagnostik untuk preeklampsia/eklampsia. 2) mengidentifikasi kelainan yang timbul akibat preeklampsia/eklampsia. 3) untuk membantu menentukan penanganan selanjutnya a) hemokonsentrasi Hb dan Hct), morfologi, fungsi ginjal, fungsi hati b) pemeriksaan jumlah trombosit, LDH dan AST untuk menentukan terjadinya sindroma HELLP.

c. Infeksi Kasus infeksi menjadi penyebab kematian pada kehamilan, persalinan dan nifas. Manifestasi klinis mulai dari cairan pervaginam yang berbau, demam, sampai sepsis dan syok septikemia. pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis infeksi, seperti C-Reaktif Protein, leukosit, trombosit, hemostasis, pewarnaan Gram, kultur dan uji resistensi, elektrolit dan AGD.

Kasus Yang Tidak Berhubungan Langsung Dengan Kebidanan a. Anemia b. Malaria c. Tuberkulosis d. HIV/AIDS e. Hepatitis f. Penyakit jantung g. Diabetes mellitus h. Hipertensi kronis i. Sifilis, GO, trikomoniasis, candidiasis, bakterial vaginosis j. APS (Antiphospholipid Sindrome) k. Hipertiroid l. Kurang Kalori Protein (KKP)

Perubahan Nilai Laboratorium Pada Ibu Hamil Disebabkan karena adanya perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia wanita hamil, sebagai adaptasi terhadap kehamilannya

Perubahan Nilai Laboratorium Akibat Perubahan Fisiologi Wanita Hamil

Perubahan Nilai Laboratorium Akibat Perubahan Fisiologi Wanita Hamil

Jenis Pemeriksaan Laboratorium Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Pemeriksaan Rutin 2.. Pemeriksaan Laboratorium rutin pada daerah/situasi tertentu

Jenis Pemeriksaan Laboratorium Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Pemeriksaan laboratorium rutin atas indikasi penyakit

Jenis Pemeriksaan Laboratorium Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas

Jenis Pemeriksaan Laboratorium Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas

Jenis Pemeriksaan Laboratorium Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Untuk pemeriksaan anti HIV harus menggunakan strategi III yaitu pemeriksaan menggunakan tiga reagen dengan sensitivitas dan spesifitas berbeda

Pemeriksaan Laboratorium Lansia Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi : a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia menjadi : a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun) b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun) c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65 tahun)

Pemeriksaan Laboratorium Pada Lansia Di Asia Tenggara proporsi lansia akan meningkat dari 5% pada tahun 1950 menjadi 11,5% pada tahun 2050 yang berarti terdapat peningkatan secara absolut sebesar 4 kali lipat laboratorium rutin yang perlu diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteksi gangguan kesehatan yang sering dijumpai pada pasien lansia.

Pemeriksaan Laboratorium Pada Lansia Jenis tes yang termasuk dalam panel ini : hematologi rutin, urin rutin, feses rutin, GDP, profil lipid, LFT, fungsi ginjal, fungsi tiroid dan Hemostasis Pemeriksaan hematologi rutin meliputi pemeriksaan Hb, Hct, jumlah leukosit, jumlah eritrosit, jumlah trombosit, Hjl LED Pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi kelainan seperti anemia, leukemia, inflamasi, dan infeksi

Pemeriksaan Laboratorium Pada Lansia Pemeriksaan urin rutin meliputi pemeriksaan kimiawi urin dan pemeriksaan sedimen urin. Pemeriksaan kimiawi meliputi protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen, berat jenis, pH, leukosit esterase, darah, nitrit dan keton Tujuan pemeriksaan ini untuk diagnosis kelainan di luar ginjal seperti kelainan metabolisme karbohidrat, fungsi hati, kelainan ginjal dan saluran kemih seperti infeksi traktus urinarius

Pemeriksaan sedimen urin Meliputi pemeriksaan unsur organik seperti epitel, leukosit,eritrosit, silinder, spermatozoa, parasit, bakteri, jamur dan unsur anorganik seperti zat amorf, kristal normal, dan kristal abnormal Tujuan pemeriksaan sedimen ini untuk mengidentifikasi/mendeteksi kelainan ginjal dan saluran kemih

Pemeriksaan sedimen urin Misalnya adanya leukosit yang banyak di dalam urin menandakan adanya infeksi atau radang pada ginjal dan atau saluran kemih. Adanya silinder leukosit menandakan adanya radang atau infeksi pada ginjal. Selain itu pemeriksaan sedimen dapat dipakai untuk memantau perjalanan penyakit ginjal dan saluran kemih setelah pengobatan.

Pemeriksaan feses Pemeriksaan feses rutin bertujuan untuk mengetahui adanya penyakit saluran pencernaan, penyebab anemia, infeksi parasit, ikterus, penyebab diare dan konstipasi

Pemeriksaan glukosa puasa Pemeriksaan glukosa puasa merupakan pemeriksaan kadar glukosa di tubuh setelah puasa (tidak ada asupan kalori) selama minimal 8 jam. Pemeriksaan ini bertujuan untuk pemeriksaan penyaring adanya diabetes melitus. Dalam keadaan normal kadarnya kurang dari 110 mg/dL.

Pemeriksaan profi lipid Pemeriksaan profil lipid meliputi pemeriksaan kolesterol total, kolesterol low density lipoprotein (LDL), kolesterol high density lipoprotein (HDL), trigliserida. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui adanya dislipidemia yang berhubungan dengan adanya penyakit jantung koroner.

Nilai rujukan profil lipid

Pemeriksaan fungsi hati Pemeriksaan fungsi hati meliputi pemeriksaan bilirubin total, bilirubin direk, serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT), serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT), gamma glutamyl transpepetidase (γ GT), alkali fosfatase, total protein, albumin, globulin, lactic dehidrogenase (LDH). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan pada hati maupun saluran empedu

Pemeriksaan fungsi ginjal tiroid Pemeriksaan fungsi ginjal meliputi pemeriksaan ureum, kreatinin, dan cystatin C. pemeriksaan ini bertujuan mengetahui kelainan pada ginjal Pemeriksaan fungsi tiroid meliputi pemeriksaan thyroid stimulating hormone sensitive (TSHs) dan free thyroxine 4 (FT4) sebagai pemeriksaan penyaring untuk mengetahui kelainan kelenjar tiroid

PEMERIKSAAN LABORATORIUM KHUSUS

Panel pemeriksaan lansia dengan diabetes melitus / sindroma metabolik Tujuan dari panel ini adalah untuk mendeteksi faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi DM, agar dapat segera ditangani sehingga pasien dapat tetap hidup normal.(7) Pemeriksaan yang terdapat pada panel ini meliputi pemeriksaan hemoglobin glikosilasi (HbA1c), high sensitive C reactive protein (hs-CRP), status antioksidan total, profil lipid dan apo B. Pemeriksaan HbA1c penting untuk pemantauan pengendalian kadar glukosa darah dan untuk menilai keberhasilan pengobatan /terapi, dengan sasaran akhir untuk mencegah komplikasi

Faktor risiko dan penyakit degeneratif