THE IMPLEMENTATION OF EDUPRENEURSHIP BASED ON LOCAL WISDOM IN PRIMARY SCHOOL AS AN EFFORT TO PREPARE INDONESIAN GOLDEN ERA
Edupreneurship berdasarkan kearifan lokal dianggap sebagai solusi bagi menjawab tantangan global di sekolah dasar untuk mempersiapkan generasi emas. Konsep ini diharapkan membentuk karakter yang produktif, mampu menciptakan peluang, suka menantang, mandiri, dan memiliki semangat pantang menyerah sebagai pengusaha. Secara teoritis hanya ada sedikit sumber yang meneliti konsep ini, praktis sudah mulai diimplementasikan di Laboratorium Percontohan Sekolah Dasar UPI Tasikmalaya sebagai salah satu pusat pengajaran di Tasikmalaya. Oleh karena itu, peneliti mencoba menilai perkembangan dan bentuk menerapkan konsep ini melalui penelitian kualitatif deskriptif
PENGEMBANGAN EDUPRENEURSHIP BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI SEKOLAH DASAR Implementasi edupreneurship berdasarkan kearifan lokal di sekolah dasar dipertimbangkansebagai upaya mempersiapkan generasi emas Indonesia. Edupreneurship berdasarkan kearifan lokal tersebutdiharapkan dapat membentuk kamenantang, mandiri, dan memiliki karakter yang kuat untuk tidak pernah menyerah pada kegagalan yang biasanyadihadapi oleh kewirausahaan kearifan lokal rakter siswa agar lebih produktif, mampu menciptakan peluang,
PENERAPAN Implementasi Edupreneurship berbasis Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Kurikulum Implementasi Edupreneurship Berbasis Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Cocurricular Implementasi Edupreneurship berbasis Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Ekstrakurikuler Implementasi Edupreneurship berdasarkan Kearifan Lokal dalam Tampilan Ruang Sekolah
PENDUKUNG KE-1 Akademisi Akademisi di sekolah dasar terdiri dari guru, kepala sekolah, dan komite sekolah dan dewan pendidikan. Setiap akademisi diharapkan dapat mengaktualisasikan potensi mereka dan kompetensi untuk mencapai Edupreneurship berdasarkan kearifan lokal sesuai dengan standar guru dan pendidikan dinyatakan dalam UU No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, PPNo.19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional, Permen No. 13 Tahun 2007 TentangStandar untuk Sekolah, dan Permen No. 16 Tahun 2001 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Upaya nyata yang bisa dilakukan oleh sivitas akademika dalam mewujudkan konsep ini adalah dengan melakukan Tim Pengembangan Kurikulum (TPK), yang terdiri dari guru, kepala sekolah,komite sekolah, dan pakar pendidikan lainnya (pengawas / dosen / tim kurikulumahli). Kemudian TPK mulai merancang / merevitalisasi dan mengintegrasikan edupreneur-ship lokalkarakter kebijaksanaan dengan kurikulum (Buku 1 atau Dokumen 1).
PENDUKUNG KE-2 Pengusaha Peran pengusaha untuk melatih keterampilan kewirausahaan kepada siswa dan menceritakan pengalaman mereka sebagai seorang pengusaha. Sehingga siswa dapat secara langsung mempelajari nilai-nilai menjadi wirausaha sejati. Konsep ini dapat dilakukan melalui metode pengajaran kolaboratif, sehingga bisnis dapat diajarkan secara langsung di kelas. Kegiatan ini dapat diintegrasikan dalam program pengembangan diri di sekolah, sehingga pelaksanaannya ada dalam agenda seminggu sekali /satu bulan, tetapi bisa juga insidental disesuaikan dengan keadaan sekolah.
PENDUKUNG KE-3 Pemerintah sebagai pemegang peraturan dan pembuat kebijakan harus berkontribusi pada Implementasi Edupreneurship berdasarkan kearifan lokal di sekolah dasar, upaya konkret yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan konsep ini adalah: 1)Optimalisasi Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah.Mengoptimalkan standar konten yang dinyatakan dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 untuk KTSP dan permendikbud No. 22 Tahun 2016 untuk K13 harus dilakukan oleh semua institusi 2)Mengeluarkan Edaran sebagai 3)Mengadakan Simposium, Seminar, atau Workshop
KESIMPULAN Edupreneurship berdasarkan kearifan lokal adalah konsep baru. Secara teoritis hanya ada sedikit sejumlah sumber yang meneliti konsep ini, praktis mulai diimplementasikan dalam Laboratorium Percontohan Sekolah Dasar UPI Tasikmalaya sebagai sekolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai lokal kebijaksanaan dalam menjalankan pengembangan pembelajaran. Konsep ini membutuhkan sinergis kolektif upaya dari semua pemegang saham. Triple Helix ABG (Akademisi, Pengusaha, dan Pemerintah) Pendekatan ini diyakini sebagai pendekatan yang mampu mengimplementasikan ide ini dengan mengoptimalkan peran akademisi, pengusaha, dan pemerintah. Tiga-helix adalah faktor utama lahirnya kreativitas, ide, sains, dan teknologi yang sangat vital dalam Implementasi edupreneurship berdasarkan kearifan lokal di sekolah dasar. Hubungan dekat, saling mendukung, dan mutualisme simbiotik antara ketiga aktor akan menentukan integritas sekolah dalam persiapan Generasi emas Indonesia.