IMUNISASI KHULUL AZMI
Imunisasi dan Vaksinasi Suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Tujuannya : untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen sehingga kelak tubuh terapajan pada antigen serupa tidak terjadi penyakit Mencegah penyakit pada seseorang dan menghilangkan penyakit apada sekelompok populasi atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia (Imunisasi Cacar)
Vaksinasi : Pemberian Vaksin (Antigen) yang dapat merangsang pembentukan Imunitas (antibodi) dari sistem imun didalam tubuh Vaksinasi adl: tindakan dengan sengaja memberikan suatu antigen berasal dari patogin.Antigen yg dibuat tidak menimbulkan sakit tapi memproduksi limfosit yg peka, Antibodi dan sel memori secara pasif kekebalan
Dilihat dr cara timbulnya: 2 jenis kekebalan IMUNISASI Dilihat dr cara timbulnya: 2 jenis kekebalan Kekebalan aktif Kekebalan pasif
Kekebalan Aktif : kekebalan yg dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan antigen spt Imunisasi atau terpajan secara alamiah. Kekebalan Aktif biasanya berlangsung lebih lama kerena adanya memori imunologi
Kekebalan Pasif adalah kekebalan yang diperoleh dr luar tubuh bukan dibuat individu. Contoh kekebalan pd janin yg diperoleh dr ibunya atau kekebalan setelah pemberian suntikan imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG misalnya hanya 28 hari sedangkan waktu paruh imunoglobulin lain lebih pendek
Vaksin : Adl mikroorganisme atau toksoid yg dirubah sedemikian rupa sehingga patogenesitas dan toksisitasnya hilang tp masih mengandung anti genesitas Faktor Kualitas dan kuantits vaksin dapat menentukan keberhasilan Vaksinasi seperti : cara pemberian, dosis, frekuensi pemberian ajuvan yg dipergunakan dan jenis Vaksin
Tujuan Umum Imunisasi Menurunkan kesakitan & kematian akibat Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Dosis yg terlalu tinggi meghambat respon Imun Cara Pemberian Vaksin Dosis vaksin yg terlalu tinggi atau rendah akan mempengaruhi respon imun yg terjadi. Dosis yg terlalu tinggi meghambat respon Imun Dosis terlalu rendah tidak merangsang sel-sel imunokompeten Dosis yg TEPAT dapat diketahui dari hasil uji klinis karena itu dosis Vaksin harus sesuai dengan dosis yg direkomendasikan
Cara pemberian vaksin Polio Oral (OPV) akan menimbulkan imunitas lokal selain sistemik, sedangkan Vaksin Polio Parenteral (IPV) imunitas sistemik saja Frekuensi dan jarak pemberian juga mempengaruhi respon imun yg terjadi antigen yg masuk akan segera dinetralkan antibodi spesifik shg tidak sempat merangsang sel imunokompeten tjd Arthus bengkak didaerah penyuntikan. Pemberian ulang (booster) sebaiknya mengikuti aturan sesuai uji hasil klinis
Lumpuh Layu akut Pada anak berumur< 15 thn POLIO Gejala: Lumpuh Layu akut Pada anak berumur< 15 thn Demam dan nyeri otot Kematian bisa terjadi karena kelumpuhan otot pernapasan
CARA PENULARAN Virus masuk kedalam tubuh mns hanya lewat satu2nya pintu masuk yaitu mulut. Secara lgs mell kontak yang sgt dekat (close interhuman) yaitu mell udara (airborne) Melalui kontaminasi sal pencernaan ( paling srg terj). Virus dari oropharynx atau dari tinja disebarkan lewat jari2 tangan yang terkontaminasi. Anak2 merupakan sumber penularan utama kepada seluruh anggota keluarga. Bl sdh beredar ddlm lingk spt ini, maka virus biasanya dpt ditemukan pd sampah, air yg digunakan sbg sumber air minum, mandi atau irigasi.
Tinja Manusia Dalam sampah air tercemar , Tangan tanpa cuci tangan Melalui udara Masuk ke Oropharyx usus manusia Melalui aliran darah ke SSP CACAT PERMANEN ASIMETRIS TUNGKAI BAWAH LUMPUH DAN SUSAH BERGERAK
Cara pemberian Polio oral/suntik
Jenis Vaksin Vaksin dibagi 2 jenis yaitu 1. Live Attenuated atau virus hidup yg dilemahkan diprodukdi di lab dg memodifikasi virus atau bakteri penyebab penyakit. Vaksin yg dihasilkan masih memiliki kemampuan tumbuh lebih banyak (replikasi) dan menimbulkan kekebalan tetapi tidak menyebabkan penyakit
2. Inactivated Adalh (bakteri, virus atau komponennya dibuat tidak aktif atau dimatikan Bakteri : pertusis, tipoid, kolera Virus : influensa, polio, rabies, hepatitis A Toksoid : difteri, tetanus Vaksin : hepatitis B, pertusis Polisakarida : pnemokokus, Hib
Jenis vaksin hidup akan menimbulkan respon imun lebih baik dr pada vaksin mati atau yg diinaktifasi (killed atau inactifeted) Vaksin hidup diperoleh dengan cara Atenuasi Tujuan Atenuasi u menghasilkan organisme yg dapat menimbulkan penyakit yg sangat ringan. Atenuasi diperoleh dg memodifikasi kondisi tempat tumbuh microorganisme, misalnya suhu yg tinggi atu rendah, kndisi anaerob atau menambah empedu pada media kultur (vaksin BCG)
Hepatitis B Demam, lemah, nafsu makan menurun Gejala : Demam, lemah, nafsu makan menurun Warna urine seperti teh pekat, kotoran menjadi pucat ( dempul ). Warna kuning bisa terlihat pula pada mata ataupun kulit.
Suntikan Polio dan HB
CAMPAK Gejala : Demam, Bercak kemerahan , Batuk, pilek, Conjunctivitis (mata merah) Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ketubuh dan tangan serta kaki.
Gejala Campak Hari 1-3 Panas makin hari makin panas Mata merah dan sakit bila kena cahaya Aanak pilek
Hari 3- 4 : Panas agak turun Timbul bercak-bercak merah pada kulit dimulai dibelakang telinga menjalar ke muka Mata bengkak terdapat cairan kuning kental Seluruh tubuh terlihat bercak-bercak kemerahan.
Hari 4 – 7 : Bercak berubah menjadi kehitaman dan mulai mengering Selanjutnya mengelupas secara berangsur-angsur Akhirnya kulit kembali seperti semula tanpa menimbulkan bekas
Pemberian suntikan Campak
TETANUS Gejala : disertai kaku pada leher, Kesulitan menelan, Kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, Kesulitan menelan, Kaku otot perut, Berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat juga gejala tiba – tiba berhenti menetek (sucking) antara 3 s/d 28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.
PERTUSIS Gejala : Pilek, Mata merah, Bersin, Demam dan kadang menggigil Batuk yang ringan yang lama-kelamaan menjadi batuk lama ( 100 Hari )
DIFTERI Infeksi mendadak Kuman Corynebacterium diphteriae mudah menular Mengenai traktus respiratorium atas Membentuk Pseudomembran Eksotosin
DIFTERI Daya tular tinggi Disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae Sumber infeksi hanya manusia Ditularkan melalui aspirasi napas atau bahan eksudat dari lesi di kulit Penyakit jalan napas atas Mortalitas tingi pada anak/manula Corynebacterium diphtheriae Gram positif-non spora forming 3 colony types mitis-intermedius, gravis
GEJALA Radang,tenggorokan, Hilang nafsu makan Demam ringan Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru – biruan(pseudomembran ) pada tenggorokan dan tonsil
Penyakit no1 dari golongan penyakit infeksi. TBC Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan Penyakit no1 dari golongan penyakit infeksi. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TBC paru BTA positif. Penyakit TBC menyerang sebagian besar (75 %) kelompok usia kerja produktif (umur 15 -60 tahun) dan golongan ekonomi lemah. Awal tertular tidak dirasakan , bahkan sejak kecil , usia sekolah Merupakan penyakit dampak lingkungan
Definisi Melalui udara dari percikan air liur yang Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi : Mycobacterium tuberculosis complex Cara Penularan Melalui udara dari percikan air liur yang terinfeksi kuman ( droplet infection ) bicara 0 – 210 partikel batuk 0 – 3.500 partikel bersin 4.500 – 1.000.000 partikel
EPIDEMIOLOGI Droplet berisi M. tbc (batuk, bersin) M. Tbc infeksius tetap berada di lingkungan yang gelap dan lembab (bbrp jam – bulan) Droplet tetap berada di udara (1-2 jam) Disterilkan oleh sinar matahari atau terpecah oleh hembusan angin
- Berkeringat pada malam hari - Batuk terus menerus - Nyeri dada Gejala: - Badan lemah - Berat badan menurun - Demam - Berkeringat pada malam hari - Batuk terus menerus - Nyeri dada - Kadang – kadang batuk darah PENCEGAHAN : Imunisasi BCG usia bayi
Suntikan DPT
Introduksi Vaksin Pentavalent (DPT/HB/Hib) Rencana jangka panjang program imunisasi untuk tahun 2010 - 2014 (Multi Year Plan) menetapkan bahwa introduksi vaksin kombinasi DPT/HB/Hib dan imunisasi lanjutan pada anak batita akan diimplementasikan secara bertahap. Tahap I : bulan Juli 2013 di 4 provinsi yaitu Jawa Barat, DIY, Bali dan NTB. Tahap II : bulan Maret 2014 di 10 provinsi : DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jambi, Lampung, dan Sulawesi Selatan, serta Provinsi yang telah melakukan Tahun 2013 Tahap III: bulan Juli 2015 yang meliputi seluruh provinsi di Indonesia.
Sasaran Pentavalen Sasaran imunisasi pentavalen adalah bayi dan batita Usia sasaran bayi : 2,3, dan 4 bulan Usia sasaran batita : 18-20 bulan Pemberian pada bayi bersamaan dengan IPV1, IPV2 dan IPV 3 Untuk Batita umur 24-26 bulan diimunisasi campak
Imunisasi Dasar Lengkap Anak < 1 Tahun Heb B / (HB) O VAKSIN GRATIS BCG DPT/HB/Hib 1 IPV 1 DPT/HB/Hib 2 IPV 2 0-7 hr DPT/HB/Hib 3 IPV 3 CAMPAK 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 9 Bulan 4 Bulan
Imunisasi BATITA (tambahan) Anak > 1 Tahun booster pertama Pendekatannya: Melalui Posyandu Melalui PAUD Imunisasi lanjutan DPT/HB/Hib CAMPAK VAKSIN GRATIS 18 Bulan 24 Bulan
Imunisasi Tambahan MMR (Mumps Measles Rubella= campak, gondong dan rubella) anak lebih dr 1 tahun, Rubella : ibu hamil Hib (Haemophilus influensa tipe B) 1 tahun stl stk trakhir DPT&Polio 4 : 18 bulan, yg ke 5 usia 5 tahun Demam tifoid 2 tahun diulang stiap 5 tahun Hepatitis A : 2 thn diulang 2x interval 6-12 bulan Varicela : umur 10 thn TetravalenIyophilized purified polysaccarides (meningitis) : 2 tahun atau lebih Yellow fever ; bayi >6 bln dg perjaln ke LN TT : menjelang pubertas (caten) dan saat hamil25 th
Imunisasi pasif Adl pemberian antibodi dengan tujuan memberikan pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi tertentu Transfer imun bersifat sementara (mis imunoglobulin G yg disalurkan dr ibu ke bayi) Mcam : HepatitisB, CMV, Rabies, Varicela/zoster Indikasi : - Defisiensi sintesis antibodi - Seorang yg rentan terhadap penyakit tertentu - Sbg Terapi u menekan efek toksin
Pengelolaan Vaksin Pentavalen Vaccines Freeze sensitive : Hep B freezes at - 0.5° C DTP at - 2.5 °C Vaksin lebih bermasalah terpapar dingin (beku) dari pada paparan panas Semua vaksin yang ada komponen”T”: DTP, DT, DTP/HB/HiB, HepaTiTis B dan diluenT (pelarut) adalah sensitive terhadap pembekuan (suhu dingin) Semua vaksin harus disimpan pada suhu 2-8°
Penggolongan berdasarkan sensitivitas thd suhu FS (Freeze Sensitive) tidak tahan beku Gol. vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin <00C (beku) Hepatitis B Td DPT-HB DPT-HB-Hib IPV DT TT HS (Heat Sensitive) tidak tahan panas Gol. vaksin yang akan rusak terhadap paparan panas yang berlebih (>340C) BCG POLIO Oral (OPV) CAMPAK
Masa Simpan Vaksin FS HS VAKSIN SUHU PENYIMPANAN UMUR VAKSIN HEP. B +20C s/d +80C 26 bulan DPT/HB DPT/HB/Hib 2 tahun Td 3 tahun DT TT IPV HS BCG +20C s/d +80C atau -150C s/d -250C 1 tahun POLIO 6 bulan CAMPAK Pelarut BCG +20C s/d suhu kamar 5 tahun Pelarut Campak
KIPI/RSI KIPI Adalah Kejadian Ikutan Paska Imunisasi RSI adalah Reaksi samping Imunisasi BERUPA KIPI RINGAN :Panas ,bercak, peradangan setempat , abses steril KIPI SEDANG ;shock, kejang demam, limphadenitis, artritis (1,4 %) KIPI BERAT : Kelumpuhan , encepalopati, trhombositopenia , meninggal (0,01 %)
Klasifikasi KIPI 1. Kesalahan Program 2. Reaksi Suntikan 3. Reaksi Vaksin 4. Koinsiden 5. Sebab tidak diketahui
1. Kesalahan Program (penyimpanan, pengelolaan, tata laksana pemberian vaksin misalnya : Dosis antigen terlalu banyak Lokasi dan cara menyuntik Sterilitas spuit dan jarum Tindakan aseptik dan anti septik Kontaminasi vaksin dan peralatan suntik Penyimpanan vaksin Jenis dan jumlah pelarut vaksin Tidak memperhatikan petunjuk produsen
2. Reaksi Suntikan (akibat trauma tusuk jarum) Akibat langsung : sakit, bengkak, kemerahan Tidak lngsung : takut, pusing, mual, sincope 3. Reaksi vaksin Gejala KIPI yg disebabkn vaksin sdh diprediksi dan umumnya trjadi scr klinis dan ringan dpt trjadi syok Anafilaktik smp kematian Reaksi sdh tertulis dlm Petunjuk Penggunaan perhatikan!
4. Koinsiden Faktor kebetulan yg biasa pd kelompok populasi 5. Penyebab tidak diketahui Bila kejadian atau masalah belum dpt dikelompokkan masuk klp ini Bila kelengkapan informasi baik KIPI Rekomendasi WHO : kontrol penyimpanan, vaksin, cara suntik, alat yg digunakan Tingkatkan KETELITIAN memperkecil kejadian KIPI
Kunjungan bbl/Neonatus Kunjungan dini : 1 jam 2 jam Kunjungan lanjut : 2 hari 6 hari 2 minggu 6 minggu
TERIMA KASIH ATAS HAK KAMI