Chapter 9 Communication and Counseling Techniques Christy Agung (Psy-2012031017) Dhifaf Syafiqah Dwi Putri
The Need for Dialogue Jika ingin berhasil pelatih harus mempertimbangkan dengan siapa dia akan berinteraksi : Other Coaches parents players Assistant coaches The Media Referees Supervisor Teachers
The Need for Dialogue Banyak organisasi olahraga menawarkan beberapa saran untuk atlet mengenai bagaimana cara komunikasi yang efektif dengan media : don’t be baited Don’t use jargon Don’t fprget : you are always on Be prices 20-second rule Be your self
The 10 Commandments of Effective Communication for Game Officials Dalam sebuah permainan dapat mempertahankan integritas dan rasa hormat, jika kita melakukan yang terbaik untuk mengikuti beberapa pedoman komunikasi saat melakukan pertandingan :
The 10 Commandments of Effective Communication for Game Officials Keep Calm Don’t Embarrass Others Treat Participants with Respect Criticize Behavior, not Characters Use Postivie Nonverbal Cues selectively Ignore Comments Listen Actively Avoid Sarcasm Explain Decisions about Infractions Let “Them” Have the Last Word
The 10 Commandments of effective communication in sport Komunikasi yang efektif pada dasarnya terdiri dari 10 pedoman. Rekomendasi ini sangat penting dalam proses mempengaruhi sikap, perasaan, dan perilaku seorang atlet. Yang merujuk sebagai “perintah” atau “harus melakukan” praktek untuk komunikasi yang efektif :
The 10 Commandments of effective communication in sport Jika pelatih ingin menjadi efektif, pelatih harus memiliki kredibilitas, harud bisa dipercaya. Karena ketidakjujuran akan menghancurkan kredibilitas seorang pelatih. 1. Thou Shalt Be Honest
The 10 Commandments of effective communication in sport terbuka untuk ide-ide dan pendapat orang lain Menjadi pendengar yang aktif Mendapatkan bantuan dari asisten 2. Thou Shalt Not Be Defensive
The 10 Commandments of effective communication in sport Berikut ini ada beberapa panduan untuk menunjukkan konsistensi dalam pembinaan : Selalu menyapa orang lain Jika memiliki kebijakan mengenai pintu terbuka untuk para atlet dan asisten, tentu saja harus menunjukkan bahwa tulus tentang hal tersebut Mencoba untuk menunjukkan kasih sayang yang sama di lapangan seperti yang dilakukan di ruang ganti atau kantor Konsisten 3. Thou Shalt Be Consistent
The 10 Commandments of effective communication in sport 4. Thou Shalt Be Emphathetic
The 10 Commandments of effective communication in sport Menurut psikolog, orang dewasa yang menggunakan komentar sinis dapat mendirikan sebuah penghalang untuk berkomunikasi yang efektif dengan anak-anak dan atlet. Contohnya adalah seorang atlet yang secara fisik lelah, tidak boleh disebut “malas”. 5. Thou Shalt Not Be Sarcastic
The 10 Commandments of effective communication in sport Keterampilan sulit berkembang mungkin dapat disebabkan karena, Tidak sering melontarkan pujian Semua hal didasari oleh emosi kegembiraan dan kebahagiaan 2 tipe pujian yang harus dihindari Personally-based praise Judgmental praise 6. Thou Shalt Praise and Criticize Behavior, Not Personality
The 10 Commandments of effective communication in sport 7. Thou Shalt Respect the Integrity of Others
The 10 Commandments of effective communication in sport 6 kategori yang bisa diklasifikasikan dari komunikasi nonverbal menurut Martens dan lain-lain (dalam Anshel, 2003) : Body motion Physical characteristics Touching behavior Voice characteristics Body position Eye contact 8. Thou Shalt Use Positive Nonverbal Cues
The 10 Commandments of effective communication in sport 9. Thou Shalt Teach Skills
The 10 Commandments of effective communication in sport 10. Thou Shalt Interact Consistently
Approaching the coach The Athlete-Coach Interview Atlet mungkin ingin mengikuti beberapa panduan mendekati pelatih untuk mendiskusikan perasaan atlet, baik yang positif maupun negatif :
The Athlete-Coach Interview Membuat janji untuk bertemu dengan pelatih 8. Menggunakan pernyataan “saya” , menghindari “anda” 2. Merencanakan agenda 9. Memberikan contoh spesifik, seperti perilaku kita 3. Tepat waktu ketika membuat janji 10. Menyenangkan 4. Berpakaian yang rapih 11. Meninjau perjanjian atau rencana 5. Membuat catatan 12. Mengingat “efek kebaruan” 6. Merencanakan strategi pemanasan 13. Terus menjaga konferensi rahasia 7. Membuat pernyataan positif 14. Memiliki harapan yang masuk akal tentang hasil pertemuan
Communication techniques in counseling athletes Pada konsep konseling ini, mereka menawarkan bimbingan untuk para pemain mengenai keputusan pribadi yang berhubungan dan tidak berhubungan dengan tim. Mereka mendengarkan mengenai masalah pribadi, dan mereka memberikan nasihat kepada atlet. Pelatih cukup dapat menggunakan keterampilan konseling dasar untuk meningkatkan komunikasi dengan para atlet. Maksud ini bukan untuk mengubah pelatih menjadi psikolog, melainkan untuk memberikan pedoman tentang penerapan keterampilan konseling dasar tentang mengetahui kapan harus merujuk seorang atlet untuk konseling profesional
Konseling Membantu orang-orang yang normal dengan masalah dan solusi yang normal Proses yang terkadang jangka panjang melibatkan sikap, perasaan dan perilaku setiap klien) Penerimaan persepsi dan perasaan klien tanpa ada prasangka prbadi dan di luar standar evaluasi
Konseling Tugas Konselor Mengumpulkan informasi Membantu atlet dalam memecahkan masalah dengan melihat pendekatan alternatif dan solusi dari masalah tersebut Memberikan informasi atau saran
Konseling Resiko dari konseling Perlu membuka hal-hal yang mendasar, pribadi, terkadang negatif, sikap terhadap orang lain Adanya perbedaan jelas antara persepsi atlet dan cara pandang pelatih
Mentoring Proses kompleks yang terpercaya dan berpengalaman individu mengambil minat dalam pengembangan pribadi dan profesional individu yang lebih muda atau kurang berpengalaman Berbagi nilai dan memberikan model perilaku yang diinginkan: berlaku untuk setiap aspek kehidupan (fisik, intelektual, emosional, spiritual, dan sosial)
Keterampilan Konseling Dasar untuk Pelatih Mendengarkan Menunjukkan kepedulian Mendukung Bersikap jujur Menghargai privacy
The Microskills Approach to Counseling Microskills approach adalah teknik konseling yang efektif perlu menggunakan teknik tertentu dalam jenis yang lebih luas dari keterampilan. Keterampilan tersebut adalah attending behaviors (listening) dan influencing behaviors (speaking).
Attending behaviors → eye contact, body language, verbal. Influencing behaviors → melibatkan pelatih dalam pertumbuhan atau perubahan atlet. Pelatih cenderung harus lebih mendengarkan dan menyediakan pertukaran komunikasi secara lisan, jika ia ingin mempengaruhi perubahan perilaku atlet.
Attending Behaviors Strategies Hackney & Nye (1973) mengidentifikasi tiga kategori pola komunikasi yang salah: Underpaticipation Overparticipation Distracting participation
Underparticipation Underparticipators memiliki citra ketidakamanan, ketidakmampuan, atau keduanya. Hal ini mengurangi kepercayaan atlet terhadap pelatih. Penyebab utama underparticipation mungkin diakibatkan oleh ketakutan pelatih untuk terlibat dengan pemain atau topik tertentu.
Overparticipation Overparticipators dapat menutupi kecemasan mereka, seperti pada orang yang selalu harus menjadi pusat perhatian dan selalu berbicara atau melucu. Pelatih yang overparticipate biasanya menghadapi atlet dengan langsung to the point ke kesimpulan dengan sedikit memikirkan perasaan atlet.
Distracting Participation Distracting participator merespon berlebihan terhadap isu-isu yang tidak relevan, terkadang dengan tawa keras. Isu-isu yang relevan mungkin tidak pernah dibahas karena takut percakapan menjadi ‘terlalu serius’. Mengalihkan pembicaraan agar isu-isu utama tidak dibahas.
Coach counseling harus sampai ke intisari dan membahas topik sampai penutupan tercapai. Pelatih tentunya ingin didekati sehingga mereka dapat mempengaruhi emosi dan tindakan atlet. Untuk mendorong keterbukaan dan kejujuran, pelatih yang efektif menggunakan beberapa strategi berikut: - facial animation - good eye contact - soft tone of voice - occasional
Proper Strategies for Influencing Behavior Influencing behavior → tujuannya untuk pelatih dapat membuat respon verbal yang tepat. Keterampilan konseling yang akan dibahas adalah responding. Terdapat dua jenis responding: Responding to Content Responding to Feelings
Responding to Feelings Responding to Content - Pelatih berkomunikasi untuk memahami pengalaman atlet. - Hal ini melibatkan membayangkan dunia orang lain seolah-olah pelatih adalah atlet. - Pelatih harus dapat memfasilitasi pemahaman empati dengan mendorong atlet untuk lebih spesifik tentang pengalaman atau perasaan, dan dengan tidak menunjukkan sikap pribadi. Responding to Feelings - Atlet dapat mengekspresikan perasaan mereka secara langsung melalui pemilihan kata atau tidak langsung oleh nada suara, dengan menggambarkan situasi tanpa menyatakan perasaan mereka, atau dengan mimik wajah dan tubuh. - Apapun bentuk ekspresi mereka, peran pelatih adalah untuk menanggapi perasaan yang mendasari atlet.
Counseling Techniques for the Coach-Athlete Interview Ivey (1983) memaparkan tiga strategi yang biasa digunakan dalam konseling olahraga: Asking the right question Confronting Summarizing
Asking the right questions Teknik bertanya yang efektif mendorong klien untuk berbicara lebih bebas dan terbuka. Pertanyaan dapat berfungsi untuk berbagai macam: - Membantu untuk memulai wawancara. - Membantu atlet menguraikan masalah. Membantu untuk memberi contoh konkrit terhadap perasaan atlet.
Berbagai jenis pertanyaan memiliki tujuan berbeda-beda. Yang penting adalah mengajukan pertanyaan secara selektif dan dengan cara yang tidak mengancam. Terdapat dua jenis pertanyaan: Open questions Closed questions
Strategi bertanya memiliki keterbatasan tertentu, terutama bila digunakan oleh konselor yang belum terlatih. Masalah yang harus dihindari Memberi pertanyaan yang ‘bombardir’ Mengajukan pertanyaan sebagai pernyataan Bertanya ‘kenapa’ secara berlebihan dari yang diperlukan.
Confrontation Konfrontasi harus digunakan dengan sangat hati-hati. Konfrontasi → teknik yang memungkinkan atlet untuk memahami isu-isu yang lebih jelas tanpa merasa stress dan bersalah. Biasanya diterapkan untuk mengatasi individu yang defensif. Konfrontasi yang efektif harus menggunakan pertanyaan, reflektif, dan feedback.
Techniques for Confrontation Mengidentifikasi keganjilan yang jelas dengan mengarahkan atlet untuk konfrontasi diri. Menarik konflik secara spesifik dengan menggunakan keterampilan bertanya. Meringkas dimensi yang berbeda dari ‘perbedaan-perbedaan’ secara berkala. Memberi feedback dengan pendapat dan pengamatan tentang ‘perbedaan’.
Summarization Summarization → teknik untuk menyimpulkan kata-kata, perilaku, dan perasaan atlet, kemudian disampaikan kepada atlet secara garis besar. Tujuannya untuk meninjau isi percakapan, klarifikasi isu-isu, dan menyesuaikan pesan-pesan atlet. Summarization dapat digunakan di awal dan di akhir sesi wawancara.
Short-Term Team Counseling Konseling tim melibatkan pertemuan dalam kelompok yang relatif kecil untuk berbagi permasalahan. Konseling tim tidak melibatkan isu-isu individu atau pribadi. Trik menggunakan konseling tim adalah sebagai konstruktif yang dapat menangani isu-isu secara positif dan diselesaikan untuk kepuasan semua anggota tim.
The Short-Term Counseling Process Jika tujuan pertemuan tim adalah untuk berbagi perasaan, mendiskusikan masalah, menawarkan pendapat, dan pertukaran informasi, maka peserta harus merasa aman dalam lingkungan pertemuan. Dialog kelompok terbuka berarti bahwa pendapat dari setiap anggota kelompok harus ditoleransi dan dikomunikasikan tanpa penilaian atau tuduhan. Konseling kelompok memiliki dua peran, yaitu mengungkap dan mengeksplorasi perasaan anggota kelompok dalam suasana terbuka, dan mendukung para peserta yang membutuhkan bantuan mengatasi keadaan mereka saat ini.
Planning the Group Meeting For whom is the meeting intended? What’s there to discuss? Be prepared to be put on the spot What is the role of team captains?
Implementing the Meeting The meeting’s purpose Expectation of the meeting Establishing the ground rules The meeting’s verbal content Closing the session After the session