KEHAMILAN DENGAN HIPERTENSI PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA DI S U N OLEH : KHAIRUNNISAK
A. LATAR BELAKANG Preeklampsia merupakan kelainan yang ditemukan pada waktu kehamilan yang ditandai dengan berbagai gejala klinis seperti hipertensi, proteinuria, dan edema yang biasanya terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai 48 jam setelah persalinan. Sedangkan eklampsia adalah kelanjutan dari preeklampsia berat dengan tambahan gejala kejang-keja ng atau koma. Angka kejadian preeklampsia berkisar antara 0,51%-38,4%. (WHO, 2011). Sekitar 50.000 wanita meninggal setiap tahun akibat komplikasi terkait preeklampsia dan eklampsia (Hezelgrave dkk., 2012).
Eklampsia menduduki urutan kedua setelah perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 (Hernawati, 2011). Insiden preeklamsia dimasing - masing negara berbeda-beda. Di Indonesia, frekuensi terjadinya preeklamsia dilaporkan sekitar 3% – 10% (Priati, 2008). Preeklampsia lebih tinggi terjadi pada primigravida dibandingkan dengan multipara. Resiko preeklampsia/eklampsia pada primigravida dapat terjadi 6 – 8 kali disbanding multipara (Chapman, 2006).
B. KEHAMILAN DENGAN HIPERTENSI 1. Definisi Hipertensi dalam pada kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau lebih setelah 20 minggu usia kehamilan pada wanita yang sebelumnya normotensif, tekanan darah mencapai nilai 140/90 mmHg, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal (Junaidi, 2010).
2. Epidemiologi Di Indonesia, mortalitas dan morbiditas hipertensi pada kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh etiologi yang tidak jelas, dan juga perawatan dalam persalinan masih ditangani petugas non medik serta sistem rujukan yang belum sempurna. Hipertensi pada kehamilan dapat dipahami oleh semua tenaga medik baik di pusat maupun di daerah ( Prawirohardjo, 2013).
3. Klasifikasi a. Hipertensi kronik b. Preeklampsia c. Preeklampsia pada hipertensi kronik (preeclampsia superimposed upon chronic hypertension) d. Hipertensi gestasional 4. Faktor Resiko a. Faktor maternal b. Faktor kehamilan
5. Manifestasi Klinis Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyakit teoritis, sehingga terdapat berbagai usulan mengenai pembagian kliniknya. Pembagian klinik hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut (Manuaba, 2007) : a. Preeklampsia b. Eklampsia
Alur Penilaian Klinik Hipertensi Dalam Kehamilan (Prawirohardjo S, 2006)
6. Pencegahan Hipertensi Kehamilan a 6. Pencegahan Hipertensi Kehamilan a. Penyuluhan untuk kehamilan berikutnya b. Deteksi pranatal dini c. Manipulasi diet d. Aspirin dosis rendah e. Antioksidan
C. Preeklampsia dan Eklampsia 1. Preeklampsi Preeklampsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawiroharjo, 2013). 2. Eklampsia Eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘halilintar’. Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala ekalampsi timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului tanda-tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau pada masa nifas dengan tanda-tanda preeklampsia disertai kejang dan diikuti koma (Prawihardjo, 2002)
3. Etiologi preeklampsia/eklampsia a. Paritas b. Usia c. Riwayat hipertensi d. Sosial ekonomi e. Hiperplasentosis/kelainan trofoblast f. Genetik g. Obesitas
4. Klasifikasi Preeklampsi merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat membahayakan kesehatan maternal maupun neonatal. Gejala klinik preeklampsi dapat dibagi menjadi: a. Preeklampsi ringan (PER) Preeklampsi ringan adalah suatu sindrom spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel (Prawirohardjo, 2013).
b. Preeklampsi berat (PEB) Preeklampsi berat adalah preeklampsi dengan tekanan darah ≥160/110 mmHg, disertai proteinuria ≥5 g/24 jam atau +3 atau lebih (Prawirohardjo, 2013). c. Eklampsia Pada umumnya gejala eklampsia di dahului dengan makin memburuknya preeklampisa. Bila keadaan ini tidak dikenali dan diobati secara segera maka akan timbul kejang terutama pada saat persalinan (prawiro, 2012).
5. Patofisiologi Teori lain yang lebih masuk akal adalah bahwa preeklampsia merupakan akibat dari keadaan imun atau alergi pada ibu. Selain itu terdapat bukti bahwa preeklampsi diawali oleh insufisiensi suplai darah ke plasenta, yang mengakibatkan pelepasan substansi plasenta sehingga menyebabkan disfungsi endotel vascular ibu yang luas (Hutabarat dkk, 2016).
Mekanisme patofisiologi preeklampsia dan eklmapsia
Sistem imun dalam patofisiologi preeklampsia
6. Pencegahan Pencegahan preeklampsi dan eklampsia ini dilakukan dalam upaya untuk mencegah terjadinya preeklampsi dan eklampsia pada wanita hamil yang memiliki resiko terjadinya preeklampsi. Pencegahan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu(Prawirohardjo 2013) : a. Pencegahan non medikal b. Pencegahan dengan medikal
a. Pencegahan non medikal Pencegahan dengan tidak memberikan obat, cara yang paling sederhana yaitu dengan tirah baring. Kemudian diet, ditambah suplemen yang mengandung: Minyak ikan yang kaya akan asam lemak tidak jenuh, seperti omega-3 dan PUFA. Antioksidan berupa vitamin C, vitamin E, dan sebagainya. c) Elemen logam berat seperti zinc, ma gnesium, dan kalium.
b. Pencegahan dengan medikal Tujuan utama pengobatan pada eklampsia adalah menghentikan kejang dan mencegah berulangnya kejang. Obat yang diberikan adalah sodium penthotal, sulfas magnekus, lytic cocktail. Bila kejang dapat diatasi, maka segera direncanakan untuk mengakhiri kehamilan dengan cara yang aman.
D. Kesimpulan Di Indonesia, mortalitas dan morbiditas hipertensi pada kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh etiologi yang tidak jelas, dan juga perawatan dalam persalinan masih ditangani petugas non medik serta sistem rujukan yang belum sempurna. Hipertensi pada kehamilan dapat dipahami oleh semua tenaga medik baik di pusat maupun di daerah (Prawirohardjo, 2013). Pada umumnya gejala eklampsia di dahului dengan makin memburuknya preeklampisa. Bila keadaan ini tidak dikenali dan diobati secara segera maka akan timbul kejang terutama pada saat persalinan (prawiro, 2012).