Fakultas Kedokteran Universitas Andalas UJI DAYA HAMBAT ERITROMISIN GENERIK DAN BERMEREK TERHADAP Staphylococcus aureus NAMA: Eda Mirinda BP: PEMBIMBING I: dr. Rahmatini, M.Kes PEMBIMBING II: Drs. Adrial, M.Kes
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas BAB 1 PENDAHULUAN
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas LATAR BELAKANGPENDAHULUAN Pasal 1 BAB I Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 : Obat paten adalah obat yang masih memiliki hak paten Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan International Nonpropietary Names (INN) dari WHO untuk zat berkhasiat yang dikandungnya Obat generik bermerek/bernama dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan Pasal 1 BAB I Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 : Obat paten adalah obat yang masih memiliki hak paten Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan International Nonpropietary Names (INN) dari WHO untuk zat berkhasiat yang dikandungnya Obat generik bermerek/bernama dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas PENDAHULUANLATAR BELAKANG Obat generik Harga di tetapkan kementrian kesehatan RI Obat bermerek Harga ditetapkan produsen obat Perlakuan sama dalam hal evaluasi terhadap pemenuhan kriteria khasiat, keamanan, dan mutu obat BPOM RI, 2014
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Staphylococcus aureus Gram positif yang banyak menginfeksi manusia Mudah menginfeksi Ditemukan di udara, debu, Limbah, air, susu, makanan, dan permukaan lingkungan Bervariasi, mulai dari kelainan kulit ringan sampai infeksi berat yang mengancam jiwa Karen,2013 LATAR BELAKANGPENDAHULUAN
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas amoksisilin-asam klavulanat, eritromisin, dan dikloksasilin adalah antibiotik lini pertama yang digunakan untuk terapi S. aureus Infectious Diseases Society of America (IDSA) Eritromisin adalah antibiotik oral kedua yang paling banyak digunakan di instalasi farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Palangka Raya pada tahun 2012, yaitu sebesar 7,42% Rosalina, 2010 eritromisin (19%) adalah antibiotik yang paling sering diresepkan setelah kotrimoksazol (35,2%) Yulita, 2013Pujiati, 2014 Antibiotik yang paling sering digunakan adalah eritromisin dengan suseptibilitas 62,5% PENDAHULUANLATAR BELAKANG
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Biaya obat mencapai 40%-50% dari biaya operasional kesehatan di Indonesia, terus meningkat setiap tahun Sirait, 2001 Biaya rumah tangga yang dikeluarkan untuk biaya obat mencapai 30% dari total pengeluaran biaya kesehatan BPS, 2004 Besarnya biaya akan terus naik dari tahun ke tahun. Salah satu cara untuk mengurangi biaya obat adalah dengan menggunakan obat generik Haas, 2005 PENDAHULUANLATAR BELAKANG
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah PENDAHULUANLATAR BELAKANG
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas PENDAHULUANLATAR BELAKANG Data rifaskes 2011 menunjukkan bahwa penulisan obat generik di RS pemerintah di Indonesia hanya 36,3%
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Standar yang ditentukan dalam Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 bahwa % resep dari dokter di rumah sakit umum pemerintah atau puskesmas harus obat generik PENDAHULUANLATAR BELAKANG
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Faktor yang mempengaruhi penggunaan obat generik : Pengetahuan masyarakat Faktor yang mempengaruhi penggunaan obat generik : Pengetahuan masyarakat PENDAHULUANLATAR BELAKANG Badan Litbangkes, 2014 Secara nasional terdapat 31,9% rumah tangga yang mengetahui atau pernah mendengar mengenai obat generik 85,9% tidak memiliki pengetahuan yang benar tentang obat generik
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas PENDAHULUANLATAR BELAKANG Badan Litbangkes, 2014 Di Sumatera Barat terdapat 25,2% rumah tangga yang mengetahui atau pernah mendengar mengenai obat generik 13,0% yang memiliki pengetahuan benar tentang obat generik Secara nasional, 82,3% rumah tangga mempunyai persepsi obat generik sebagai obat murah
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Sejumlah 42,9% rumah tangga mempersepsikan obat generik berkhasiat sama dengan obat bermerek Persepsi tersebut perlu dipromosikan lebih gencar Badan Litbangkes, 2014 PENDAHULUANLATAR BELAKANG
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Sangat diperlukan peningkatan pemahaman dan kepercayaan masyarakat bahwa obat generik memiliki kualitas, keamanan dan efektivitas yang sama dengan obat bermerek PENDAHULUANLATAR BELAKANG
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Pada penelitian ini digunakan S. aureus ATCC yaitu S. aureus biakan murni yang sensitif eritromisin dan merupakan bakteri standar laboratorium yang digunakan dalam metode difusi (CLSI, 2016) PENDAHULUANLATAR BELAKANG
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH Apakah terdapat perbedaan daya hambat eritromisin generik dan bermerek terhadap Staphylococcus aureus?
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas PENDAHULUAN TUJUAN UMUM Mengetahui perbedaan daya hambat eritromisin generik dan bermerek terhadap Staphylococcus aureus
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas PENDAHULUAN TUJUAN KHUSUS Mengetahui daya hambat eritromisin generik terhadap Staphylococcus aureus Mengetahui perbedaan daya hambat eritromisin generik dan bermerek terhadap Staphylococcus aureus Mengetahui daya hambat eritromisin bermerek terhadap Staphylococcus aureus
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas MANFAAT PENELITIAN PENDAHULUAN
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas TINJAUAN PUSTAKA Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan International Nonpropietary Names (INN) dari WHO untuk zat berkhasiat yang dikandungnya Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia BPOM RI, 2014 Kemenkes RI, 2010 Definisi Obat & Obat Generik
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Produksi obat dengan CPOB Peresepan berdasarkan nama generik, bukan nama dagang. Pengendalian mutu obat generik secara ketat Distribusi dan penyediaan obat generik di unit-unit pelayanan kesehatan Pemantauan dan evaluasi penggunaan obat generik secara berkala Informasi dan komunikasi mengenai obat generik bagi dokter dan masyarakat luas berkesinambungan Penggantian (subtitusi) dengan obat generik diusulkan diberlakukan di unit-unit pelayanan kesehatan Kebijakan Obat GenerikTINJAUAN PUSTAKA Depkes RI, 2000
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Obat Generik Widodo, 2004
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas TINJAUAN PUSTAKA Obat Bermerek Obat bermerek adalah obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan Harga obat bermerek umumnya lebih mahal karena terdapat komponen biaya promosi yang cukup tinggi. Harga biasanya ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar dengan memperhitungkan harga kompetitor dari obat yang sama BPOM RI, 2014 Kemenkes RI, 2010
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas TINJAUAN PUSTAKA Antimikroba Menghambat sintesis dinding sel bakteri Meningkatkan permeabilitas membran sel dan menyebabkan kebocoran intraseluler Mengganggu fungsi subunit ribosom untuk menghambat sintesis protein secara reversibel Mengubah sintesis protein Mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri dengan cara menghambat RNA polimerase Menghambat enzim penting dalam metabolisme folat Brunton, 2012 Mekanisme Kerja Antimikroba
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dihasilkan oleh strain Streptomyces erythreus Zat ini berupa kristal berwarna kekuningan Aktivitas in vitro paling besar dalam suasana alkalis Stabil pada suhu rendah Dihasilkan oleh strain Streptomyces erythreus Zat ini berupa kristal berwarna kekuningan Aktivitas in vitro paling besar dalam suasana alkalis Stabil pada suhu rendah Eritromisin TINJAUAN PUSTAKA Gambar 2.1 Struktur senyawa eritromisin (C 37 H 67 NO 13 ) Setiabudy, 2014
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas TINJAUAN PUSTAKA Aktivitas Antimikroba Menghambat sintesis protein bakteri dengan cara berikatan secara reversibel dengan ribosom subunit 50S Antibiotik ini memiliki spektrum cukup luas terhadap bakteri gram positif (Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes dan Streptococcus pneumoniae) dan gram negatif (Haemophilus influenzae, Pasteurella multocida, Brucella dan Rickettsia) maupun mikoplasma (Chlamydia) Menghambat sintesis protein bakteri dengan cara berikatan secara reversibel dengan ribosom subunit 50S Antibiotik ini memiliki spektrum cukup luas terhadap bakteri gram positif (Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes dan Streptococcus pneumoniae) dan gram negatif (Haemophilus influenzae, Pasteurella multocida, Brucella dan Rickettsia) maupun mikoplasma (Chlamydia) Katzung, 2014
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Kerja Eritromisin dihancurkan oleh asam lambung dan harus diberikan dengan salut enterik Makanan dapat mengganggu penyerapan Obat ini terutama diekskresikan melalui hati 2-5% yang diekskresikan dalam bentuk aktif melalui urin Obat yang terserap didistribusikan secara luas, kecuali ke otak dan cairan serebrospinal Menembus plasenta dan mencapai janin Katzung, 2014
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Tinjauan Pustaka PreparatKemasanCara Pemberian EritromisinKapsul/tablet 250 mg dan 500 mgDewasa: 1-2 gr/hari, dibagi dalam 4 dosis Anak: mg/kgBB sehari dibagi dalam 4 dosis Eritromisin stearat Kapsul 250 mg dan tablet 500 mg Suspensi oral mengandung 250 mg/5 ml Dewasa: mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 12 jam Anak: mg/kgBB sehari dibagi dalam beberapa dosis Eritromisin etilsuksinat Tablet kunyah 200 mg Suspensi oral mengandung 200mg/5 ml dalam botol 60 ml Tetes oral mengandung 100 mg/2,5 ml dalam botol 30 ml Dewasa: mg tiap 6 jam Anak: mg/kgBB sehari dibagi dalam beberapa dosis Mekanisme Kerja Setiabudy, 2014
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Taksonomi S. aureus Domain : Bacteria Kingdom : Eubacteria Phylum : Firmicutes Class : Bacilli Ordo : Bacillales Family : Staphylococceae Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus Taksonomi S. aureus Domain : Bacteria Kingdom : Eubacteria Phylum : Firmicutes Class : Bacilli Ordo : Bacillales Family : Staphylococceae Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus TINJAUAN PUSTAKA Gambar 2.2 Bentuk mikroskopis Staphylococcus aureus (Karen, 2013) Mathema, 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Gram Positif berbentuk bulat, diameter 0,7-1,2 µm Tersusun seperti buah anggur yang tidak teratur Fakultatif anaerob Tidak membentuk spora dan tidak bergerak Koloni berstruktur padat, putih sampai keemasan, bundar, halus menonjol dan berkilau Memiliki kapsul polisakarida Gram Positif berbentuk bulat, diameter 0,7-1,2 µm Tersusun seperti buah anggur yang tidak teratur Fakultatif anaerob Tidak membentuk spora dan tidak bergerak Koloni berstruktur padat, putih sampai keemasan, bundar, halus menonjol dan berkilau Memiliki kapsul polisakarida Morfologi Staphylococcus aureus TINJAUAN PUSTAKA Karen, 2013
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Patogen (Polisakarida A) Patogen (Polisakarida A) Staphylococcus aureus TINJAUAN PUSTAKA Warsa, Tidak patogen (Polisakarida B) Tidak patogen (Polisakarida B) Staphylococcus aureus Kemampuan bermultiplikasi dan menyebar luas dalam jaringan Produksi banyak zat ekstraseluler ( enzim dan toksin)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Katalase Enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap fagositosis Katalase Enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap fagositosis Koagulase Protein yang menyerupai enzim pembeku plasma beroksalat dan bersitrat. Koagulase akan mendeposit fibrin di permukaan bakteri Koagulase Protein yang menyerupai enzim pembeku plasma beroksalat dan bersitrat. Koagulase akan mendeposit fibrin di permukaan bakteri Hemolisin Toksin yang membentuk zona hemolisis di sekitar koloni bakteri Hemolisin Toksin yang membentuk zona hemolisis di sekitar koloni bakteri Struktur Antigen dan Faktor Virulensi S. aureus TINJAUAN PUSTAKA Karen, 2013
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Leukosidin Toksin yang mematikan sel leukosit Enterotoksin Penyebab tersering kasus keracunan makanan Toksin Sindrom Syok Toksik Menimbulkan demam, syok, ruam kulit, dan gangguan multisistem Toksin Eksfoliatif Toksin yang menimbulkan deskuamasi generalisata pada sindrom kulit lepuh Struktur Antigen dan Faktor Virulensi S. aureus TINJAUAN PUSTAKA Karen, 2013
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Nekrosis jaringan setempat Koagulasi fibrin disekitar lesi dan limfe Terbentuk dinding pembatas nekrosis Menyebar secara limfogen dan hematogen Peradangan pada vena Trombosis Bakterimia Infeksi pada organ target Patogenesis dan Manifestasi Klinis TINJAUAN PUSTAKA Warsa, 2010.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dapat berupa bisul, jerawat, impetigo, infeksi luka Jika lebih berat berupa mastitis, flebitis, dan ISK Dapat berupa bisul, jerawat, impetigo, infeksi luka Jika lebih berat berupa mastitis, flebitis, dan ISK Kerusakan Jaringan disertai abses Pada luka terbuka atau infeksi pasca trauma Pada menginitis pasca fraktur tengkorak Infeksi Nosokomial Pada luka terbuka atau infeksi pasca trauma Pada menginitis pasca fraktur tengkorak Infeksi Nosokomial Paparan Langsung Disebabkan oleh kontaminasi enterotoksin pada S. aureus Keracunan Makanan Onset Daya Tahan Tubuh Jumlah toksin yang termakan Onset Daya Tahan Tubuh Jumlah toksin yang termakan Faktor Infeksi Patogenesis dan Manifestasi Klinis TINJAUAN PUSTAKA Warsa, 2010
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS KERANGKA KONSEPTUAL GenerikBermerek Hambatan sintesis protein Zona hambat Staphylococcus aureus Menghambat metabolisme bakteri Eritromisin Keterangan : = variabel diteliti = variabel tidak diteliti Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Berikatan dengan ribosom 50S Pencegahan perpanjangan rantai polipeptida Hambat translokasi kompleks tRNA peptida
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas HIPOTESIS KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS Terdapat perbedaan daya hambat eritromisin generik dan bermerek terhadap Staphylococcus aureus
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas BAB 4 METODE PENELITIAN
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas METODE PENELITIAN Jenis, Rancangan, Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis penelitian adalah eksperimental Penelitian dilakukan dari bulan November Januari 2017 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Sampel Eritromisin standar, generik, dan bermerek Maka, perlakuannya (t) adalah : 3 Besar sampel menggunakan rumus umum Federer : Jumlah perlakuan ulang (n) yang digunakan adalah 9 Sampel Eritromisin standar, generik, dan bermerek Maka, perlakuannya (t) adalah : 3 Besar sampel menggunakan rumus umum Federer : Jumlah perlakuan ulang (n) yang digunakan adalah 9 METODE PENELITIAN Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Supranto, 2000 (t-1) (n-1) ≥ 15 (2-1) (n-1) ≥ 15 n-1 ≥ 15 n ≥ 16 Keterangan: t = perlakuan n = jumlah perlakuan ulang (sampel) (t-1) (n-1) ≥ 15 (3-1) (n-1) ≥ 15 2n-2 ≥ 15 2n ≥ 15+2 n≥8,5 ≈ 9 Keterangan: t = perlakuan n= jumlah perlakuan ulang (sampel)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Variabel Penelitian METODE PENELITIAN VARIABEL BEBAS Eritromisin generik dan bermerek VARIABEL TERIKAT Staphlococcus aureus ATCC 25923
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Definisi Operasional METODE PENELITIAN NamaDefinisiAlat UkurHasil Ukur Skala Ukur Eritromisin Generik Obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan International Nonpropietary Names (INN) dari WHO untuk zat berkhasiat yang dikandungnya TimbanganmgNumerik Eritromisin bermerek Obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan TimbanganmgNumerik Staphylococcus aureus ATCC Bakteri Gram Positif berbentuk bulat dan merupakan bakteri biakan murni/bakteri standar laboratorium yang digunakan dalam metode difusi MistarmmNumerik
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Bahan dan Instrumen Penelitian METODE PENELITIAN Bahan Penelitian Eritromisin standar, generik dan bermerek, Staphylococcus aureus ATCC 25923, media agar Mueller Hinton, aquades, alkohol 70%, NaCl 0,9% Instrumen Penelitian Kertas saring, cawan petri, tabung steril, timbangan analitik, botol steril, pelubang kertas, jarum ose, lampu spiritus, korek api, pinset, spuit, inkubator, autoklaf, mistar dan sarung tangan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Prosedur Kerja METODE PENELITIAN Sterilisasi Alat Alat disterilkan dengan autoklaf di Laboratorium Mikrobiologi FK Unand, sterilisasi dilakukan pada suhu 121 o C selama 15 menit dan jarum ose dilakukan sterilisasi dengan pemijaran Penyediaan Biakan Murni Bakteri S. aureus ATCC didapatkan dari Laboratorium Mikrobiologi FK Universitas Andalas. Bakteri ini kemudian diremajakan dan dibiakkan di cawan petri yang telah berisi medium perbenihan dan diinkubasi pada suhu 37 0 C selama 24 jam
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Pembuatan Cakram METODE PENELITIAN Prosedur Kerja Rekatkan tiga lapis kertas saring yang kemudian dilubangkan dengan pelubang kertas berukuran 6 mm, selanjutnya disusun dalam cawan petri dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit Mughal, 2009
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Timbang Obat generik : 804,4 mg Obat bermerek : 960,9 mg Timbang Obat generik : 804,4 mg Obat bermerek : 960,9 mg Pembuatan Larutan Antibiotik Prosedur Kerja METODE PENELITIAN Kadar obat yang digunakan adalah 15 mg (CLSI, 2016) Generik = 15mg : 500mg x 804,4 mg = 24,132 mg Bermerek = 15mg : 500mg x 960,9mg = 28,827 mg Kadar obat yang digunakan adalah 15 mg (CLSI, 2016) Generik = 15mg : 500mg x 804,4 mg = 24,132 mg Bermerek = 15mg : 500mg x 960,9mg = 28,827 mg
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Masukkan obat yang telah ditimbang ke dalam lumpang steril yang berbeda Pembuatan Larutan Antibiotik Prosedur Kerja METODE PENELITIAN Mughal, 2009; Sari, 2015 Gerus kedua obat tersebut sampai halus Larutkan masing-masing obat yang telah digeruskan ke dalam 10 ml akuades
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Salin masing-masing obat yang sudah dilarutkan dengan akuades ke dalam botol steril yang berbeda Prosedur Kerja METODE PENELITIAN Teteskan masing-masing 0,01 ml ke dalam masing-masing cakram pada cawan petri yang telah disediakan Mughal, 2009; Sari, 2015 masukkan ke inkubator, tunggu sampai 24 jam
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas METODE PENELITIAN Prosedur Kerja Pembuatan Suspensi Bakteri S. aureus yang telah diremajakan pada agar MH Ambil koloni kuman dengan ose Encerkan dengan 2ml NaCl 0,9%, bandingkan kekeruhan sesuai standar Mc Farland 0,5 Mughal, 2009; Sari, 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Suspensi bakteri disebarkan merata pada agar MH dengan lidi kapas steril Diamkan 5 menit Ambil cakram eritromisin generik, bermerek, dan standar dengan pinset steril Letakkan cakram antibiotik di permukaan agar MH Masukkan ke inkubator pada suhu 37 o C selama lebih kurang 24 jam Prosedur uji daya hambat dengan metode difusi Prosedur Kerja METODE PENELITIAN Ukur diameter halo yang terbentuk disekitar koloni menggunakan mistar Mughal, 2009; Sari, 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Data yang diperoleh dari penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis dengan SPSS Selanjutnya diuji dengan menggunakan Kruskal Wallis test dan Mann Whitney test untuk mengetahui perbandingan daya hambat rata-rata dari masing-masing cakram uji Analisis Data METODE PENELITIAN Dahlan, 2013
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Alur Penelitian
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas BAB 5 HASIL PENELITIAN
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Data penelitianHASIL PENELITIAN Diameter zona hambat eritromisin standar, generik, dan bermerek terhadap S. aureus
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Data penelitian HASIL PENELITIAN Gambar zona hambat eritromisin terhadap S. aureus
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Data penelitianHASIL PENELITIAN Zona hambat eritromisin terhadap S. aureus Keterangan : A= Eritromisin Generik B= Eritromisin Bermerek C= Eritromisin Standar Keterangan : A= Eritromisin Generik B= Eritromisin Bermerek C= Eritromisin Standar
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Hasil Analisis Data HASIL PENELITIAN Uji Mann Whitney Uji Mann Whitney NILAI p TIDAK BERMAKNA (P > 0,05) NILAI p TIDAK BERMAKNA (P > 0,05) Nilai P = 0,138 Uji Kruskal Wallis Sebaran data tidak normal atau acak
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Hasil Uji Mann Whitney HASIL PENELITIAN Perlakuan IPerlakuan IIp Eritromisin Standar Eritromisin Generik Eritromisin Bermerek 0,285 0,101 Eritromisin Generik Eritromisin Bermerek 0,165
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas BAB 6 PEMBAHASAN
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas PEMBAHASAN Diameter zona hambat eritromisin standar, generik, dan bermerek terhadap S. aureus
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Klasifikasi Respon Daya Hambat Bakteri CLSI, 2016 PEMBAHASAN
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas NILAI p TIDAK BERMAKNA ( P > 0,05) NILAI p TIDAK BERMAKNA ( P > 0,05) Uji Kruskal Wallis & Uji Mann Whitney Uji Kruskal Wallis & Uji Mann Whitney Analisis Data PEMBAHASAN
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Tidak ada perbedaan yang signifikan dari amoksisilin, eritromisin, kloramfenikol, dan siprofloksasin generik dan bermerek terhadap Pseudomonas aureginosa Penelitian Putri A (2014) Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara daya hambat amoksisilin generik dan bermerek dalam konsentrasi tertentu terhadap Staphylococcus aureus PEMBAHASAN Penelitian Qalbina (2006)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas tidak ada perbedaan yang signifikan dari aktivitas siproflokasasin dengan berbagai merek yang diujikan terhadap Staphylococcus aureus, Eschericia coli, dan Pseudomonas aureginosa Penelitian Mughal (2009) zat aktif yang terkandung dalam kedua sediaan obat tersebut jumlahnya sama diproduksi dengan persyaratan ketat dalam pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang dikeluarkan oleh BPOM zat aktif yang terkandung dalam kedua sediaan obat tersebut jumlahnya sama diproduksi dengan persyaratan ketat dalam pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang dikeluarkan oleh BPOM PEMBAHASAN BPOM RI, 2014
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas PEMBAHASAN Yunarto, 2010 Harga obat bermerek umumnya lebih mahal karena: * Tambahan biaya untuk kemasan obat * komponen biaya promosi yang cukup tinggi * Harga biasanya ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar dengan memperhitungkan harga kompetitor dari obat yang sama Harga obat bermerek umumnya lebih mahal karena: * Tambahan biaya untuk kemasan obat * komponen biaya promosi yang cukup tinggi * Harga biasanya ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar dengan memperhitungkan harga kompetitor dari obat yang sama
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah PEMBAHASAN
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas PEMBAHASAN Kurang informasiSalah persepsi Perlu peningkatan dan penyebarluasan informasi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas BAB 7 PENUTUP
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Kesimpulan PENUTUP Eritromisin generik memiliki daya hambat terhadap S. aureus Eritromisin bermerek memiliki daya hambat terhadap S. aureus Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara daya hambat eritromisin generik dan bermerek terhadap S. aureus
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Saran PENUTUP Perlu dilakukan penelitian daya hambat obat dengan menggunakan lebih dari satu jenis isolat bakteri Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas antibiotik generik dan bermerek secara in vivo Perlu dilakukan penelitian daya hambat obat dengan menggunakan lebih dari satu jenis antibiotik generik/bermerek
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas