ANTIPSIKOTIK Oleh : Achmad Rizaldy Pembimbing klinik : dr. Patmawati P. M.Kes., Sp.KJ.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Pendahuluan Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa.
Advertisements

Christopher Rico A Deriyan Sukma W Farah Asyuri Diskusi Topik 2 Modul Praktik Klinik Psikiatri Kelompok E.
PENGANTAR ANTI MIKROBA
DIABETES MELLITUS.
GANGGUAN DEPRESI BERAT
A. Pengertian 1. Gangguan psikosis akut dan sementara adalah sekelompok gangguan jiwa yang : Onsetnya akut ( 2 minggu) Sindrom polimorfik Ada stresor.
Peran keluarga / caregiver dalam perawatan pasien dengan epilepsi
Dr. Tjhin Wiguna, SpKJ(K) Psikiater Anak
SKIZOPRENIA.
Tindakan Awal Mengatasi Demam Tinggi
Kegawatdaruratan Psikiatri & Tatalaksana
GANGGUAN SUASANA PERASAAN ( A F E K T I F )
GANGGUAN PSIKOTIK FUNGSIONAL
Presentasi Kasus Kertas DT03 Oleh: Calvin Kurnia Mulyadi, Reiva Wisdharila,
Monitoring Efek Samping Obat ( MESO )
Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. ( K )
KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI Disampaikan pada pertemuan Pelaksana Program Kesehatan Jiwa Puskesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap 7 April 2015.
PSIKOSIS dan DEPRESI POSTPARTUM
PERAN PERAWAT PADA TERAPI SOMATIK DAN PSIKOFARMAKA
Oleh : FERRYANSYAH ILHAM SYAH MELISSA MANDATASARI.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesiia
PTRM program terapi rumatan metadon Puskesmas Banguntapan II
DIACONT.
Profilaksis untuk Penderita Mingrain
Antimetic Nausea Vomiting Pregnancy
SKIZOPRENIA.
Dissociative disorder
MAHMUDDIN & MARIO LAURENZA MD
Effect of preventive (β blocker) treatment, behavioural
NASKAH PSIKIATRI Kuliah 6
dr. ELLY ANGGRENY ANG, SpKJ
SKIZOFRENIA.
GANGGUAN SKIZOAFEKTIF
Mencaritahu Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kolesterol Darah
Antimetic Nausea Vomiting Pregnancy
PSIKOSIS Dr DEWI SURIANY A.
Gangguan psikosos akut
Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. ( K )
Kaulana Kaulan Pembimbing dr Indriany W . Sp.S
Farmakoterapi Prinsip Dasar
Pemantauan Terapi Obat (Drug Therapy Monitoring)
Pendekatan terhadap Perawatan dan Terapi
KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI
Tatalaksana skizofrenia
Agung Dwi Cahyo Anif Nur A Arina Dwi S Devi Aulia FR Hidayah Nisa Asri Ati MDR TBC FARMAKOLOGI.
SKIZOFRENIA Sri Rahayuningrum ( ) Yusuf Afandi
PENGGUNAAN OBAT PADA PEDIATRIK Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Univ. Muhammadiyah Purwokerto.
PSIKOSIS DAN DEPRESI POSTPARTUM
PSIKOFARMAKA Oleh : Jumain.
Ega Pramudita Rizky Fauziah XII IPA 2
Calcium Channel Blocker
MANAJEMEN OPIOID WITHDRAWAL
GANGGUAN MENTAL & PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF
ECT TERAPI KEJANG LISTRIK.
Tatalaksana Setelah Diagnosis HIV
TATA LAKSANA SKIZOFRENIA
Nama: Franciska Danik Sandrayanti NPM:
JOURNAL READING Mucuna Pruriens pada Penyakit Parkinson : A Double-Blind, Randomised, Controlled, Crossover Study PEMBIMBING : Dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan,
OLEH : Dr. Hubertus Kasan Hidajat,Sp.KJ. SEMINAR PROFESIONAL.
ANSIOLITIK BY GROUP II.
Gangguan Skizoafektif
Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ ( K )
Psychological Disorders : Mood Disorders and Schizophrenia
Minum Obat, Hindari Jus Buah!
GANGGUAN WAHAM MENETAP
Gangguan Campuran Anxiets dan Depresi
INTERAKSI OBAT ANTIDIABETIK OLEH KELOMPOK 3 RABIATUL MUSFIRAH JOHAN WIDYA SUMARNI ULFA YULIANINGSIH FENTY.
Apa sih HIV itu?? Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau:
GANGGUAN PSIKOTIK FUNGSIONAL
Kegawatdaruratan Psikiatri & Tatalaksana. Pengertian Kedaruratan Psikiatri  Adalah tiap gangguan pada pikiran, perasaan dan tindakan seseorang yang memerlukan.
Transcript presentasi:

ANTIPSIKOTIK Oleh : Achmad Rizaldy Pembimbing klinik : dr. Patmawati P. M.Kes., Sp.KJ

Pendahuluan Antipsikotik adalah antagonis dopamin dan menyekat reseptor dopamin dalam berbagai jaras di otak. Obat antipsikotik baik tipikal maupun atipikal tentunya memiliki efek samping yang perlu diketahui agar pengobatan klinis bisa efisien dan sesuai dengan proporsi dan tentunya agar mencapai target terapi. Untuk itu kita harus mengenali obat antipsikotik ini terlebih dahulu, karena selain manfaatnya, antipsikotik juga mempunyai kerugian yang menyertainya.

Definisi Sekelompok obat yang terdiri dari bermacam-macam obat yang menghambat reseptor dopamine tipe 2 (D2) sering disebut sebagai antipsikotik Penggunaan utama antipsikotik untuk skizofrenia, sindrom otak organik dengan psikosis. Obat ini juga berguna untuk pasien yang mengalami ansietas berat dan menyalahgunakan obat atau alkohol karena benzodiazepin dikontraindikasikan bagi mereka.

Indikasi Penggunaan Gejala sasaran SINDROM PSIKOSIS Butir Diagnosis Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas (reality testing ability) Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari

Jenis-jenis antipsikotik NoNama obat 1 Antipsikotik tipikal : - Phenothiazine  Rantai aliphatic : chlorpromazine  Rantai piperazine : perphenazine, trifluoperazine, fluphenazine  Rantai piperidine : thioridazine - Butyrophenone : Haloperidol - Diphenyl-butyl-piperidine : pimozide 2Antipsikotik atipikal : - Benzamide : sulpiride - Dibenzodiazepin : clozapine, olanzapine, quetiapine, zotepine - Benzisoxazole : risperidon, aripiprazole

NoNama obatSediaanDosis anjuran 1Chlorpromazine Tab mg Amp 50mg/2cc mg/h mg(im) setiap 4-6 jam Anak anak >5 tahun ½ dosis orang dewasa, anak anak < 5 tahun 1 mg/kgBB. bila perlu diberikan 2x sehari. 2Haloperidol Tab 0,5-1,5 mg- 5 mg Amp 5mg/cc Amp 50mg/cc 5-15 mg/h 5-10mg(im) setiap 4-6 jam 50 mg (im) setiap 2-4 minggu 3PerphenazineTab mg12-24 mg/h 4Fluphenazine Tab 2,5-5 mg Vial 25 mg/cc mg/h 25 mg(im) setiap 2-4 minggu 5TrifluoperazineTab 1-5 mg10-15 mg/h 6ThioridazineTab mg mg/h 7SulpirideAmp 100mg/2cc Tab 200 mg 3-6 amp/h mg/h

PimozideTab 4 mg2-4 mg/h Risperidone Tab mg Vial 25 mg/cc Vial 50 mg/cc 2-6 mg/h mg(im) setiap 2 minggu ClozapineTab mg25-100mg/h Quetiapine Tab mg 200 mg mg OlanzapineTab 5-10mg10-20 mg/h ZotepineTab mg mg/h AripiprazoleTab mg10-15 mg/h

Pengelompokkan obat antipsikotik Obat antipsikotik yang ada di pasaran saat ini, dapat di kelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I) atau biasa disebut juga tipikal dan antipsikotik generasi kedua (APG II) atau biasa disebut juga atipikal.

ANTIPSIKOTIK GENERASI PERTAMA (APG I) Antipsikotik tipikal mempunyai cara kerja dengan memblok reseptor D2 khususnya di mesolimbik dopamine pathways, oleh karena itu sering disebut juga dengan antagonis reseptor dopamin (ARD) atau antipsikotik konvensional. Kerja dari antipsikotik ini menurunkan hiperaktivitas dopamine dijalur mesolimbik sehingga menyebabkan gejala positif menurun tetapi ternyata tidak hanya memblok reseptor D2 di mesolimbik tetapi juga di tempat lain seperti dijalur mesokortikal, nigrostriatal, dan tuberoinfundibular.

jarang menyebabkan terjadinya Sindrom Neuroleptik Malignant (SNM) cepat menurunkan gejala negative seperti penurunan kemampuan bicara dan kognitif mempunyai peranan yang cepat dalam menurunkan gejala positif seperti halusinasi dan waham. Keuntungan APG I

Mudah terjadi EPS (ekstra pyramidal symptoms) dan tardive dyskinesia Memperburuk gejala negative seperti menurunnya kemampuan bicara dan kognitif Peningkatan kadar prolaktin Sering menyebabkan terjadinya kekambuhan Kerugian APG I

APG II mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi antara serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak. Hal ini yang menyebabkan efek samping EPS lebih rendah dan sangat efektif untuk mengatasi gejala negatif. Perbedaan antara APG I dan APG II adalah APG I hanya dapat memblok reseptor D 2 sedangkan APG II memblok secara bersamaan reseptor serotonin (5HT 2A ) dan reseptor dopamin (D 2 ) ANTIPSIKOTIK GENERASI KEDUA (APG II)

a.Mesokortikal Pathways b.Mesolimbik Pathways c.Tuberoinfundibular Pathways d.Nigrostriatal Pathways Kerja obat antipsikotik generasi kedua pada dopamin pathways

APG II menyebabkan EPS jauh lebih kecil dibandingkan APG I, umunya pada dosis terapi sangat jarang terjadi EPS. APG II dapat mengurangi gejala negatif dari skzofrenia dan tidak memperburuk gejala negatif seperti yang terjadi pada pemberian APG I. APG II menurunkan gejalan afektif dari skizofrenia dan sering digunakan untuk pengobatan depresi dan gangguan bipolar yang resisten. APG II menurunkan gejala kognitif pada pasien skizofrenia dan penyakit Alzheimer. Keuntungan APG II

Antipsikotik atipikal yang dapat menyebabkan sindrom neuroleptik maligna (SNM) seperti olanzapine, risperidone, ziprasidone, dan quetiapine. Acute parkinsonism Diabetes Peningkatan berat badan Dislipidemia Kerugian APG II

Interaksi Obat 1.Antipsikosis + Antipsikosis lain = potensi efek samping obat dan tidak ada bukti lebih efektif (tidak ada sinergis antara 2 obat anti- psikosis). Misalnya, Chlorpromazine + Reserpine = potensiasi efek hipotensif. 1.Antipsikosis + Antidepresan trisiklik = efek samping antikolinergik meningkat (hati-hati pada pasien dengna hipertrofi prostat, glaukoma, ileus, penyakit jantung). 1.Antipsikosis + anti-anxietas = efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus dengan gejala dan gaduh gelisah yang sangat hebat (acute adjunctive therapy).

Interaksi Obat 1.Antispikosis + ECT = dianjurkan tidak memberikan obat anti- psikosis pada pagi hari sebelum ECT (Electro Convulsive Therapy) oleh karena angka mortalitas yang tinggi. 1.Antipsikosis + antikonvulsan = ambang konvulsi menurun, kemungkinan serangan kejang meningkat, oleh karena itu dosis antikonvulsan harus lebih besar (dose-related). Yang paling minimal menurunkan ambang kejang adalah obat anti-psikosis Haloperidol. 1.Antipsikosis + Antasida = efektivitas obat antu-psikosis menurun disebabkan gangguan absorpsi.

Cara Penggunaan Pada dasarnya semua obat anti-psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder (efek samping ; sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Apabila obat anti-psikosis tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat anti-psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama) Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti-psikosis sebelumnya, jenis obat anti-psikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek samping-nya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang. Apabila gejala negatif (afek tumpul, penarikan diri, hipobulia, isi pikiran miskin) lebih menonjol dari gejala positif (waham, halusinasi, bicara kacau, perilaku tak terkendali) pada pasien Skizofrenia, pilihan obat antipsikosis – atipikal perlu dipertimbangkan Pada dasarnya semua obat anti-psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder (efek samping ; sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Apabila obat anti-psikosis tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat anti-psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama) Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti-psikosis sebelumnya, jenis obat anti-psikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek samping-nya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang. Apabila gejala negatif (afek tumpul, penarikan diri, hipobulia, isi pikiran miskin) lebih menonjol dari gejala positif (waham, halusinasi, bicara kacau, perilaku tak terkendali) pada pasien Skizofrenia, pilihan obat antipsikosis – atipikal perlu dipertimbangkan Pemilihan Obat

Pengaturan dosis  Onset efek primer (efek klinis): sekitar 2 – 4 minggu  Onset efek sekunder (efek samping): sekitar 2 – 6 jam.  Waktu paruh : 12 – 14 jam (pemberian obat 1-2 x perhari).  Mulai dengan “dosis awal” sesuai dengan “dosis anjuran”, dinaikkan setiap 2-3 hari  sampai mencapai “dosis efektif” (mulai timbul peredaran Sindrom Psikosis)  dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan  “dosis optimal”  dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)  diturunkan setiap 2 minggu  “dosis maintenance”  dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi “drug holiday” 1-2 hari/minggu)  tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu)  stop.  Onset efek primer (efek klinis): sekitar 2 – 4 minggu  Onset efek sekunder (efek samping): sekitar 2 – 6 jam.  Waktu paruh : 12 – 14 jam (pemberian obat 1-2 x perhari).  Mulai dengan “dosis awal” sesuai dengan “dosis anjuran”, dinaikkan setiap 2-3 hari  sampai mencapai “dosis efektif” (mulai timbul peredaran Sindrom Psikosis)  dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan  “dosis optimal”  dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)  diturunkan setiap 2 minggu  “dosis maintenance”  dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi “drug holiday” 1-2 hari/minggu)  tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu)  stop.

Penggunaan parenteral  Obat anti-psikosis “long acting” (Fluphenazine Decanoate 25 mg/cc atau Haloperidol Decanoas 50 mg/cc, im, setiap 2 – 4 minggu sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat atau apapun yang tidak efektif terhadap medikasi oral.  Dosis mulai dengan ½ cc setiap 2 minggu pada bulan pertama kemudian baru ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan.  Pemberian obat anti psikosis “long acting” hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan (maintenance therapy) terhadap kasus Skizofrenia. 15 – 25 % kasus menunjukkan toleransi yang baik terhadap efek samping ektrapiramidal.  Obat anti-psikosis “long acting” (Fluphenazine Decanoate 25 mg/cc atau Haloperidol Decanoas 50 mg/cc, im, setiap 2 – 4 minggu sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat atau apapun yang tidak efektif terhadap medikasi oral.  Dosis mulai dengan ½ cc setiap 2 minggu pada bulan pertama kemudian baru ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan.  Pemberian obat anti psikosis “long acting” hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan (maintenance therapy) terhadap kasus Skizofrenia. 15 – 25 % kasus menunjukkan toleransi yang baik terhadap efek samping ektrapiramidal.

Efek samping 1.Gejala Ekstrapiramidal (Extrapyramidal syndrome) 1.Efek hormonal 1.Sindrom Neuropleptik Maligna 1.Efek samping pada sistem lainnya 1.Gangguan fungsi kognitif

Kontraindikasi Penyakit hati (hepato-toksik), Penyakit darah (hemato-toksik), Epilepsi (menurunkan ambang kejang), Kelainan jantung (menghambat irama jantung), Febris yang tinggi (thermoregulator di SSP), Ketergantungan alkohol (penekanan SSP meningkat), Penyakit SSP (parkinson, tumor otak dll), Gangguan kesadaran disebabkan “CNS-depressant” (kesadaran makin memburuk). Penyakit hati (hepato-toksik), Penyakit darah (hemato-toksik), Epilepsi (menurunkan ambang kejang), Kelainan jantung (menghambat irama jantung), Febris yang tinggi (thermoregulator di SSP), Ketergantungan alkohol (penekanan SSP meningkat), Penyakit SSP (parkinson, tumor otak dll), Gangguan kesadaran disebabkan “CNS-depressant” (kesadaran makin memburuk).

Daftar Pustaka Amir N.Buku Ajar Psikiatri Fakultas Kedokteran Universias Indonesia. Edisi kedua. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia Bab 12. Skizofrenia; p Amir N.Buku Ajar Psikiatri Fakultas Kedokteran Universias Indonesia. Edisi kedua. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia Bab 12. Skizofrenia; p Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry : Behavioral sciences/clinical psychiatry.10 th edition. Philadelphia : Lippincott Williams and WOLTERS Kluwer business.2007.Bab 13.Schizophrenia.;p Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry : Behavioral sciences/clinical psychiatry.10 th edition. Philadelphia : Lippincott Williams and WOLTERS Kluwer business.2007.Bab 13.Schizophrenia.;p Muslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.Edisi ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.Bab 3. Penggolongan obat psikotropik; p Muslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.Edisi ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.Bab 3. Penggolongan obat psikotropik; p Muslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.Edisi ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.Bab 3. Obat antipsikosis; p Muslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.Edisi ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.Bab 3. Obat antipsikosis; p Stahl SM. Psychopharmacology of Antipsychotic.United Kingdon : Martin Dunitz Ltd.1999.Bab 4.Conventional Antipsychotic: the classical neuroleptics;p Stahl SM. Psychopharmacology of Antipsychotic.United Kingdon : Martin Dunitz Ltd.1999.Bab 4.Conventional Antipsychotic: the classical neuroleptics;p Stahl SM. Psychopharmacology of Antipsychotic.United Kingdon : Martin Dunitz Ltd.1999.Bab 5.Atypical Antipsychotic and Seotonine-Dopamine Antagonism;p Stahl SM. Psychopharmacology of Antipsychotic.United Kingdon : Martin Dunitz Ltd.1999.Bab 5.Atypical Antipsychotic and Seotonine-Dopamine Antagonism;p Stahl SM. Psychopharmacology of Antipsychotic.United Kingdon : Martin Dunitz Ltd.1999.Bab 6. Beyond the serotonine-dopamine antagonism concept : how individual atypical antipsychotic differ;p Stahl SM. Psychopharmacology of Antipsychotic.United Kingdon : Martin Dunitz Ltd.1999.Bab 6. Beyond the serotonine-dopamine antagonism concept : how individual atypical antipsychotic differ;p Ebert MH, Loosen PT, Nurcombe B. Current Diagnosis & Treatment in PSYCHIATRY.Singapore : McGraw-Hill Book.2000.Bab III.Syndrome and their treatments in adult psychiatric : schizophrenia and other psychotic disorders; p Ebert MH, Loosen PT, Nurcombe B. Current Diagnosis & Treatment in PSYCHIATRY.Singapore : McGraw-Hill Book.2000.Bab III.Syndrome and their treatments in adult psychiatric : schizophrenia and other psychotic disorders; p Maramis, Willy F. dan Maramis, Albert A. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. 2. Surabaya : Airlangga University Press, 2009.Maramis, Willy F. dan Maramis, Albert A. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. 2. Surabaya : Airlangga University Press, Gan Sulistia, Arozal Wawaimuli. Antipsikosis. Buku Ajar Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia p.161-5Gan Sulistia, Arozal Wawaimuli. Antipsikosis. Buku Ajar Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia p.161-5