Evaluasi SPMI di Sekolah Model LPMP GORONTALO FEBRUARI – MARET 2018
JenjangKab. Bone Bolango Kota Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Gorontalo Utara Kab. Boalemo Kab. Pohuwato Jumlah SD11 66 SMP SMA SMK Jumlah Jumlah Sekolah Model Sasaran Evaluasi
Sekolah ModelJumlah Sekolah Model LPMP Thn Sekolah Model Kemitraan (bersama DisDik Kab./Kota) Thn 2016 – Sekolah Model LPMP Thn Sekolah Model Baru Thn Total144 Jumlah Sekolah Model Sasaran Evaluasi
Pemahaman Sekolah tentang SPMI di Sekolah Model Sebanyak 27 sekolah, kurang paham tentang SPMI sebagai substansi program sekolah model Sebanyak 115 sekolah, paham tentang SPMI sebagai substansi program sekolah model
Pemahaman Sekolah tentang SPMI di Sekolah Model Tujuan akhir dari SPMI di Sekolah Model adalah untuk meningkatkan mutu sekolah/menciptakan budaya mutu di sekolah. Melalui program sekolah model, sekolah diharapkan dapat mencapai SNP. Sekolah model dijalankan dengan melaksanakan siklus SPMI (penetapan standar, pemetaan, analisis dan perencanaan, implementasi dan evaluasi). SPMI merupakan acuan bagi sekolah dalam menerapkan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri. SPMI merupakan pengendali mutu di satuan pendidikan. Melalui program sekolah model, sekolah diharapkan memahami isi SNP. Program sekolah model sejalan dengan program sekolah rujukan.
Ketidak Pahaman Sekolah tentang SPMI di Sekolah Model Sekolah berasumsi bahwa sekolahnya terpilih sebagai sekolah model karena merupakan sekolah terbaik di wilayahnya. Sekolah berasumsi bahwa implementasi SPMI hanya sepanjang perjalanan program sekolah model saja. Kurang paham tentang program sekolah model. Kurang paham tentang konsep dan tujuan SPMI yang mereka jalankan. Lupa tentang siklus SPMI. Bingung mengapa sekolahnya terpilih sebagai sekolah model, sebab sekolahnya minim sarana prasarana.
Tanggapan Sekolah Tentang Kebermanfaatan Program Sekolah Model Sebanyak 4 sekolah menyatakan, SPMI kurang bermanfaat bagi peningkatan mutu sekolahnya Sebanyak 138 sekolah menyatakan, SPMI bermanfaat bagi peningkatan mutu sekolahnya
Tanggapan Positif Sekolah Tentang Kebermanfaatan Program Sekolah Model Kepala Sekolah dan para guru memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang SNP dan cara pemenuhannya serta pemahaman tentang SPMI. Satuan Pendidikan dapat melakukan analisis lingkungan (mencari kelebihan dan kekurangan sekolah) dan merencanakan sendiri program dan kegiatan pemenuhan mutu sekolah berdasarkan hasil EDS. Program dan kegiatan pemenuhan mutu yang direncanakan (RKS dan RKAS), benar – benar berbasis hasil analisis dan merupakan kebutuhan satuan pendidikan. Satuan pendidikan menjadi lebih bertanggungjawab terhadap peningkatan mutunya. SPMI telah memberikan solusi atas sebagian masalah yang terjadi di satuan pendidikan. Kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru (PKG) yang dibiayai oleh dana BanPer Sekolah Model telah memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan bagi para guru. Para guru dapat memperbaiki kekurangannya dalam proses KBM (terutama konsep K13). Para guru lebih termotivasi untuk memperbaiki kompetensinya, dan kerja sama diantara mereka lebih terjalin dengan baik. Satuan pendidikan semakin paham akan urgensi EDS sebagai dasar perencanaan pemenuhan mutu. Satuan pendidikan dapat mempertahankan / meningkatkan nilai akreditasinya. Satuan pendidikan dapat merencanakan praktik – praktik baik berbasis analisis, yang juga mendukung pelaksanaan PPK. Satuan Pendidikan dapat memperbaiki pola pengelolaannya dan dokumen – dokumen sekolah menjadi tertata dengan baik. Satuan Pendidikan mendapatkan kebanggaan sebagai sekolah model. Terjalin kerjasama antar sekolah model dengan sekolah imbas. Adanya bantuan dan partisipasi dari orangtua siswa karena faktor kebanggaan menjadi sekolah model. Adanya perubahan karakter peserta didik menjadi lebih baik dan peningkatan nilai UN.
Tanggapan Negatif Sekolah Tentang Kebermanfaatan Program Sekolah Model Belum merasakan dampak dari program sekolah model. Program sekolah model hanya menambah beban pekerjaan guru. Program sekolah model kurang jelas. SPMI lebih difokuskan pada penataan administrasi sekolah saja.
Tanggapan Sekolah Tentang Implementasi SPMI Sebanyak 24 sekolah menyatakan, SPMI sulit dilaksanakan di sekolah Sebanyak 118 sekolah menyatakan, SPMI mudah dilaksanakan di sekolah
Tanggapan Positif Sekolah tentang Implementasi SPMI Mudah dilaksanakan karena sebelumnya telah mendapatkan penjelasan dan pelatihan tentang SPMI. Mudah dilaksanakan karena prosedurnya jelas. Mudah dilaksanakan karena pada dasarnya semua aktifitas SPMI sudah ada di sekolah namun belum terorganisir dengan baik. Mudah dilaksanakan karena sistimatis dan didasarkan pada indikator dan sub indikator SNP yang jelas. Mudah dilaksanakan karena LPMP proaktif mendampingi pelaksanaannya. Mudah dilaksanakan karena pada dasarnya semua unsur di satuan pendidikan menginginkan peningkatan mutu di sekolahnya. Mudah dilaksanakan karena telah dibentuk TPMS. Mudah dilaksanakan karena melibatkan seluruh unsur di satuan pendidikan. Mudah dilaksanakan karena diberi dana stimulus oleh LPMP. Mudah dilaksanakan, namun perlu penyegaran kembali tentang SPMI dalam setiap pendampingan.
Tanggapan Negatif Sekolah tentang Implementasi SPMI Sulit dilaksanakan karena terbatasnya waktu guru. Sulit dilaksanakan karena terbatasnya anggaran dan rumitnya juknis penggunaan dana BOS. Sulit dilaksanakan karena banyaknya kegiatan sekolah (terutama kegiatan seremonial daerah) yang menyita perhatian dan konsentrasi sekolah. Sulit dilaksanakan karena rendahnya komitmen Kepala Sekolah dan/atau para guru untuk mengimplementasikan SPMI. Sulit dilaksanakan karena kurangnya SDM (jumlah dan kompetensinya). Sulit dilaksanakan karena kurangnya sarana prasarana sekolah. Sulit dilaksanakan karena merupakan hal baru bagi sekolah. Sulit dilaksanakan karena belum terlalu memahami konsep SPMI. Sulit dilaksanakan karena tugas – tugas SPMI hanya menumpuk di beberapa orang guru saja. Sulit dilaksanakan karena adanya pergantian Kepala Sekolah sehingga kontinuitas SPMI tidak terjaga.
Tanggapan Sekolah Tentang Peran LPMP Dalam Pelaksanaan SPMI Seluruh sekolah menyatakan bahwa LPMP berperan aktif dalam pelaksanaan SPMI di sekolah model
Tanggapan Sekolah Tentang Peran Dinas Pendidikan Kab./Kota Dalam Pelaksanaan SPMI Sebanyak 29 sekolah menyatakan, DisDik Kab./Kota tidak aktif dalam mendukung pelaksanaan SPMI di sekolah model Sebanyak 113 sekolah menyatakan, DisDik Kab./Kota aktif dalam mendukung pelaksanaan SPMI di sekolah model
Tanggapan Sekolah Tentang Peran Komite Sekolah Dalam Pelaksanaan SPMI Sebanyak 22 sekolah menyatakan, komite sekolah tidak aktif dalam mendukung pelaksanaan SPMI di sekolah model Sebanyak 118 sekolah menyatakan, komite sekolah tidak aktif dalam mendukung pelaksanaan SPMI di sekolah model
Kinerja Petugas Pendamping Sekolah Model (FASDA) NoIndikator Kinerja 1Materi yang tersampaikan 2Cara menyampaikan materi / cara membimbing 3Keaktifan dalam pembimbingan 4Tanggung jawab terhadap keberhasilan SPMI
Pelaksanaan SPMI di Sekolah Model Catatan : 1 sekolah tidak melaksanakan SPMI karena tidak memanfaatkan dana BanPer, dan telah mengembalikan dana tersebut (SMK 1 Batudaa)
Kendala Pelaksanaan SPMI Kendala Pemetaan Mutu Para guru tidak serius mengisi karena tidak paham bahwa itu adalah proses pemetaan yang akan menghasilkan raport mutu. Ada guru yang menganggap bahwa instrumen tersebut adalah angket penelitian (penjelasan pengawas kurang jelas) Para guru mengisi instrumen dengan terburu – buru disebabkan oleh singkatnya waktu pengisian (mendekati waktu cut off) butir pertanyaan dalam instrumen terlalu banyak, waktu luang guru untuk mengisi terbatas sementara waktu pengisian dibatasi. Pertanyaan instrumen untuk siswa dan komite, banyak yang tidak dipahami sehingga bisa mempengaruhi nilai raport mutu Kendalanya adalah tidak semua guru bersedia jujur dengan kondisi sekolah yang sebenarnya Pada tahun 2016, data pemetaan hanya dikalibrasi oleh operator karena hanya sebagian guru yang mengisi Terdapat butir pertanyaan dalam instrumen yang belum terlalu dipahami oleh guru Tidak ada pendampingan oleh pengawas pada saat pengisian instrumen pemetaan sehingga ada hal-hal yang kurang dimengerti di isi sesuai interpretasi guru itu sendiri
Kendala Pelaksanaan SPMI Kendala Analisis Data Mutu Sulit menyusun kalimat yang akan dituangkan ke dalam tabel Sulit menarik kesimpulan antara masalah dan akar masalah karena hampir sama Sulit mencari akar masalah dan solusi Sulit menalar analisis lingkungan (kekuatan & kelemahan) Sulit mengisi kolom rekomendasi, program dan kegiatan karena hampir sama Sulit menerjemahkan program menjadi kegiatan Kurangnya pemahaman tentang indikator mutu Perbedaan persepsi antara petugas pendamping (fasda) dan TPMS Perbedaab persepsi antara anggota TPMS Terbatasnya waktu untuk mengerjakan analisis disebabkan guru sibuk dengan tugas pokoknya yakni menjalankan proses belajar mengajar
Kendala Pelaksanaan SPMI Kendala Perencanaan Pemenuhan Mutu Sulit menentukan prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan karena banyaknya masalah yang harus segera diatasi Sulit mengintegrasikan hasil analisis ke dalam RKS dan RKAS Sulit menemukan program – program inovasi Memperkirakan /menghitung dana yang disesuaikan dengan kegiatan dan besarnya anggaran Sulit menentukan waktu pelaksanaan kegiatan karena padatnya kegiatan sekolah, baik kegiatan akademik maupun kegiatan seremonial daerah Sulit menentukan volume kegiatan karena adanya kekhawatiran tidak dapat melaksanakan program yang telah direncanakan Sulit menemukan sumber dana selain BOS dan dana BanPer Adanya perbedaan persepsi antara program dan kegiatan Sulit mengintegrasikan hasil analisis kedalam RKAS karena anggaran BOS telah memiliki pos pengeluaran tersendiri yang ditentukan oleh Dinas Pendidikan Kab./Kota
Kendala Pelaksanaan SPMI Kendala Implementasi Pemenuhan Mutu Kurangnya kuantitas dan kualitas PTK Kurangnya sarana dan prasarana sekolah Sulit menghadirkan pemateri (dalam kegiatan peningkatan kompetensi guru) Kurangnya dana / anggaran untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan Kurangnya waktu karena padatnya kegiatan sekolah, baik kegiatan akademik maupun kegiatan seremonial daerah Terbatasnya waktu untuk implementasi disebabkan guru sibuk dengan tugas pokoknya yakni menjalankan proses belajar mengajar Menjaga komitmen seluruh unsur (Kepala Sekolah, Guru, Siswa) dalam mengimplementasikan program dan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya Kurangnya koordinasi dari Kepala Sekolah diakibatkan oleh tingginya tingkat kesibukan Kepala Sekolah
Kendala Pelaksanaan SPMI Kendala Evaluasi Implemetasi Pemenuhan Mutu Sulit dalam penentuan indikator evaluasi terutama indikator output dan outcome Sulit mengukur ketercapaian outcome karena memerlukan waktu Tidak paham cara mengevaluasi Kurangnya waktu untuk melakukan evaluasi karena padatnya kegiatan sekolah, baik kegiatan akademik maupun kegiatan seremonial daerah Terbatasnya waktu untuk evaluasi disebabkan guru sibuk dengan tugas pokoknya yakni menjalankan proses belajar mengajar
Contoh Praktik – Praktik Baik Sekolah Model Propinsi Gorontalo Program shalat zuhur bersama di mesjid sekolah Penerapan Strategi Humanistik untuk Peningkatan Prestasi Sekolah Berdoa pagi, sholat dhuhur bersama dan zikir GELISAH (Gerakan Lihat Sampah Angkat)Gerakan Guru Menunggu Siswa (GGMS)Klinik Mata Pelajaran Lomba karya cipta siswaGerakan Siswa MenulisBerbagi kejujuran Program pendidikan kewirausahaan.IQRAProgram Tutor Sebaya Guru Pentas Pagi Cyber (ceramah yang bersambung)Pusat Informasi Konseling-Remaja Terwujudnya Budaya Jujur dengan Kotak Kejujuran (Terbujur Kaku) Diskusi kelompok terpumpun antar guru sejenis Leraning Zaman Now (karakter, kompetensi, literasi) Pemanfaatan barang bekasGerakan Senam SeribuGerakan Disiplin Siswa (GDS) Student of the monthJurnal Membaca GuruSupervisi Tunda One Day Outing ClassPembentukan paguyuban sekolahGerakan bintang karakter SOLARIA (Solusi Antara Guru dan Siswa)GEMAR (Gerakan Membaca / Membuat Resume) Pendidikan Keluarga / Pelibatan orang tua dalam pendidikan Fajar bertabur aksara (literasi)Honesty Rest AreaPolisi Santun
Pemanfaatan Dana Pemerintah Sebanyak 10 sekolah menyatakan bahwa dana bantuan yang disalurkan oleh pihak LPMP Gorontalo, dimanfaatkan tidak sesuai dengan RAB yang telah disusun sebelumnya Sebanyak 132 sekolah menyatakan bahwa dana bantuan yang disalurkan oleh pihak LPMP Gorontalo, dimanfaatkan sesuai dengan RAB yang telah disusun sebelumnya
Pemanfaatan Dana Pemerintah Sebanyak 5 sekolah menyatakan bahwa pengelolaan dana bantuan sekolah model tidak dilakukan secara transparan dan akuntabel Sebanyak 137 sekolah menyatakan bahwa pengelolaan dana bantuan sekolah model dilakukan secara transparan dan akuntabel