Tujuan pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta didik diharapkan dapat 1.Mendeskripsikan konsep wilayah, Pewilayahan dan tata ruang 2.Mengidentifikasi pembangunan dan pertumbuhan wilayah 3.Mendeskripsikan Pusat-Pusat Pertumbuhan dan Regionalisasi Pembangunan di Indonesia 4.Menganalisis perencanaan tata ruang nasional, provinsi, dan kabupaten/kota 5.Menganalisis permasalahan dalam penerapan tata ruang wilayah
Wilayah dan Tata Ruang
Wilayah Unsur fisik Sosial Budaya Manusia wilayah geologi (geological region), wilayah jenis tanah (soil region), wilayah iklim (climatic region), dan wilayah vegetasi (vegetation region) bahasa (linguistic region), wilayah ekonomi (economic region), wilayah sejarah (historical region), dan wilayah politik (political region) seperti halnya batas negara-negara di dunia
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya dutentukan berdasarkan aspek administratif dan aspek fungsional. (Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 dan PP Nomor 26 Tahun 2008). Perwilayahan atau regionalisasi diartikan sebagai upaya mengelompokkan bagian-bagian permukaan Bumi untuk tujuan tertentu. Misalnya pembagian wilayah menurut iklim, ketinggian tempat, topografi wilayah, dan lain sebagainya. Perwilayahan atau regionalisasi diartikan sebagai upaya mengelompokkan bagian-bagian permukaan Bumi untuk tujuan tertentu. Misalnya pembagian wilayah menurut iklim, ketinggian tempat, topografi wilayah, dan lain sebagainya. Wilayah & Pewilayahan
Tata Ruang dan Penataan Ruang UU No. 26 Tahun 2007 memberikan pemahaman tentang tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
KONSEP WILAYAH DAN TATA RUANG a. Wilayah formal b. Wilayah Fungsional
Wilayah Homogen/Formal Konsep wilayah homogen lebih menekankan aspek homogenitas (kesamaan) Wilayah fungsional / nodal adalah suatu wilayah yang dicikan oleh adanya kegiatan yang saling berhubungan antara beberapa pusat kegiatan secara fungsional.. WILAYAH FORMALDAN FUNGSIONAL
Wilayah Formal1.Menunjukkan kesamaan fisik alam, kesamaan iklim, (statis, formalkesamaan morfologi atau juga kesamaan budaya antara region/homogeneouskesatuan alam dan kesatuan manusia region/uniform2.Contoh wilayah formal berupa wilayah pesisir barat sumatera, region)wilayah pesisir barat sumatera, dataran tinggi dieng Wilayah Fungsional 1.Menunjukkan hubungan atau interaksi diantara wilayah-wilayah (dinamis, functionalyang berbeda dalam memenuhi kebutuhan masyarakat region/nodal region)2.Contoh : a) wilayah pegunungan akan menghasilkan aneka sayur dan buah- Buahan b) Dataran rendah menghasilkan padi c) Wilayah pesisir menghasilkan ikan Dalam hal memenuhi kebutuhan hidup ini maka akan terjadi hubungan yang saling melengkapi/mengisi dalam aktivitas Masyarakatnya Tabel. 1. Perbedaan wilayah formal dan fungsiona l
Tujuan perwilayahan sebagai berikut. Untuk meratakan pembangunan di semua wilayah sehingga dapat mengurangi kesenjangan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. Memudahkan koordinasi berbagai program pembangunan pada tiap daerah. Mensosialisasikan berbagai program pembangunan kepada aparatur pemerintah dan masyarakat serta para pengusaha.
Tujuan penataan ruang sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 26 Tahun 2007 untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan: Terwujudnya keharmonisan antar lingkungan alam dan lingkungan buatan Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumberdaya manusia Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Pembangunan dan Pertumbuhan Wilayah Pembangunan secara ensiklopedik; pertumbuhan (growth), rekontruksi (recontruktion), modernisasi (modernization), westernisasi (westernization), perubahan social (social change), pembebasan (liberation), pembaharuan (innovation), pembangunan bangsa (nation building), pembangunan nasional (national development), pembangunan (development), pengembangan (progress/developing), pembinaan (contruction ). PEMBANGUNAN upaya yang melibatkan masyarakat untuk melakukan proses perubahan dan sebuah transformasi yang dilakukan dalam rangka menunjang kesejahteraan masyarakat baik dalam bidang ekonomi maupun sosial yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan tanpa merusak lingkungan atau kehidupan sosial dan memiliki kehidupan yang layak.
Perencanaan pembangunan dilaksanakan agar pembangunan sesuai dengan tujuan, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan. Perencanaan dalam pembangunan juga dilaksanakan agar biaya yang dimiliki dapat dialokasikan pada sektor-sektor yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Perencanaan pembangunan juga dilaksanakan agar pembangunan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Tujuan pembangunan
INDIKATOR PEMBANGUNAN KUALITATIF KUANTITATIF Faktor ekonomi (GNP, GDP) Faktor politik Faktor Sosial Faktor Demografis Indikator Lingkungan gambaran kondisi kehidupan dan kualitas hidup masyarakat. UKURAN ALTERNATIF DALAM PEMBANGUNAN a)Life sustenance dalam konteks kebutuhan dasar b)Self-esteem yang berhubungan dengan self-respect dan kebebasan c)Kebebasan yang berhubungan dengan kemampuan masyarakat untuk memilih pilihan mereka
Tabel 5. Pusat-pusat wilayah pembangunan di Indonesia Pusat NoRegional pertumbu WilayahProvinsi/daerah han (kota Utama) 1AMedanIAceh dan sumatera Utara berpusat di medan IISumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau berpusat di Pekanbaru 2BJakartaIIIJambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Bangka Belitung berpusat di Palembang IVLampung, Banten, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Dan Yogyakarta Berpusat di Jakarta VKalimantan Barat berpusat di Pontianak 3CSurabayaVIJawa Timur berpusat di Surabaya VIIKalimantan Tengah, Kalimantan Timur, serta Kalimantan Selatan berpusat di Balikpapan dan Samarinda 4DMakassarVIIINusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi tenggara berpusat di Makassar IXSulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Gorontalo berpusat di Manado XMaluku, Maluku Utara, dan Irian Jaya (Papua) berpusat di Sorong
Wilayah Pembangunan di Indonesia Sepuluh Wilayah Pembangunan, yang dikelompokkan dalam empat Wilayah Pembangunan Utama. 1. Wilayah Pembangunan Utama A dengan Pusat Utama Medan. Wilayah Pembangunan I, meliputi Provinsi-provinsi Aceh dan Sumatra Utara. Wilayah Pembangunan II meliputi Provinsi-provinsi Sumatra Barat dan Riau. 2. Wilayah Pembangunan Utama B dengan Pusat Utama Jakarta Raya. Wilayah Pembangunan III, meliputi Provinsi-provinsi Jambi, Sumatra Selatan dan Bengkulu. Wilayah Pembangunan IV, meliputi Provinsi-provinsi Lampung, Jakarta Raya, Jawa Barat, Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. Wilayah Pembangunan VI meliputiProvinsi Kalimantan Barat.
3. Wilayah Pembangunan Utama C dengan Pusat Utama Surabaya. Wilayah Pembangunan V, meliputi Provinsi-provinsi Jawa Timur dan Bali. Wilayah Pembangunan VII, meliputi Provinsi-provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. 4. Wilayah Pembangunan Utama D dengan Pusat Utama Ujung Pandang. Wilayah Pembangunan VIII meliputi Provinsi-provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Wilayah Pembangunan IX, meliputi Provinsi-provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara, dan Wilayah Pembangunan X, meliputi Provinsi-provinsi Maluku dan Irian Jaya.
WILAYAH PUSAT PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Usaha Pengembangan Wilayah di Indonesia Pengembangan wilayah di Indonesia harus didasarkan pendekatan-pendekatan khusus. 1. Pengembangan wilayah berdasarkan kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) tertentu. Di dalam DAS tersebut di lakukan pemanfaatan sungai, tanah, dan sumber daya alam lainnya secara terintegrasi. Dengan demikian, dapat dikembangkan pertanian, peternakan, kehutanan, industri dan perikanan. Selain itu, termasuk perencanaannya dalam penanggulangan banjir dan erosi tanah.
2. Pengembangan wilayah pedesaan yang ditujukan untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi penduduk pedesaan. Wujudnya dapat berupa pengembangan Perkebunan Inti Rakyat (PIR). 3. Pengembangan wilayah menurut sistem perkotaan. 4. Pengembangan wilayah berdasarkan kutub-kutub pertumbuhan (Growth Pole). 5. Pengembangan wilayah berdasarkan konsep agropolitan, yaitu menyebarkan berbagai industri kecil di wilayah pedesaan dan pengembangan lahan rekreasi sehingga tumbuh beberapa kota yang berada di daerah pertanian (agropolis).
2.Pertumbuhan Wilayah a. 2. Pertumbuhan Wilayah Pusat Pertumbuhan Wilayah di Indonesia Gambar 4. Jalan di Jakarta dulu dan sekarang
Pusat pertumbuhan akan berpengaruh terhadap daerah di sekitarnya. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif dan negative yang dikemukakan oleh Myrdall (1957) Pengaruh Menguntungkan (Spread effect) 1)Terbukanya kesempatan kerja 2)Banyaknya investasi yang masuk 3)Upah buruk semakin tinggi 4)Penduduk dapat memasarkan bahan mentah. Pengaruh Menguntungkan (Spread effect) 1)Terbukanya kesempatan kerja 2)Banyaknya investasi yang masuk 3)Upah buruk semakin tinggi 4)Penduduk dapat memasarkan bahan mentah. Pengaruh Merugikan (Backwash Effect) 1)Ketimpangan regional 2)Ketimpangan Internasional 1.menurunnya tingkat kesejahteraan petani 2.besarnya ketergantungan masyarakat desa terhadap wilayh pusat pertumbuhan 3.Lingkaran setan kemiskinan. Pengaruh Merugikan (Backwash Effect) 1)Ketimpangan regional 2)Ketimpangan Internasional 1.menurunnya tingkat kesejahteraan petani 2.besarnya ketergantungan masyarakat desa terhadap wilayh pusat pertumbuhan 3.Lingkaran setan kemiskinan.
b. Teori-teori Pertumbuhan Wilayah 1.Teori-teori Pertumbuhan Wilayah Teori Pusat Pertumbuhan (Perroux, Friedman, dan Hircsman, Rostow) pertumbuhan ekonomi di tiap daerah tidak terjadi di sembarang tempat melainkan, muncul di lokasi tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda satu sama lain, lokasi inilah yang disebut kutub pertumbuhan. Kutub pertumbuhan Francois Perroux Adapun ciri-ciri industri yang dapat membangun sebuah pusat pertumbuhan antara lain : Tingkat konsentrasi tinggi Tingkat Teknologi Maju Mendorong perkembangan industri di sekitarnya Manajemen yang professional dan modern Sarana dan prasarana yang sudah lengkap Ilustrasi teori kutub pertumbuhan menurut Perroux
Teori Pusat Pertumbuhan Friedman John Friedman Pengembangan wilayah akan melahirkan kota utama dan wilayah sekitarnya yang menjadi inti (Core) dari sistem kota-kota nasional dan pinggiran (periphery) yang berada di luar serta bergantung pada inti. Perkembangan disebarkan dari inti ke pinggiran melalui pertukaran penduduk, barang, dan jasa. Kota sebagai inti berpengaruh atas wilayah pinggirannya a.Daerah metropolitan (metropolitan region) b.Poros pembangunan (development axes) c.Daerah perbatasan (frontier region) d.Daerah tertekan (depressed region)
Teori Pusat Pertumbuhan Hirschman Albert O Hirschman pertumbuhan ekonomi pada pusat pertumbuhan ekonomi pada pusat pertumbuhan akan berpengaruh pada daerah belakangnya melalui efek polarisasi atau Polization Effect dan efek penetasan ke bawah (Trickling Down Effect). Polarization effect tersebut diperkuat dengan adanya pemusatan investasi pada pusat pertumbuhan, sedangkan Trickling Down Effect dapat tumbuh dengan cara meningkatnya daya tarik wilayah sekitarnya
Teori Pusat Pertumbuhan Rostow Walt Rostow terdapat lima fase pembangunan yang didasarkan kepada ciri-ciri umum perubahan keadaan: ekonomi, politik, dan sosial yang berlaku. 1. Masyarakat Tradisional (The Traditional Community) 2. Prasyarat untuk Lepas Landas (The Preconditions for Take Off) 3. Lepas Landas (The Take Off) 4. Gerakan ke Arah Kedewasaan (The Drive to Maturity) 5. Masa Konsumsi Tinggi (The Age Off Hight Mass Consumption)
Manfaat Regionalisasi 1. Membantu memisahkan sesuatu yang berguna dari yang kurang berguna. 2. Mengurutkan keanekaragaman permukaan bumi. 3. Menyederhanakan informasi dari suatu gejala atau fenomena di permukaan yang sangat beragam. 4. Memantau perubahan-perubahan yang terjadi baik gejala alam maupun manusia.
Regionalisasi membutuhkan tahapan yang lama, karena itu harus dilaksanakan kajian atau penelitian mendalam yang melibatkan beberapa ahli seperti ahli geografi, perencanaan pembangunan, sosiologi, dan ahli-ahli lain yang sesuai dengan tujuan regionalisasi. Informasi atau data-data yang harus dikumpulkan juga harus lengkap dan akurat. Persoalan yang paling menjadi masalah adalah keberadaan data yang sulit diperoleh dan kalaupun ada data yang diperoleh masih kurang akurat, sehingga petugas yang melakukan pendataan harus teliti dan sungguh-sungguh.
D. Pusat-Pusat Pertumbuhan Pusat pusat pertumbuhan adalah cara yang ditempuh oleh pemerintah untuk menentukan daerah tertentu yang dianggap strategis sehingga pada gilirannya akan memberi efek menetes bagi daerah sekitarnya. Contoh: Provinsi Kalimantan Timur dalam proses pembangunan tentu mempunyai kota atau kabupaten yang akan dijadikan pusat pertumbuhan yang diperkirakan membawa efek bagi daerah sekitarnya. Ketika pemerintah Kalimantan Timur membangunan Kota Balikpapan dan Samarinda sedemikian rupa sehingga menjadi kota yang sangat maju, harapannya adalah kemajuan Balikpapan dan Samarinda akan menetes ke daerah-daerah sekitarnya seperti Paser Utara, Pasir, Tenggarong, Bontang dan sebagainya. Dalam hal ini Samarinda dan Balikpapan merupakan pusat pertumbuhan Kalimantan Timur.
1. Sector Theory dari Hoyt Menurut teori ini struktur ruang kota cenderung berkembang berdasarkan sektor-sektor dari pada berdasarkan lingkaran-lingkaran konsentrik. PDK (Pusat Daerah Kegiatan) atau CBD (Central Business District) terletak di pusat kota, namun pada bagian lainnya berkembang menurut saktor-sektor yang bentuknya menyerupai irisan kue bolu. Hal ini dapat terjadi akibat dari faktor geografi, seperti bentuk lahan dan pengembangan jalan sebagai sarana komunikasi dan transportasi.
Menurut Homer Hoyt, susunan kota sebagai berikut a. Central Business District (CBD) atau pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan. b. Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan. c. Sektor kaum buruh atau kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum buruh. d. Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madyawisma. e. Sektor permukiman adiwisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas yang terdiri dari para eksekutif dan pejabat.
2. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory) Walter Cristaller (Jerman tahun 1933) mengemukakan tentang teori tempat sentral. Menurut Christaller terdapat konsep yang disebut jangkauan (range) dan ambang (treshold). RANGE adalah jarak yang perlu ditempuh manusia untuk mendapatkan barang kebutuhannya pada suatu waktu tertentu saja. TRESHOLD adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan keseimbangan suplai barang. Dalam teori ini diasumsikan pada wilayah datar yang luas dihuni oleh sejumlah penduduk dengan kondisi yang merata. Dalam memenuhi kebutuhannya, penduduk memerlukan berbagai jenis barang dan jasa, seperti makanan, minuman, perlengkapan rumah tangga, pelayanan pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Untuk memperoleh kebutuhan tersebut penduduk harus menempuh jarak tertentu dari rumahnya yang disebut range.
Dari bentuk kebutuhan dan pelayanan di atas maka muncul istilah tempat sentral (Central Place Theory), yaitu lokasi yang senantiasa melayani berbagai kebutuhan penduduk dan terletak pada suatu tempat yang terpusat (sentral). Skema hirarki K = 3 yang merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang selalu menyediakan bagi daerah sekitarnya, sering disebut kasus pasar optimal.
Tempat sentral merupakan suatu titik simpul dari suatu bentuk heksagonal atau segi enam. Daerah segi enam ini merupakan wilayah-wilayah yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat yang sentral tersebut. Dalam kenyataannya dapat berupa kota-kota besar, pusat perbelanjaan atau mal, supermarket, pasar, rumah sakit, sekolah, kampus perguruan tinggi, ibukota provinsi, atau kota kabupaten yang masingmasing memiliki pengaruh atau kekuatan menarik penduduk yang tinggal di sekitarnya dengan daya jangkau yang berbeda.
1. Hirarki K = 3 merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang selalu menyediakan bagi daerah sekitarnya, sering disebut kasus pasar optimal. Wilayah ini selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi sepertiga bagian dari masing-masing wilayah tetangganya K = 3 =6(1/3+1)=3 Tempat sentral dan daerah yang dipengaruhinya (komplementer), pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu hirarki 3 (K = 3), hirarki 4 (K = 4), dan hiraki 7 (K = 7).
2. Hirarki K = 4 yaitu wilayah ini dan daerah sekitarnya yang terpengaruh memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien. Tempat sentral ini disebut pula situasi lalu lintas yang optimum. Situasi lalulintas yang optimum ini memiliki pengaruh setengah bagian di masingmasing wilayah tetangganya K = 4 =6(1/2+1)=4
3. Hirarki K = 7 yaitu wilayah ini selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi seluruh bagian (satu bagian) masing-masing wilayah tetangganya. Wilayah ini disebut juga situasi administratif yang optimum. Situasi administratif yang dimaksud dapat berupa kota pusat pemerintahan. K = 7 =6(1)+1= 7
Permasalahan dalam penerapan tata ruang wilayah Beberapa tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam penerapan tata ruang wilayah, antara lain: Jumlah penduduk yang sangat besar, dan kemiskinan. Kesenjangan antar wilayah. Bencana alam yang tinggi. dan Krisis pangan, energi, dan air serta perubahan iklim Permasalahan yang dihadapi penerapan tata ruang wilayah Meningkatnya kebutuhan tanah untuk kegiatan pembangunan. Terjadi alih fungsi lahan. Konflik kepentingan antar-sektor (kehutanan, pertambangan, lingkungan, perasarana wilayah, dll) Konflik antar-wilayah: Pusat-Daerah dan Antardaerah. Penggunaan ruang tidak sesuai peruntukan. Menurunnya luas kawasan yang berfungsi lindung, kawasan resapan air dan meningkatnya DAS kritis.
Problem Tata Ruang Permasalahan Lingkungan Permasalahan Manajemen Tata Ruang