MODUL 1 ANALISIS HIDROLOGI

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
KONSEP DASAR HIDROLOGI
Advertisements

Metode Thornwaite Neraca Air Lahan DR.IR. APRISAL, M.Si FP.UA.
HUJAN/PRESIPITASI INDIKATOR KOMPETENSI
3. FUNDAMENTAL OF PLANTS CULTIVATION Reddy, K. R. and H. F. Hodges
STATISTIK PETERNAKAN.
Fluktuasi keadaan variabel ini sepanjang tahun di daerah tropika(sekitar katulistiwa) lebih kecil dibanding sub tropika.
PRESIPITASI Presipitasi :
PENDAHULUAN HIDROGEOLOGI.
Irigasi 1 Perencanaan Irigasi.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI
Kebutuhan Air Irigasi.
BAB III SPESIFIKASI.
NERACA AIR PROF. SENGLI J. DAMANIK KONSEP DASAR
MENGHILANGKAN PENGARUH MUSIMAN DAN TREND
INDEKS MUSIMAN DAN GERAKAN SIKLIS
INDEKS MUSIMAN DAN GERAKAN SIKLIS
PENYAJIAN DATA SPECIAL FOR XII TR 2.
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1
PERENCANAAN IRIGASI DI WILAYAH TANGERANG SELATAN
Hidrologi : ilmu yang mempelajari estimasi kuantitas (volume) air di suatu daerah waktu kering / banjir I. Siklus Hidrologi : evaporasi, presipitasi, evapotranspirasi,
Kebutuhan Air Tanaman dan Kebutuhan Air Irigasi
Iklim Tropis Asia, Indonesia, Sumatra, Lampung
Perencanaan Agregat MODUL 8 Metoda Perencanaan Agregat
Resiko Iklim dan Kerentanan Kota Bandung
Yonny Koesmaryono Yayan Apriyana
Kelompok Faktor Iklim Endah Budi Irawati, SP.MP
Anggaran bahan mentah (direct material budget)
Data curah hujan rata-rata bulanan Kecamatan Bandar Tahun
Pertemuan <<#>> <<Judul>>
Kebutuhan Air Tanaman dan Kebutuhan Air Irigasi
Manajemen Dana Tunai Cash Budget
ASPEK HIDROLOGI Kuliah ke-2 Drainase.
BAB X INDEKS MUSIMAN DAN GERAKAN SIKLIS
PERAMALAN DENGAN METODE SMOOTHING
III6. Penguapan air A. Definisi
Analisis Perilaku Biaya
PERENCANAAN PRODUKSI lanjutan.
Pemanfaatan Sumber Daya ALAM
IKLIM DAN HIDROLOGI UNSUR-UNSUR IKLIM
KEBUTUHAN AIR IRIGASI.
H U J A N Presipitasi adalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah hujan di daerah.
Metode analisa hujan klimatologi.
PENGERTIAN METEOROLOGI
PENGUAPAN.
Ratna Septi Hendrasari
Rumah Bersalin “HARAPAN BUNDA”
Klasifikasi Iklim Schmidt dan Ferguson
ASPEK HIDROLOGI Kuliah ke-2 Drainase.
PSDA.
Kriteria.
HUJAN.
METEOROLOGI Disusun oleh : Adi prasetya ( )
BAB 3. Analisis biaya.
MANAJEMEN PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERDASARKAN POLA RUANG RTRW
BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
PERENCANAAN SISTEM DRAINASE
BUDI INDRA SETIAWAN TAM Infrastruktur Pertanian
BUDI INDRA SETIAWAN TAM Infrastruktur Pertanian
Topik 4 Drainase Permukaan Pertemuan suhardjono 12/27/2018.
MATA KULIAH REKAYASA HIDROLOGI DEBIT BANJIR (FLOOD FLOW) (1) BY : NOOR LAILAN HIDAYATI, ST.
PENENTUAN CURAH HUJAN RERATA DAERAH
PENENTUAN DEBIT BANJIR RANCANGAN METODE RASIONAL MODIFIKASI
Hidrologi Dasar1 ANALISA DEBIT ANDALAN. Hidrologi Dasar2 Apa itu debit andalan? Tersedia sepanjang tahun Ada risiko gagal Menurut pengamatan & pengalaman:
Analisa Hidrologi untuk Bendungan
Analisa Hidrologi untuk Bendungan DR. Ir. Wanny K. Adidarma M.Sc Bimbingan teknis Perhitungan Debit Banjir Pada Data Terbatas Dengan Curah Hujan Satelit.
KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI. Kebutuhan air irigasi di sawah ditentukan oleh beberapa faktor berikut:  penyiapan lahan;  penggunaan konsumtif;  perkolasi.
ANALISIS HIDROLOGI DAN SEDIMEN PERENCANAAN BANGUNAN SABO
Perkiraan secara kuantitatif dari siklus hidrologi dapat dinyatakan berdasar prinsip konservasi massa yang dikenal dengan persamaan neraca air. Neraca.
Transcript presentasi:

MODUL 1 ANALISIS HIDROLOGI PELATIHAN OPERASI WADUK MODUL 1 ANALISIS HIDROLOGI

Latar Belakang Terkait dengan kebijakan Pemerintah untuk berswasembada pangan, maka Pemerintah membangun waduk-waduk baru. Untuk mengoptimalkan fungsi waduk diperlukan tenaga kerja yang kompeten dalam bidang operasi dan pemeliharaan waduk.

Deskripsi singkat Mata pendidikan dan pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai analisis hidrologi bendungan, yang meliputi analisis hujan kawasan, potensi ketersediaan air, debit andalan, kebutuhan air, dan neraca air yang disajikan dengan cara ceramah, studi kasus, dan tanya jawab.

Tujuan Pembelajaran Kompetensi Dasar Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan diharapkan mampu melakukan analisis hidrologi terkait dengan operasi waduk .

Tujuan Pembelajaran Indikator Keberhasilan Setelah pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu: Menganalisis ketersedian air (debit andalan) Menganalisis kebutuhan air Menganalisis neraca air

Kegiatan Belajar dan Sub Kegiatan Belajar Dalam modul analisis hidrologi ini akan membahas materi: a) Analisa data hujan wilayah b) Analisa frekuensi c) Neraca air: debit andalan, dan kebutuhan air .

Estimasi Waktu Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata pelatihan “Analisis hidrologi” ini adalah 8 (delapan) jam pelajaran (JP) atau sekitar 360 menit.

Curah Hujan Wilayah Hujan Wilayah / Hujan Kawasan / Hujan DAS adalah curah hujan rata-rata pada suatu wilayah/kawasan/DAS tertentu berdasarkan beberapa pos penakar hujan yang berada di dalam suatu wilayah/kawasan/DAS dan/atau di sekitarnya.

Cara Perhitungan Hujan Wilayah Ada 3 metode yang banyak digunakan: Rata-rata Aljabar (aritmatik) Poligon Thiessen Isohyet

Rata-rata Aljabar di mana : 𝑑 = tinggi curah hujan rata-rata 𝑅 = 𝑅 1 + 𝑅 2 +…+ 𝑅 𝑛 𝑛 = 𝑖=1 𝑛 𝑅 𝑖 𝑛 di mana : 𝑑 = tinggi curah hujan rata-rata d1, d2, dn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1, 2, ….n

Poligon Thiessen 𝑅 = 𝐴 1 𝑅 1 + 𝐴 2 𝑅 2 +…+ 𝐴 𝑛 𝑅 𝑛 𝐴 1 + 𝐴 2 +…+ 𝐴 𝑛 𝑅 = 𝐴 1 𝑅 1 + 𝐴 2 𝑅 2 +…+ 𝐴 𝑛 𝑅 𝑛 𝐴 1 + 𝐴 2 +…+ 𝐴 𝑛 𝐴 𝑖 = Luas pengaruh dari stasiun pengamatan i A = Luas total dari DAS 𝑅 = Curah hujan rata-rata R1, R2,..,Rn = Curah hujan pada setiap titik pengukuran (stasiun)

Isohyet di mana : A = A1+A2+…+An (luas total area) 𝑅 = 𝑅 0 + 𝑅 1 2 𝐴 1 + 𝑅 1 +𝑅 2 𝐴 2 +…+ 𝑅 𝑛−1 + 𝑅 𝑛 2 𝐴 𝑛 𝐴 1 + 𝐴 2 +…+ 𝐴 𝑛 di mana : A = A1+A2+…+An (luas total area) 𝑅 = tinggi curah hujan rata-rata area R0, R1, Rn = curah hujan pada isohyet 0, 1, 2,…, n

Contoh Suatu daerah aliran mempunyai luas 99,10 km2, dipasang di dalam dan di sekitar daerah aliran tersebut 4 (empat) buah stasiun atau pos pengamatan curah hujan dengan curah hujan harian pada pos titik 1 tingginya curah hujan, R1= 156 mm/hari, R2 = `164 mm/hari, R3 = 174 mm/hari dan R4 = 168 mm/hari.

Rata-rata Aljabar/aritmatik Tabel 2‑1 Perhitungan tinggi curah hujan kawasaan dengan cara aritmatik No Penjelasan Pos (Titik) Pengamatan Keterangan 1 2 3 4 Luas daerah aliran (A = km2) - 99,1 km2 Tingg curah hujan setiap pos,d (mm/hari) 156,00 164,00 174,00 168,00 662,00 Tingg curah hujan rata-rata,d= ∑(di)/n (mm/hari) 165,50 mm/hari n = 4; ∑(R1+R2+R3+R4)= 662,00 mm/hari Dari Tabel 2-1 terlihat bahwa tinggi curah hujan rata-rata,d = 165,50 mm/hari diperoleh dari ∑(156+164+174+168)/4=165,50 mm/hari.

Pos(Titik) Pengamatan Poligon Thiessen Tabel 2-2. Perhitungan Tinggi Curah Hujan Rata-Rata Dengan Cara Thiessen Penjelasan Pos(Titik) Pengamatan Keterangan   1 2 3 4 Pembagian daerah aliran (Ai=km2) 27,40 26,50 14,60 30,60 99,10 Bobot,Wi= Ai/An (%) 27,65 26,74 14,73 30,88 100% Tingg curah hujan setiap pos,d (mm/hari) 156,00 164,00 174,00 168,00 Bobot * tinggi curah hujan = Ai/An * di (mm/hari) 43,13 43,85 25,63 51,87 164,50 Tingg curah hujan rata-rata=d (mm/hari) 164,50 mm/hari

Isohyet

Isohyet No. Penjelasan Garis Isohyet 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 Tinggi Curah Hujan Isohyet (mm) 135 145 155 165 175 185 195 Luas daerah aliran antara batas dan Isohyet 1 (A1) 6,90   Luas daerah aliran antara Isohyet 1 dan Isohyet 2 (A2) 19,50 Luas daerah aliran antara Isohyet 2 dan Isohyet 3 (A3) 21,50 Luas daerah aliran antara Isohyet 3 dan Isohyet 4 (A4) 23,50 Luas daerah aliran antara Isohyet 4 dan Isohyet 5 (A5) 20,50 7 Luas daerah aliran antara batas dan Isohyet 5 (A6) 7,20 8 Jumlah (Isohyet0+Isohyet1)/2*A1/A 9,75 9 Jumlah (Isohyet1+Isohyet2)/2*A2/A 29,52 10 Jumlah (Isohyet2+Isohye3)/2*A3/A 34,71 11 Jumlah (Isohyet3+Isohyet4)/2*A4/A 40,31 12 Jumlah (Isohyet4+Isohyet5)/2*A5/A 37,24 13 Jumlah (Isohyet5+Isohyet6)/2*A6/A 13,80 14 Tinggi Curah Hujan Rata-rata (mm), 165,33

RESUME HUJAN KAWASAN Data hujan 4 pos penakar hujan: R1 = 156 mm/hari, R3 = 174 mm/hari, dan R4 = 168 mm/hari. Hasil perhitungan hujan kawasan: Metode Aritmatik = 165,50 mm/hari Metode Poligon Thiessen = 164,50 mm/hari Metode Isihyet = 165,33 mm/hari

NERACA AIR Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan (ketersediaan) dan keluaran (kebutuhan) air di suatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit).

Ketersediaan Air Ketersediaan air disbut juga debit andalan di sungai dianalisis berdasar data yang cukup panjang dan handal, sehingga informasi keragaman debit terhadap waktu kejadian debit rendah dan tinggi dapat tercakup dan mewakili kejadian-kejadian tersebut. Pada sungai yang memiliki data pengukuran, ketersediaan airnya dapat ditentukan peluang terjadinya atau terlampauinya yang dapat dihitung dengan metode statistika.

Ketersediaan Air Menurut pengamatan dan pengalaman terdapat empat metode untuk analisa debit andalan (Montarcih, 2009) yaitu: Metode debit rata-rata minimum Metode flow characteristics Metode Tahun Dasar Perencanaan Metode Bulan Dasar Perencanaan

Ketersediaan Air Tergantung pada ketersediaan data, debit andalan melalui dua cara, yaitu: berdasar data debit, berdasar penurunan data debit dari data hujan

Ketersediaan Air Diagram alir penentuan air yang masuk (inflow) ke waduk (ketersediaan air)

Berdasar data debit data debit berupa debit harian rerata, dicari debit rerata tengah bulanan, hitung probabilitas untuk menentukan debit tahun basah, sedang, dan kering, debit andalan bisa berbasis tahunan, bisa juga berbasis bulanan atau tengah bulanan.

Data debit tengah bulana di Jatibarang   Jan I Jan II Feb I Feb II Mar I Mar II Apr I Apr II Mei I Mei II Jun I Jun II Jul I Jul II Agt I Agt II Sep I Sep II Okt I Okt II Nov I Nov II Des I Des II 2003 3.77 3.18 5.47 7.62 5.39 4.36 3.58 3.44 3.31 2.57 2.22 2.44 2.07 1.82 1.80 1.69 1.74 2.26 3.66 2.80 2.62 3.57 3.12 8.23 2004 6.45 6.39 9.21 7.70 8.89 7.35 8.17 6.98 6.07 4.81 4.50 2.24 2.48 1.90 1.85 2.13 2.92 2.60 2.38 5.66 6.89 2005 7.78 7.75 5.76 5.35 6.79 6.12 9.63 8.16 6.78 4.26 3.80 4.74 2.84 2.34 1.81 1.57 1.56 1.92 2.88 3.00 3.70 4.99 6.08 2006 6.95 10.18 6.88 5.22 5.74 5.01 7.15 5.53 6.56 5.10 4.62 2.52 2.21 1.96 1.89 3.34 3.90 4.95 2007 1.32 1.62 3.17 2.33 4.44 2.68 2.47 2.06 1.48 1.33 1.36 1.28 1.06 0.90 0.98 0.89 0.74 0.72 0.87 2.31 2.96 18.74 2008 16.95 8.07 15.03 12.12 5.09 3.84 1.37 1.05 0.69 0.55 0.51 0.59 0.61 0.53 0.85 0.96 1.44 1.10 1.64 2.63 2009 2.30 5.78 2.81 0.56 1.00 0.47 0.43 1.54 0.32 0.80 0.19 0.36 0.15 0.13 0.14 0.07 0.17 0.26 2010 0.81 1.72 1.75 1.93 1.94 1.46 2.79 1.24 1.25 0.64 0.62 1.17 2.19 1.38 2.40 4.05 1.53 3.20 4.00 2011 3.53 4.80 4.34 6.71 5.91 4.87 3.85 2.78 2.46 2.41 0.79 0.48 0.34 0.09 0.00

Debit andalan berbasis tahunan   Jan I Jan II Feb I Feb II Mar I Mar II Apr I Apr II Mei I Mei II Jun I Jun II Jul I Jul II Agt I Agt II Sep I Sep II Okt I Okt II Nov I Nov II Des I Des II rerata tahunan 2003 3.77 3.18 5.47 7.62 5.39 4.36 3.58 3.44 3.31 2.57 2.22 2.44 2.07 1.82 1.80 1.69 1.74 2.26 3.66 2.80 2.62 3.57 3.12 8.23 3.447 2004 6.45 6.39 9.21 7.70 8.89 7.35 8.17 6.98 6.07 4.81 4.50 2.24 2.48 1.90 1.85 2.13 2.92 2.60 2.38 5.66 6.89 4.932 2005 7.78 7.75 5.76 5.35 6.79 6.12 9.63 8.16 6.78 4.26 3.80 4.74 2.84 2.34 1.81 1.57 1.56 1.92 2.88 3.00 3.70 4.99 6.08 4.660 2006 6.95 10.18 6.88 5.22 5.74 5.01 7.15 5.53 6.56 5.10 4.62 2.52 2.21 1.96 1.89 3.34 3.90 4.95 4.294 2007 1.32 1.62 3.17 2.33 4.44 2.68 2.47 2.06 1.48 1.33 1.36 1.28 1.06 0.90 0.98 0.89 0.74 0.72 0.87 2.31 2.96 18.74 2.543 2008 16.95 8.07 15.03 12.12 5.09 3.84 1.37 1.05 0.69 0.55 0.51 0.59 0.61 0.53 0.85 0.96 1.44 1.10 1.64 2.63 3.474 2009 2.30 5.78 2.81 0.56 1.00 0.47 0.43 1.54 0.32 0.80 0.19 0.36 0.15 0.13 0.14 0.07 0.17 0.26 0.830 2010 0.81 1.72 1.75 1.93 1.94 1.46 2.79 1.24 1.25 0.64 0.62 1.17 2.19 1.38 2.40 4.05 1.53 3.20 4.00 1.682 2011 3.53 4.80 4.34 6.71 5.91 4.87 3.85 2.78 2.46 2.41 0.79 0.48 0.34 0.09 0.00 2.299 Q(30%) 4.29 Q(60%) 2.54 Q(80%) 1.68

Debit andalan berbasis tengah bulanan   Jan I Jan II Feb I Feb II Mar I Mar II Apr I Apr II Mei I Mei II Jun I Jun II Jul I Jul II Agt I Agt II Sep I Sep II Okt I Okt II Nov I Nov II Des I Des II 10% 16.95 10.18 15.03 12.12 8.89 7.35 9.63 8.16 6.78 5.10 4.62 4.74 2.84 2.34 2.22 2.21 2.92 3.66 2.88 4.05 5.39 18.74 8.23 20% 7.78 8.07 9.21 7.70 6.79 6.12 8.17 6.98 6.56 4.81 4.50 2.52 2.48 2.24 1.90 1.85 2.13 2.26 2.60 2.80 3.18 3.70 5.66 6.89 30% 6.95 7.75 6.88 7.62 5.74 5.01 7.15 5.91 6.07 4.26 3.80 2.46 2.41 1.81 1.69 1.74 2.19 2.40 3.00 3.57 4.99 6.08 40% 6.45 6.39 5.78 5.35 4.36 6.71 5.53 4.87 3.85 2.78 2.44 1.82 1.80 1.57 1.56 1.96 1.89 2.38 2.62 3.34 3.90 4.95 50% 5.76 5.22 5.09 4.34 3.58 3.44 3.31 2.79 2.07 0.90 0.98 1.17 1.92 1.38 2.57 2.96 3.20 4.44 60% 3.77 5.47 3.17 4.80 3.84 2.47 2.31 1.36 1.28 1.06 0.81 0.64 0.62 0.89 0.74 0.85 0.96 1.53 3.12 4.00 70% 1.32 2.30 3.53 2.81 2.68 2.33 2.06 1.48 1.54 1.24 1.25 0.87 0.79 0.51 0.59 0.61 0.53 0.72 1.44 1.10 1.64 2.63 80% 1.62 1.75 1.93 1.94 1.46 1.37 1.05 0.69 0.55 0.48 0.34 0.14 0.13 0.07 0.15 0.17 0.26 90% 0.47 0.56 1.72 1.00 0.43 1.33 0.32 0.80 0.19 0.36 0.09 0.00 Q(30%) Q(60%) Q (80%)

Debit Andalan (Q80%)

Berdasar penurunan data debit dari data hujan Metode FJ Mock: data DAS: luas DAS, penutupan lahan, data iklim: temperatur udara, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, data hujan harian, hitung hujan kawasan (jika pos hujan > 1 buah), hitung hujan tengah bulanan, jumlah hari hujan tengah bulanan, turunkan debit tengah bulanan dengan Metode FJ. Mock.

Diagram alir Metode FJ. Mock Keterangan : SMC = kapasitas kelembaban tanah SMS = penyimpanan kelembaban tanah l = koefisien infiltrasi k = faktor resesi aliran air tanah PF = faktor aliran hujan lebat GS = keseimbangan air tanah

Perhitungan Evapotranspirasi Penmann Dasar Unit Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 1 2 Suhu Udara C 30.75 30.90 30.73 26.18 29.82 Kelembaban Relatif % 76.00 76.07 76.56 84.20 73.06 73.93 77.03 73.13 71.71 75.30 75.35 3 Kecepatan Angin U2 m/dt 0.55 0.61 0.58 0.21 0.19 0.18 0.39 0.43 0.33 0.28 4 Penyinaran Matahari (8 jam); Q1 34.12 36.52 35.58 39.40 55.19 54.60 53.13 66.56 68.11 57.25 49.77 32.98 5 Lintang   7.00 6 Albedo 7 Transfer ke 12 jam 0,786 Q1+3,46 30.28 32.16 31.43 34.43 46.84 46.38 45.22 55.78 56.99 48.46 42.58 29.38 Perhitungan (prosida/Penman) 8 Tabel 2 dan (1) f(Tai) x 10-2 9.68 9.69 9.08 9.66 9.10 9.55 9 Tabel 2 dan (1) L-1 x 102 3.28 3.29 2.56 3.26 2.59 3.11 10 Tabel 2 dan (1) Pzwa.Jsa mmHg 33.33 33.52 25.31 33.14 25.60 31.46 11 Tabel 2 dan (1) 2.39 2.40 1.98 2.38 2.00 2.30 12 = (2) x (10) Pzwa 25.33 25.35 25.52 28.22 18.49 24.35 24.64 25.82 24.50 24.37 23.90 25.10 19.29 23.71 13 Tabel 3 dan (12) f(Tdp) 0.09 0.15 0.10 0.14  0.00 0.16 0.11 14 = (10) - (12) Pzwa. Jsa - Pzwa 8.00 7.98 7.81 5.30 6.82 8.98 8.69 7.70 8.64 8.96 9.43 8.23 6.31 7.75 15 Tabel 4 dan (3) x f(U2) 0.13 0.12 16 = (14) x (15) 1.21 1.20 1.18 0.71 0.93 0.90 0.80 1.24 1.01 0.78 0.95 17 Tabel 5 dan (5) caHsh x 10-2 9.12 9.16 8.90 8.32 7.64 7.25 7.37 7.95 8.59 8.99 9.06 18 Tabel 6 dan (7) dan (5) ash x f(r) 0.32 0.36 0.40 19 = (17) x (18) 2.93 2.94 2.86 2.67 2.75 2.61 2.65 3.17 3.43 3.59 3.27 2.91 20 = (8) x {1.00 - (7)} 6.75 6.57 6.64 6.35 4.83 5.15 5.19 5.31 4.27 4.16 4.99 5.56 6.43 6.74 21 =1.00-{(20)/10} 0.34 0.52 0.49 0.48 0.47 0.57 0.50 0.44 22 = (8) x (13) x (21) 0.29 0.51 0.00 0.76 0.72 0.56 0.67 23 = (19) - (22) 2.64 2.43 2.52 2.19 1.99 1.89 2.26 2.47 2.50 2.81 2.60 2.57 24 = (9) x (23) 8.65 7.97 8.26 7.21 8.79 5.09 6.52 6.19 7.43 8.11 8.52 8.20 9.22 8.54 6.23 7.99 25 = (16) x (24) 10.45 9.59 9.74 3.97 4.84 3.61 6.09 5.60 5.95 6.50 7.65 9.70 11.48 7.62 26 = (25 )/ (11) Eto mm/hari 4.37 4.01 4.08 1.65 2.02 1.82 2.55 2.34 2.48 2.71 3.22 4.06 4.80 3.62 2.42 3.31 27 Jumlah Hari 15.00 16.00 14.00 28 Evapotranspirasi (Eto) mm/2mg 65.59 69.97 56.20 61.16 65.24 24.81 30.25 27.36 40.79 35.13 37.17 43.32 48.24 51.46 60.86 72.02 76.82 54.25 36.25 53.02

Debit tengah bulanan Metode FJ. Mock

Kebutuhan Air Secara umum kebutuhan air yang diambil dari waduk dapat dikelompokkan menjadi: Kebutuhan Air Minum dan Kegiatan Perkotaan Kebutuhan Air untuk Industri Kebutuhan Air untuk Pemeliharaan Sungai Kebutuhan Air untuk Perikanan Kebutuhan Air untuk Peternakan Kebutuhan Air untuk Irigasi

Kebutuhan air perkotaan Tabel 1. Proyeksi konsumsi air per orang per hari (l/o/h) Sumber: Pd T-25-2004-A Pedoman Pengoperasian Waduk Tunggal

Kebutuhan air perkotaan Dimana: QMin (i) = kebutuhan air minum dan kegiatan perkotaan pada bulan I (m3 bulan-1) H(i) = jumlah hari dalam bulan i qk = konsumsi air per orang per hari untuk daerah perkotaan (liter orang-1 hari-1) qd = konsumsi air per orang per hari untuk daerah pedesaan (liter orang-1 hari-1) Pk = populasi di kota Pd = populasi di desa

Kebutuhan air untuk Industri Industri Besar = 450 ∼ 500 liter/tenaga kerja/hari Industri Sedang = 100 ∼ 200 liter/tenaga kerja/hari Industri Kecil = 80 ∼ 100 liter/tenaga kerja/hari dimana, QInd (i) = kebutuhan air industri pada bulan I (m3 /bulan) H(i) = jumlah hari dalam bulan i qb = konsumsi air per tenaga kerja untuk Industri Besar (liter /orang/hari) qs = konsumsi air per tenaga kerja untuk Industri Sedang (liter /orang/hari) qk = konsumsi air per tenaga kerja untuk Industri Kecil (liter /orang/hari ) Pb = populasi tenaga kerja untuk Industri Besar Ps = populasi tenaga kerja untuk Industri Sedang Pk = populasi tenaga kerja untuk Industri Kecil

Kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai (penggelontoran) Sesuai dengan Perencanaan Pengembangan Sumber Air Terpadu, Direktorat Jendral Pengairan, Dep. PU kebutuhan air penggelontoran untuk daerah perkotaan (urban) per orang per hari dapat dilihat pada Tabel 2. Sumber: Pd T-25-2004-A Pedoman Pengoperasian Waduk Tunggal

Kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai (penggelontoran) Dimana: QPS (i) = kebutuhan air untuk penggelontoran pada bulan I (m3 bulan-1) H(i) = jumlah hari dalam bulan i

Kebutuhan air untuk perikanan dimana, QPk (i) = kebutuhan air untuk perikanan pada bulan I (m3 bulan-1) H(i) = jumlah hari dalam bulan I qfp = kebutuhan air untuk kolam per hari (mm hari-1) Afp = luas kolam ikan (ha)

Kebutuhan air peternakan Tabel 3. Konsumsi air ternak per kepala per hari Dimana: QPt (i) = kebutuhan air untuk ternak pada bulan I (m3 bulan-1) H(i) = jumlah hari dalam bulan i qKS = konsumsi air untuk kuda/kerbau/sapi per kepala per hari (liter kepala-1 hari-1) PKS = proyeksi populasi kuda/kerbau/sapi qKD = konsumsi air untuk kambing/domba per kepala per hari (liter kepala-1 hari-1) PKD = proyeksi populasi kambing/domba qB = konsumsi air untuk babi per kepala per hari (liter kepala-1 hari-1) PB = proyeksi populasi babi

Kebutuhan air untuk irigasi Kebutuhan air irigasi dihitung dengan memperhatikan hal-hal berikut ini: Pola tanam Evapotranspirasi Crop consumptive use Persiapan lahan Perkolasi Hujan efektif Kehilangan air Kebutuhan air irigasi di sawah: 𝑁𝐹𝑅= 𝐸𝑇 𝑐 +𝑃− 𝑅 𝑒 +𝑊𝐿𝑅 ETc = penggunaan air komsumtif, mm/hari P = perkolasi, mm/hari Re = hujan efektif, mm/hari WLR = penggantian lapisan air, mm/hari

Kebutuhan air irigasi di sawah Re ETc NFR WLR P

Kebutuhan air untuk irigasi Kebutuhan air untuk irigasi dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: 𝑄𝐼𝑅(𝑖)= 𝑞𝑖𝑟(𝑖) 1000 𝐴 𝐼𝑅 𝑥1000 qir(i)= 𝐸𝑇 𝑐 +𝑃𝑡𝑛 +𝑃+𝑃𝑙𝑎−𝑅𝐸 𝑒 Dimana: qir (i) = kebutuhan air untuk irigasi persatuan luas pada bulan I (mm/bulan) e = efisiensi irigasi Etc = konsumsi air untuk tanaman : Eto x kc (mm/bulan) Eto = evapotranspirasi (mm/bulan) Kc = koefisien tanaman Ptn = kebutuhan air untuk persiapan tanah (mm/bulan) P = kehilangan air karena perkolasi (mm/bulan) Pla = air pengganti (mm/bulan) Re = hujan efektif (mm/bulan) QIR = kebutuhan air untuk irigasi (m3 /bulan) AIR = luas daerah irigasi (ha) Sumber: Pd T-25-2004-A Pedoman Pengoperasian Waduk Tunggal

NERACA AIR WADUK JATIBARANG

Sekian Terima kasih atas perhatiannya