FAAL PARU DAN REHABILITASI PARU PADA TUBERKULOSIS Prof. DR. Dr. Suradi, Sp.P(K), MARS, FISR Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UNS/ RSDM
PENDAHULUAN TUBERKULOSIS Penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Merupakan penyebab kematian kedua akibat penyakit infeksi setelah HIV di dunia Penyebab mayor morbiditas dan mortalitas di negara berkembang, termasuk Indonesia. TUBERKULOSIS
PENDAHULUAN TUBERKULOSIS Data WHO tahun 1993 menyebutkan terdapat 1.3-1.6 miliar kasus kematian akibat tuberkulosis setiap tahun. Kelainan faal paru meliputi kelainan obstruktif, restriktif, maupun campuran. Uji faal paru yang paling sering dilakukan adalah spirometri dan body plethysmograph. TUBERKULOSIS
Insidensi global tahun 2015 142 kasus per 100.000 penduduk Eropa dan Amerika sebesar 3% Asia sebesar 61% Afrika sebesar 26% WHO 1/3 penduduk dunia telah terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis Cina, India, dan Indonesia menyumbang 45% kasus tuberkulosis dunia tahun 2015
PATOGENESIS Infeksi TB paru terjadi melalui droplet nuclei berukuran kurang dari 5µm yang terinhalasi oleh individu sehat dan masuk ke dalam jaringan paru. Droplet yang mengandung bakteri M. tuberculosis pertama kali ditangkap oleh makrofag alveolar. Bakteri yang tidak berhasil dimusnahkan akan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag dan membentuk sarang primer atau fokus ghon.
PATOGENESIS Sarang primer menyebabkan terjadinya peradangan kelenjar getah bening yang menuju hilus. Kelainan tersebut disebut sebagai kompleks primer atau kompleks ranke yang dapat menjadi: Sembuh sempurna tanpa menyebabkan kelainan, Sembuh meninggalkan sedikit garis fibrotik dan kalsifikasi hilus. Keadaan ini terjadi pada lesi yang luasnya > 5 mm, dan 10% diantaranya dapat reaktivasi lagi karena sifat dormant bakteri. Menimbulkan komplikasi dan menyebar secara perkontinuitatum, bronkogenik, limfogen dan hematogen.
PATOGENESIS Bakteri yang dormant pada tuberkulosis primer dapat reinfeksi kembali bertahun-tahun kemudian sebagai tuberkulosis pasca primer atau tuberkulosis sekunder. Tuberkulosis post primer mempunyai nama yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya.
PATOGENESIS Patofisiologi Tuberkulosis Post Primer
PATOGENESIS BEKAS TB Proses remodelling merupakan faktor utama terjadinya bekas TB. Kelainan pada bekas TB dapat berupa kavitas yang menyembuh, fibrosis atau scarring, serta bronkiektasis. Tumor necrosis factor alpha (TNF-α) dan tumor growth factor beta (TGF-ß) berperan penting pada progresifitas penyakit dan patogenesis terjadinya fibrosis. TNF-α mengatur metalloproteinase dan urokinase yang mengakibatkan proteolisis paru.
PATOGENESIS Kerusakan jaringan lokal di paru dimediasi oleh sel T-helper 2 (Th2) yang menginduksi interleukin-4 (IL4) yang mengatur TNF-α. Tingginya IL4 pada pasien TB terutama pada fase infeksi kronis mengakibatkan progresifitas terjadinya fibrosis dan nekrosis jaringan paru.
KELAINAN TB YANG PERLU UJI FAAL PARU Apabila menimbulkan gejala perlu dilakukan pemeriksaan faal paru
PEMERIKSAAN FAAL PARU PADA TB Pemeriksaan faal paru yang paling sering dilakukan: Spirometri Pemeriksaan difusi Body plethysmograph Penurunan fungsi paru pada pasien TB berupa : Kenaikan volume residual Kenaikan Rasio volume residual : Kapasitas paru total Penurunan kapasitas pernapasan maksimal Kelainan faal paru paling sering ditemukan meliputi Gangguan obstruktif 62,5% kasus Gangguan restriktif 16,07% kasus Gangguan campuran 21,4% kasus
PEMERIKSAAN FAAL PARU PADA TB Derajat kelainan obstruksi dan restriksi : Derajat obstruksi Kelainan restriksi FVC/prediksi atau FVC% Kelainan obstruksi (FEV1/FVC) atau FEV1% Ringan Sedang berat 60-79% 30-59% <30% 60-74% Derajat gangguan faal paru pada tuberkulosis ditentukan: Luas kerusakan parenkim paru Frekuensi paparan infeksi Diagnosa awal, riwayat pengobatan, riwayat paparan rokok maupun asap lain
PEMERIKSAAN FAAL PARU PADA TB Penurunan maksimal fungsi faal paru terjadi 6 bulan pasca diagnosis dan menetap 18 bulan setelah OAT lengkap Perubahan struktur paru karena bekas TB paru paling banyak terjadi yaitu bronkiektasis akibat obstruksi endobronkial atau fibrosis peribronkial karena pembesaran kelenjar getah bening hilar, dan bronkostenosis
REHABILITASI PARU PADA TUBERKULOSIS Penatalaksanaan penyakit paru kronis akibat bekas TB paru Edukasi Medikamentosa Penatalaksanaan Umum Terapi oksigen Rehabilitasi Tujuan rehabilitasi paru: mengurangi gejala respiratotik, meningkatkan kemampuan fungsional, mengurangi hospitalisasi karena gejala respiratorik, menurunkan timbulnya komplikasi, menghilangkan kecemasan dan depresi, serta meningkatkan kualitas hidup pasien
REHABILITASI PARU PADA TUBERKULOSIS Penurunan Fungsi Otot Pada Penyakit Paru Kronis
REHABILITASI PARU PADA TUBERKULOSIS Rehabilitasi paru pada bekas TB dapat dilakukan dengan: Breathing exercise, dapat berupa: pursed lip breathing, active expiration, serta menggunakan incentive spirometry. Latihan pengeluaran sekret dengan cara postural drainage, avtive cycle breathing technique (ACBT), serta teknik batuk efektif. Exercise training dapat dilakukan dengan endurance training (ET), interval training (IT), resistance/ strength training, upper-lower limb training, flexibility training, neuromuscular electrical stimulation (NMES), serta inspiratory muscle training.
REHABILITASI PARU PADA TUBERKULOSIS Pursed Lip breathing – lebih efektif pada gangguan obstruktif Koordinasi antara inspirasi dan perpanjangan ekspirasi dengan mencegah kolaps jalan napas
REHABILITASI PARU PADA TUBERKULOSIS Active Expiration – efektif pada gangguan obstruktif dan restriktif Memperbaiki fungsi diafragma serta meningkatkan tekanan elastic recoil diafragma dan rongga torak
REHABILITASI PARU PADA TUBERKULOSIS Incentive spirometry
REHABILITASI PARU PADA TUBERKULOSIS Postural drainage
REHABILITASI PARU PADA TUBERKULOSIS Teknik Batuk Efektif
REHABILITASI PARU PADA TUBERKULOSIS Endurance Training (ET) Jenis rehabilitasi ET adalah berjalan, bersepeda, atau menaiki tangga. Frekuensi latihan ET yaitu 3-4 x per minggu, dengan tahapan awal durasinya 10-15 menit, yang selanjutnya ditingkatkan menjadi 30-40 menit Membantu untuk pembersihan mukus siliar dan untuk mencegah perburukan fungsi paru
REHABILITASI PARU PADA TUBERKULOSIS Upper-Lower Limb Training Menguatkan otot-otot anggota gerak atas. meliputi latihan aerobic (arm cycle ergometer training) dan resistance training (latihan dengan berat yang sesuai, elastic bands) Resistance/ Strength Training Berefek lebih besar untuk meningkatkan massa otot dan kekuatan otot dibandingkan ET dan terbukti menurunkan gejala sesak napas saat aktifitas
REHABILITASI PARU PADA TUBERKULOSIS Flexibility Training Memperbaiki postural alignment sehingga dapat memperbaiki respirasi mekanik Neuromuscular Electrical Stimulation Teknik rehabilitasi paru alternatif Inspiratory Muscle Training Mengurangi hiperinflasi paru dengan memperpendek dan meratakan diafragma
THANKYOU!