1 PELAKSANAAN PEKERJAAN ASPAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Ir. Bernhard Panjaitan, MM Pendidikan S1 Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Surakarta S2 Sekolah Tinggi Manajemen Labora, Jakarta Jabatan Saat ini Wakil Ketua Bidang CPD DPP HPJI, Jakarta 2016-Sekarang Alamat Riwayat Jabatan Staf Teknik di Direktorat Pelaksana Timur. Ditjen Marga. Pengawas Lapangan Pemb.Jalan Muara Tembesi- Sarolangun, Jambi Pemimpin Bagian Proyek Rehab Pemel Jalan dan JembatanCabdin Bungo Tebo Pempimpin Proyek Rehab Pemel Jalan dan Jembatan Provinsi Jambi PIMPINAN PROYEK PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI JAMBI KEPALA BIDANG BINA MARGA DINAS PU PROVINSI JAMBI KEPALA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAMBI KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI JAMBI
TYPE KERUSAKAN JALAN YANG DOMINAN PADA PERKERASAN FLEXSIBLE Rutting Cracking Pothole Rutting Pothole Cracking 3
4.1 PELEBARAN, pelebaran jln dpt menciptakan suasana aman bagi pemakai jln (kebebasan samping yang cukup dgn lebar bahu jln yang cukup) LEBAR GALIAN : MIN 1,2 m u/MEMBERIKAN RUANG GERAK YANG CUKUP BAGI ROLLER UNTUK MEMADATKAN Sub-GRADE. LEBAR GALIAN UNTUK PELEBARAN SELEBAR 1,2 m DIPANDANG SEBAGAI PELEBARAN PRAKTIS MINIMUM. DETAIL PELEBARAN AKAN DITUNJUKKAN DALAM GAMBAR KETENTUAN INI TIDAK BERARTI PELEBARAN HARUS MIN.1,2m DAN BAHU “GANTUNG “ DIIJINKAN ! LAPIS PONDASI KELAS S HANYA UNTUK BAHU JALAN TANPA PENUTUP TEBAL BAHU JALAN IDEALNYA SAMA DENGAN TEBAL PELEBARAN AGAR DRAINASENYA BERFUNGSI 4 Divisi 4. Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
5 Seksi 5.1 Lapisan Pondasi Agregat Ada 3 kelas Pondasi : A (mutu pondasi atas), B (mutu pondasi bawah), dan S (bahu jln tanpa penutup) Pemadatan -3%<OMC<1% Seksi 5.2 Perkerasan Berbutir tanpa penutup aspal. Tidak boleh dihampar & dipadatkan diwaktu hujan CEMENTED BASE : OMC & MDD SOIL CEMENT BASE : UCS ≥ 20kg/cm 2 & < 35kg/cm 2 CEMENT TREATED BASE : UCS ≥ 42kg/cm 2 & < 175 kg/cm 2 PORTLAND CEMENT CONCRETE : UCS ≥ 175kg/cm 2 HATI-HATI DNG CEMENTED BASE u/WIDENING DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR & PERKERASAN BETON SEMEN 5
LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS A : CBR ≥ 90%, TERTAHAN #4 MEMPUNYAI 1 BIDANG PECAH (AGREGAT KASAR FULL CRUSHED). APAKAH BOLEH DISUBSTITUSI DNG KELAS B? DIAGRAM BOUSSINESQ ! KELAS B : CBR ≥ 35%, MENGAPA HANYA 35%? DIAGRAM BOUSSINESQ ! KADAR AIR PEMADATAN : OMC – 3% s/d OMC + 1% MENGAPA MODIFIED PROCTOR (AASHTO T180) ? MENGAPA KEPADATAN HARUS ≥ 100% ? APAKAH KORELASI CBR – KEPADATAN LINEAR ? DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR & PERKERASAN BETON SEMEN 6
Seksi 5.2 Perkerasan Berbutir tanpa penutup aspal. 7
PRODUKSI AGREGAT 8
TIPIKAL PEMECAH PRIMER & SEKUNDER JAW CRUSHERCONE CRUSHER 9
Pemecah batu jenis jaw Penggerak tunggal Penggerak ganda 1.Jenis rahang penjepit terdiri atas dua plat salah satu posisi tetap yang lain mendorong oleh satu atau dua batang penggerak. 2.Penggerak tunggal digunakan untuk pemecah pertama dan pengerak ganda untk pemecah kedua Pemecah batu jenis gyratory 1.Konus bergerak berputar dan bergoyang turun naik dgn sudut variasi, konus bgn dalam berputar eksentris. 2.Efektif untuk batuan yang abrasif dan kasar dan kenyal 3.Menghasilkan batu lebih halus dan dapat menangani batuan beragam, basah dan berlempung 4. Harganya mahal 10
Pemecah batu jenis bentur (impact) Pemecah bentur prime r Penggiling (Hammer mills) Pemecah bentur batang horisontal Pemecah bentur batang vertikal 1.Palu dipasang pada posisi tetap atau tergantung pada batang/tuas dengan kecepatan tinggi. 2.Proses pemecahan dengan benturan hasilnya lebih kubikal 3.Palu dan batang dapat diganti 4.Jenis batu yang abrasif 5.Frekuensi pemeliharaan tinggi Pemecah bentur primer Penggiling (Hammer mills) 11
TIPIKAL SCALPING & DEWATERING PENCUCI AGREGAT/PASIR SCALPING/ SARINGAN PEMISAH TUJUAN : EFEKTIFITAS PEMECAHAN DAN DIPEROLEHNYA AGREGAT YANG BERSIH 12
13 PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN PANAS
14 Pemeriksaan Mobilisasi Peralatan Peralatan yang harus sudah siap berada di lokasi pekerjaan : Asphalt Sprayer Dump truck Finisher Tandem Roller Pneumatic Tyre Roller
Dalam Pelaksanaan penghamparan memerlukan adanya koordinasi dengan semua rangkaian operasi yang terkait dengan suplai hotmix, karena penghamparan hotmix bergantung pada kontinuitas suplai hotmix. Hal-hal yang perlu disinkronkan adalah: 1. Kapasitas AMP untuk produksi hotmix, 2. Armada dump truck untuk mengangkut hotmix dari lokasi AMP ke lokasi penghamparan, 3. Kapasitas Asphalt Finisher. 15 Skema Penghamparan Campuran Beraspal Panas
KEBUTUHAN PERSONIL : Tenaga kerja yang diperlukan untuk penghamparan di jalan, misalnya untuk penghamparan sekitar ton per jam dengan ketebalan rata-rata 5 cm diperlukan minimal 7 orang, yaitu: 1 - orang operator 1 – orang pengatur screed 1 – orang pengatur dump truck 2 – orang penyingkap material yang tersendat di pojokan hopper dan dump truck (shovelers) 2 – orang raker (perata) yang menjaga agar material di belakang Finisher tidak ada yang menggumpal dan menjaga agar terdapat material yang cukup di tempat seperti sambungan Jumlah tenaga tersebut belum termasuk operator dan pembantu operator alat Asphalt Sprayer dan alat pemadat. 16
17 Pemeriksaan Komponen Asphalt Sprayer Asphalt sprayer digunakan untuk pekerjaan penyiapan permukaan sebelum penghamparan campuran beraspal panas, yaitu menyiramkan lapis perekat (tack coat) atau lapis resap ikat (prime coat) di atas permukaan yang sudah disiapkan.
Pemeriksaan Komponen Alat Penghampar (Finisher) Alat penghampar atau Finisher adalah alat untuk menampung aspal campur panas (hotmix) yang dituangkan oleh dump truck, menghamparnya dengan rata menurut tebal dan lebar tertentu, sambil dipadatkan pada kerataan/kemiringan tertentu, dengan pinggir yang rata dan lurus Komponen-komponen terpenting dari Asphalt Finisher 1. Bak penampung aspal campur panas (hopper) 2. Ulir pembagi (auger) 3. Pemadat (tamper) 4. Sepatu perata (screed) 5. Tenaga penggerak 18
19 Pemeriksaan Komponen Alat Pemadat Alat pemadat harus tersedia sekurang- kurangnya: Satu mesin pemadat roda baja (Tandem roller), mampu memberikan tekanan pada roda belakang minimum 200 kg/0,1 meter lebar, berat statis minimum 6 Ton. Satu mesin pemadat roda karet (Pneumatic tyre roller, PTR) 9 roda dengan tekanan roda 8,5 kg/cm 2. Beban per lebar roda karet antara 1500 kg dan 2500 kg. Pada kapasitas AMP tertentu (kapasitas lebih dari 90 Ton/jam) diperlukan lebih dari 1 pemadat PTR, untuk mencapai kepadatan yang disyaratkan.
Pemeriksaan Sebelum Penghamparan Hal yang perlu dipersiapkan: 1. Persiapan peralatan dan personil Keseluruhan peralatan satu minggu sebelum pekerjaan dimulai telah dilapangan dengan kondisi baik Bahan bakar minyak untuk peralatan dan pemeliharaannya selama pekerjaan sudah diperhitungkan. Kesiapan personil untuk melaksanakan pekerjaan. Seluruh peralatan manual dan rambu-rambu lalu-lintas lengkap dan tersedia Transportasi untuk campuran material terjamin sehingga dapat dipastikan bahwa pekerjaan penggelaran akan berjalan secara lancar/kontinyu. 20
Pemeriksaan Sebelum Penghamparan 2. Persiapan pekerjaan lapangan Kesiapan permukaan jalan yang akan dihampar/eksisting; Pemeriksaan kerataan permukaan dan kemiringan melintang jalan; Pengendalian elevasi horisontal dan vertikal dilakukan dengan membuat patok ketinggian atau digunakan alat penghampar yang mempunyai pengatur elevasi otomatis. 21
Penyiapan Permukaan dengan Lapis Resap Ikat atau Lapis Perekat) Lapis Resap Pengikat (prime coat) dihampar di atas permukaan pondasi tanpa bahan pengikat seperti lapis fondasi agregat. Lapis Perekat (tack coat) dihampar di atas permukaan berbahan pengikat seperti Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dan diatas Semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton, dsb. Pemasangan lapis resap pengikat atau lapis perekat dilaksanakan setelah permukaaan lama dibersihkan dengan compressor udara atau sikat mekanis sehingga tekstur perkerasan lama terlihat jelas. 22
Lapis Resap Pengikat Kegunaannya Lapis Resap Pengikat (prime coats) : o Memberi daya ikat antara lapis fondasi agregat dengan campuran beraspal. o Mencegah lepasnya butiran lapis fondasi agregat jika dilewati kendaraan (sebelum dilapis dengan campuran beraspal). o Menjaga lapis fondasi agregat dari pengaruh cuaca, khususnya hujan. Sehingga air tidak masuk ke dalam lapis fondasi agregat yang jika terjadi dapat menyebabkan kerusakan struktur. 23
Lapis Resap Pengikat Bahan lapis resap pengikat umumnya adalah aspal dengan penetrasi 80/100 atau penetrasi 60/70 yang dicairkan dengan minyak tanah. Volume yang digunakan berkisar antara 0,4 sampai dengan 1,3 liter/m2 untuk lapis pondasi agregat kelas A dan 0,2 sampai 1 liter/m2 untuk pondasi tanah semen. Lapis resap pengikat yang berlebih dapat mengakibatkan pelelehan (bleeding) dan dapat menyebabkan timbulnya bidang geser. 24
Lapis Perekat (Tack Coat) 25 Kegunaan memberi daya ikat antara lapis lama dengan baru, dan dipasang pada permukaan beraspal atau beton semen yang kering dan bersih. Jika daya ikat yang dihasilkan tidak baik, akan menyebabkan terjadinya pergeseran atau slip. Lapis beraspal yang baru akan menjadi sungkur (shoved) searah pergerakan lalu-lintas, terutama pada daerah-daerah tanjakan/turunan atau lokasi-lokasi perlambatan/ percepatan. Bahan lapis perekat adalah aspal emulsi yang cepat menyerap atau aspal keras pen 80/100 atau pen 60/70 yang dicairkan dengan 25 sampai 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal.
Takaran Pemakaian Lapis Perekat dan Temperatur Penyemprotan 26
Bagan Alir Pekerjaan Pemasangan Lapis Perekat/ Pengikat 27
Persiapan Permukaan Penghamparan diatas lapis pondasi agregat harus memperhatikan kesiapan permukaan seperti kepadatan, kerataan, tekstur, kadar air permukaan dan lainnya. Sementara untuk penghamparan di atas lapisan beraspal, kerusakan-kerusakan yang terjadi seperti retak, alur, dan lainnya harus diperbaiki terlebih dahulu. Sebelum penghamparan harus dilakukan pemasangan lapis resap pengikat (prime coats) atau lapis perekat (tack coats) pada permukaan perkerasan yang telah siap dengan kualitas dan kuantitas seperti yang disyaratkan. 28
Penghamparan di Atas Lapis Pondasi Agregat Hal – hal yang harus dipenuhi: 1. Tekstur permukaan lapis pondasi agregat sudah relatif baik. Bagian-bagian yang mengalami segregasi dan degradasi harus diperbaiki. 2. Ketebalan dan elevasi permukaan lapis pondasi telah sesuai dengan rencana dan kerataan permukaan lapis pondasi memenuhi toleransi yang disyaratkan, yang diuji dengan alat mistar datar 3 meter (straight edge) baik arah melintang maupun arah memanjang. 3. Kepadatan lapis pondasi harus sesuai persyaratan, yang diuji dengan pengujian konus pasir (sand cone) atau metoda standar lainnya yang diijinkan. 4. Kadar air lapis pondasi agregat di bawah kadar air optimum (tidak basah atau becek). Kondisi basah akan menyebabkan lapis resap pengikat tidak menyerap dengan baik ke lapis pondasi agregat, yang berakibat daya lekatnya menjadi berkurang. 5. Permukaan bebas dari kotoran seperti tanah lempung, debu, plastik, dan lain- lain. 29
Penghamparan di Atas Lapis Beraspal Harus memenuhi hal-hal sebagai berikut: 1. Kerusakan-pada permukaan harus sudah diperbaiki, metoda perbaikan adalah dengan pembongkaran dan penambalan, 2. Kerataan permukaan dan kemiringan melintang jalan telah memenuhi persyaratan, yang diukur dengan mistar datar 3 meter (straight edge), jika diperlukan dapat dilakukan pekerjaan perataan (levelling), 3. Dilakukan lapis per lapis dalam satu pekerjaan, maka persyaratan kualitas dan kuantitas lapis beraspal di bawahnya harus sudah terpenuhi, termasuk pengujian kepadatan, ketebalan dan elevasi. Setelah lapis pertama ini selesai, pemberian lapis perekat (tack coats) harus tetap dilaksanakan. 30
Pembersihan Lahan 1. Permukaan harus dibersihkan dengan memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. 2. Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan disemprot. 3. Tonjolan yang disebabkan oleh benda- benda asing harus disingkirkan dengan memakai penggaru baja dan bagian yang telah digaru tersebut harus dicuci dengan air dan disapu. 4. Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan telah disiapkan. 31
Typikal Skema Aspal Distributor 32
Tata cara penyemprotan dengan metode overlap Hasil Pemberian Tack/Prime Coat yang Tidak Baik a.b. 33
Temperatur Pemanasan dan Penyemprotan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat Tipe dan Grade Aspal Temperatur Penyemprotan FC SS SS-1h h MC MC MC
BEBAN KENDARAAN Agregat base Diperlukan lapis perekat yang baik, atau yang boundingnya kuat dan tidak terlalu banyak. KERUSAKAN PERKERASAN AKIBAT BAHAN LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT YANG KURANG BAIK Diperlukan lapis resap pengikat yang dapat meresap setebal mungkin (2-3 Cm) dan mempunyai boundingnya kuat. Diperlukan lapisan agregat yang kompak atau mempunyai tingkat kepadatan yang tinggi. 35
TACK COAT KURANG, KIRI TACK COAT BAIK, KANAN 36
PENYEMPROTAN TACK COAT YG BAIK 37
PELAKSANAAN TACK COAT YG JELEK 38
TACK COAT YANG TERANGKAT BAN KARENA PERMUKAAN KOTO R 39
TAKARAN PENYEMPROTAN TACK COAT Tack coat harus disemprot tipis, merata menutup 90 % permukaan, kekurangan tack coat menyebabkan kurang ikatan antar lapisan, kelebihan akan menyebabkan selip dan lapisan tergeser dan dapat menyebabkan bleeding. Permukaan perkerasan yg kasar memerlukan tack coat yg banyak, permukaan yg dimilling memerlukan 20 –30 % lebih banyak dari lapisan biasa. Asphalt distributor alat yang dipakai untuk menyemprot tack coat, harus dikalibrasi dgn baik 40
ASPHALT DISTRIBUTOR 41
Pemeriksaaan hasil Penyemprotan a. Untuk Lapis Perekat, harus melekat dengan cukup kuat di atas permukaan yang disemprot. b. Pemeriksaan terhadap permukaan yang disemprot yang menunjukkan adanya bahan aspal yang berlebihan atau kurang takarannya. 42
Pemeliharaan a. Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, terlebih dahulu harus melindunginya dari kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu lintas. b. Pemberian kembali Lapis Perekat (retackcoating) harus dilakukan bila Lapis Perekat telah mengering sehingga hilang atau berkurang kelengketannya. c. Pengeringan lapis perekat yang basah akibat hujan turun dengan tibatiba dengan menggunakan udara bertekanan (compressor) dapat dilakukan 43
Persiapan alat penghamparan 1. Sebelum mulai penghamparan ialah menentukan lebar dan tebal hamparan material. 2. Penyetelan screed menurut tebal, kemiringan, dan lebar hamparan yang dikehendaki. 3. Pintu pengatur keluarnya hotmix dari hopper (feeder gate) distel bukaannya, setelah terlihat material tersebar merata di ruang ulir pembagi (auger) dan tingginya sudah setengah tinggi auger. 4. Mengatur ketebalan dan kemiringan permukaan hamparan dapat dilakukan secara manual atau otomatis. Pengatur ketebalan manual terdapat di bagian kanan dan kiri sepatu perata (screed). 5. Pada saat hopper akan diisi, alat penghampar sudah mulai jalan dan dump truck sudah mundur sampai rol pendorong alat penghampar sudah menempel di ban roda belakang dump truck. Diagram Pengoperasian Alat Pada pekerjaan Pengaspalan 44
Penerimaan Campuran Beraspal Harus berdasarkan : 1. Pemeriksaan dan evaluasi berdasarkan tiket pengiriman, 2. Pemeriksaan dan evaluasi campuran beraspal berdasarkan pengamatan secara visual. 45
Pemeriksaaan Secara Visual 1. Berasap biru, Warna asal campuran dapat diamati pada saat pengisian muatan campuran beraspal dari AMP. 2. Tampak kaku, Tampak visual campuran beraspal yang kaku mengindikasikan campuran tersebut telah dingin. 3. Permukaan tampak rata, Pada umumnya permukaan campuran beraspal di atas truk membentuk bukit. Jika permukaan tersebut terlihat agak rata, maka kemungkinan campuran beraspal kelebihan aspal atau kadar air. 4. Segregasi, Segregasi umumnya terjadi akibat kesalahan penanganan selama penghamparan, tetapi bisa juga terjadi 5. Terkontaminasi, Campuran beraspal dapat terkontaminasi bahan-bahan asing seperti minyak tanah, oli, plastik, kertas, kain atau lainnya. 6. Agregat tidak terselimuti aspal dengan baik, Campuran beraspal yang memperlihatkan adanya agregat yang tidak terselimuti aspal dengan baik, menunjukkan terjadinya penyimpangan pada unit produksi. 7. Ada agregat yang tidak terselimuti aspal sama sekali, Agregat yang tidak terselimuti aspal sama sekali kemungkinan jatuh ke atas truk 8. Spot-spot aspal terlihat gumpalan atau spot- spot aspal pada campuran beraspal yang kemungkinan disebabkan oleh bocornya pipa penyemprot aspal, 46
Persyaratan Pelaksanaan Penghamparan 1. Temperatur harus diperiksa pertama kali di atas truk, kemudian di periksa kembali setelah penghamparan sebelum pemadatan. 2. Pemadatan dilakukan setelah temperatur campuran mencapai temperatur pemadatan. 3. Pemadatan akhir (finishing rolling) tidak boleh dilakukan bila temperatur campuran sudah berada diluar rentang temperatur pemadatan yang diizinkan. 4. Tekstur permukaan harus seragam dan baik. Tekstur yang kurang baik dapat disebabkan oleh campuran beraspal terlalu dingin, jika terjadi pada awal penghamparan kemungkinan pelat screed tidak dipanaskan. 5. Kerataan permukaan harus sesuai. Penghamparan yang tidak menerus dapat menyebabkan permukaan tidak rata pada sambungan. 6. Gradasi yang tidak sesuai, perubahan kecepatan penghamparan, dan dorongan dari truk saat pengisian juga dapat menyebabkan permukaan tidak rata. 7. Kemiringan melintang dan memanjang harus diperhatikan terlebih pada daerah tikungan. 47
Koordinasi antara AMP dengan Lapangan 8. Sambungan melintang dan memanjang harus dibuat tegak lurus. Metoda yang dilakukan dapat berupa pemotongan sambungan sebelum dimulainya penghamparan, 9. Kontinuitas penghamparan memberikan kualitas perkerasan yang baik. 10. Untuk menjaga kontinuitas penghamparan maka diperlukan koordinasi antara lapangan dengan unit pencampur aspal (AMP). 11. Selang waktu pengiriman yang terlalu lama akan menyebabkan sambungan dan tekstur kurang baik karena campuran beraspal yang dihampar sudah dingin. 48
Pengaturan ketebalan dan kemiringan melintang Pengaturan screed dilakukan secara bertahap Jika kondisi keseimbangan (equilibrium) baru dapat tercapai kurang lebih setelah alat penghampar (finisher) bergerak sejauh 5 kali panjang lengan screed. Pengaturan screed diusahakan sejarang mungkin, karena selama proses menuju keseimbangan (equilibrium) tersebut hasil yang diperoleh kurang sesuai baik ketebalan maupun teksturnya karena sudut gesek antara pelat screed dengan campuran beraspal berubah Jika hasil penghamparan sudah menunjukkan hasil tekstur yang seragam, maka Ketebalan dan kemiringan melintang yang Tidak diperlukan khususnya untuk alat penghampar dengan pengontrolan manual. 49
Pengaturan lebar penghamparan Lebar penghamparan disesuaikan sehingga untuk penghamparan lapis per lapis, maka sambungan tidak terletak pada satu garis vertikal untuk tiap lapisnya. Misalnya untuk penghamparan dua lajur. Pada lapis pertama penghamparan pada lajur ke-1 dilebihkan lebarnya sekitar 10 cm (lebar penghamparan 3,60 m) ke arah sambungan. Selanjutnya pada penghamparan lapis kedua maka penghamparan pada lajur ke-1 dikurangkan lebarnya sekitar 10 cm (lebar penghamparan 3,40 m) ke arah sambungan. Perbedaan posisi sambungan tersebut paling sedikit sejauh 15 cm. 50
Sambungan melintang Bentuk sangat tergantung dari apakah perkerasan tersebut dilewati lalu- lintas atau tidak. Jika perkerasan tidak dilewati lalu-lintas maka pada akhir penghamparan sambungan dapat dibuat tegak, Jika akan dilewati lalu-lintas maka sambungan tersebut harus dibuat membentuk taper (miring) sebagai peralihan ketebalan. Sambungan memanjang Diperlukan jika penghamparan dilakukan dalam beberapa lajur. Sambungan dipisahkan menjadi dua, yaitu: 1. Sambungan panas dapat dilakukan jika alat penghampar (finisher) menghampar berbarengan pada dua sisi. 2. Sambungan dingin, salah satu telah selesai dipadatkan (dingin) dan baru kemudian dilakukan penghamparan pada sisi sebelahnya. Sambungan 51
Pemeriksaan Penghamparan 1. Temperatur, harus diperiksa pertama kali di atas truk. Berikutnya setelah campuran beraspal dihampar dengan selang jarak tertentu sampai campuran tersebut siap dipadatkan. 2. Tekstur Permukaan, Tekstur yang terbuka dapat disebabkan oleh campuran beraspal terlalu dingin, jika terjadi pada awal penghamparan kemungkinan pelat screed tidak dipanaskan pada saat awal penghamparan. 3. Kerataan permukaan, Penghamparan yang tidak kontinyu dapat menyebabkan permukaan tidak rata terutama pada sambungan melintang. Gradasi yang tidak sesuai, perubahan kecepatan penghamparan, dan dorongan dari truk pada saat pengisian campuran beraspal ke finisher, menyebabkan permukaan tidak rata. 52
Pemeriksaan Penghamparan 4. Ketebalan, Ketebalan hamparan campuran beraspal dalam kondisi gembur dapat diukur dengan batang penyolok yang telah diberi tanda ketebalan. Seperti halnya perubahan tekstur, maka perubahan ketebalan juga dapat disebabkan oleh terganggunya keseimbangan (equilibrium) pelat screed 5. Kemiringan melintang dan memanjang harus diperhatikan terlebih pada daerah tikungan atau superelevasi. Penyebaran campuran beraspal pada tepi dan tengah harus merata, sehingga saat pemadatan akan diperoleh penurunan yang seragam dan harus dibuat tegak dan tidak ada perbedaan tinggi. Secara lebih detil mengenai penyambungan telah dibahas sebelumnya. 53
Prinsip Pemadatan 3 gaya utama pemadatan: 1. Gaya tekan alat pemadat, 2. Gaya tahan pada campuran beraspal yang baru dihampar, dan 3. Gaya tahan pada lapisan di bawahnya yang telah stabil (lapis fondasi agregat atau existing lapis beraspal). Untuk memperoleh pemadatan yang baik, maka gaya tahan lapisan yang telah stabil harus seimbang dengan gaya tekan alat pemadat. Atau dengan kata lain campuran beraspal seolah-olah mendapat gaya tekan dari atas dan bawah. Jika lapisan yang stabil (lapis fondasi agregat atau lapis beraspal di bawahnya) belum cukup padat maka kepadatan campuran beraspal kemungkinan tidak akan tercapai sesuai persyaratan. 54
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemadatan campuran beraspal: 1. Karakteristik campuran 2. Pengaruh lingkungan 3. Ketebalan hamparan 4. Alat pemadat yang digunakan 55
Alat Pemadatan Peralatan pemadat ada dua jenis yaitu: a. Pemadat dengan roda besi (licin), dan b. Pemadat dengan roda ban karet. Pemadat dengan roda besi (licin) atau selanjutnya disebut mesin gilas (road roller) dapat dibedakan dari jumlah dan susunan rodanya, beratnya (dari 0,6 sampai 18 ton), dan dari mekanisme pemadatannya, statis (static) dan bergetar (vibrating). Mesin gilas menurut jumlah dan susunan rodanya: Mesin gilas satu roda Mesin gilas dua roda dengan dua roda pendukung Mesin gilas satu roda dengan dua roda pendukung Mesin gilas dua roda dengan dua sumbu (tandem roller) Mesin gilas tiga roda dengan tiga sumbu (3- wheel tandem roller) Mesin gilas tiga roda dua sumbu (3-wheel roller) 56
Alat Pemadatan Menurut beratnya terdapat antara lain : 1. Mesin gilas ringan satu roda, berat 0,6 ton, dipergunakan untuk pemadatan perbaikan dan konstruksi skala kecil 2. Mesin gilas getar ringan dua roda, berat 0,5 - 2 ton, dipergunakan untuk pemeliharaan jalan, dan konstruksi jalan samping 3. Mesin gilas statis atau getar medium, dua atau tiga roda (3- wheel dan tandem), berat ton, dipergunakan untuk pemadatan gravel dan agregat, serta pekerjaan pengaspalan jalan dan pemadatan campuran beraspal panas. 4. Mesin gilas berat, ton, dipergunakan untuk pemadatan tahap akhir pekerjaan sub-base, base, dan permukaan jalan 57
Pelaksanaan Derajat kepadatan yang dicapai campuran beraspal sangat bergantung pada usaha pemadatan yang dilakukan. Tahapan pemadatan campuran beraspal dilakukan dalam tiga operasi yang terpisah, yaitu : Pemadatan awal (breakdown rolling) Pemadatan antara (intermediate rolling) Pemadatan akhir (finish rolling) 58
Pemadatan awal (breakdown rolling) Pemadatan yang dilakukan setelah penghamparan pada selang temperatur yang disyaratkan dengan rentang waktu 0-10 menit setelah penghamparan. Berfungsi memberi pemadatan awal agar campuran beraspal menjadi relatif stabil (diam) untuk dilewati pemadat berikutnya. Pemadatan awal dapat dilakukan dengan mesin gilas roda baja statis atau bergetar dengan berat 6-8 ton. Jumlah lintasan pada pemadatan ini biasanya berkisar antara 2 – 3 passing (1 passing = 2 lintasan; pergi dan pulang), dengan kecepatan 3- 4 km/jam. 59
Pemadatan Antara (Intermediate Rolling) Pemadatan utama (main rolling) yang berfungsi untuk mencapai kepadatan yang diinginkan, dengan jumlah lintasan dan selang temperatur campuran beraspal tertentu. Dilaksanakan segera setelah pemadatan awal selesai dengan rentang waktu 5-15 menit. Pemadatan antara dilakukan dengan menggunakan mesin gilas roda ban karet (pneumatic tyre roller). Jumlah lintasan pada pemadatan ini ditentukan berdasarkan hasil dari percobaan pemadatan dengan menggunakan alat pemadat yang akan digunakan selama pekerjaan pengaspalan, biasanya berkisar antara passing. 60
Pemadatan Akhir (finish rolling) Pemadatan terakhir/penyelesaian berfungsi meningkatkan penampakkan permukaan akibat roda pemadat roda karet. Dilakukan setelah pemadatan antara selesai dan harus dihentikan bila bekas jejak roda pemadat roda karet sudah hilang atau bila temperatur campuran beraspal yang dipadatkan sudah mencapai batas minimum temperatur pemadatan yang diizinkan dengan rentang waktu tidak lebih dari 45 menit setelah penghamparan. Pemadatan ini umumnya dilakukan dengan pemadat mesin gilas roda baja tandem statis, berat 5-10 ton. 61
Faktor yang Perlu Diperhatikan Selama Pelaksanaan Pemadatan 1.Kecepatan penghamparan, Kecepatan penghamparan yang tinggi harus diimbangi dengan kecepatan pemadatan yang tinggi. Semakin cepat gerakan alat pemadat melewati suatu segmen campuran beraspal, maka semakin sedikit waktu pemadatan dan usaha pemadatan yang dilakukan pada segmen tersebut. 2.Ketebalan, 3.Hamparan, dan 4.Tahapan Pemadatan. 62
Jumlah Lintasan Pemadatan awal dilakukan sebanyak passing, Pemadatan antara dilakukan 13 – 16 passing, dan Pemadatan akhir passing. Jumlah passing sangat tergantung pada karakteristik campuran, ketebalan, dan kondisi lingkungan. Untuk memperoleh jumlah passing yang sesuai maka harus dilakukan uji coba pemadatan terlebih dahulu. Satu lintasan (1 passing) didefinisikan sebagai pergerakan pemadat dari titik tertentu ke suatu arah dan kemudian kembali ke titik tersebut. Jadi 1 passing sama dengan 2 lintasan 63
Cara pemadatan Hal yang perlu diperhatikan: a.Pada jalan lurus, pemadatan dimulai dari tepi perkerasan sejajar as jalan menuju ke tengah. b.Pada tikungan, pemadatan dimulai dati bagian yang rendah sejajar as jalan menuju ke bagian yang tinggi. c.Pada bagian tanjakan dan turunan, harus dimulai dari bagian yang rendah sejajar as jalan menuju ke bagian yang tinggi. d.Mencegah pelekatan campuran pada mesin gilas, maka roda mesin gilas perlu terus dibasahi dengan air. e.Roda penggerak mesin gilas pada setiap lintasan pertama harus ditempatkan dimuka menuju arah penghampar (karena roda penggerak mesin gilas selalu roda belakang, maka gerakan mesin gilas adalah mundur ke arah penghampar). f.Tahapan pemadatan, telah ditetapkan rentang temperatur yang diijinkan. Rentang temperatur tersebut dipengaruhi oleh viskositas aspal. g.Lalu lintas bisa dibuka dengan kecepatan rendah, setelah selesai pemadatan akhir dan temperatur sudah di bawah titik lembek aspal yang digunakan (setelah 2 jam). Lalu lintas dibuka penuh, 4 jam setelah pemadatan akhir. 64
Ilustrasi Hubungan antara Penurunan Temperatur, Kepadatan Lapis Beraspal dan Waktu 65
Rentang Waktu Pemadatan (The Asphalt Institute, 1983) 66
Rentang Temperatur Pemadatan dan Viskositas Aspal 67
Pola (pattern) Pemadatan 1. Pemadatan campuran beraspal yang kurang atau sama dengan 5 cm tebal padat, pola pemadatan seperti berikut ini. − Dimulai dari sambungan melintang − Sambungan memanjang − Selanjutnya tepi luar − Pemadatan dimulai dari sisi yang rendah bergerak ke sisi yang lebih tinggi 2. Pemadatan campuran beraspal dengan tebal padat lebih dari 5 cm tebal padat, pola pemadatan seperti di bawah ini. − Dimulai dari sambungan melintang − Selanjutnya sambungan memanjang − Pada tepi yang tidak mempunyai penahan, pemadatan dimulai dari jarak 300mm-380 mm dari tepi tanpa penahan, kemudian bergerak ketepi yang lain. − Pemadatan dimulai dari sisi yang rendah bergerak kesisi yang lebih tinggi. 68
Pola (Pattern) Pemadatan 69
Pelaksanaan Pemadatan Sambungan Memanjang 70
71 Catatan: Jika penghamparan dilakukan dalam dua lajur secara bersamaan, maka sambungan pada arah melintang biasa disebut sambungan panas (hot joint). Pada pemadatan dijalan dengan kelandaian tinggi, maka penggunaan alat pemadat harus diperhatikan, karena ada kecenderungan campuran beraspal akan terdorong ke arah turunan jalan. Penggunakan alat pemadat roda karet pneumatik tidak disarankan untuk digunakan sebagai alat untuk pemadatan awal. Jika menggunakan mesin gilas penggetar, getarannya dimatikan sehingga menjadi statis dan baru dihidupkan penggetarnya setelah campuran beraspal cukup stabil.
72 PENGOPERASIAN AMP Dasar kegunaan AMP adalah menakar secara proporsional,memblending,memanaskan agregat dan aspal yg sesuai JMF. Ada dua macam jenis AMP yg sering digunakan yaitu jenis Batch Plant dan Drum mix plant tiap jenis ini menghasilkan kualitas yang sama, pemilihan jenis ini tergantung faktor pembelian harga alat, biaya operasi, dan banyaknya produk serta fleksibilitas secara lokal. Saat ini di Amerika 70 % masih mengunakan AMP jenis Batch, tetapi pengadaan yg sekarang, hampir 90 % mengunakan jenis Drum. Campuran Beraspal Panas
73 BATCH PLAN
74
75
76 BAGIAN2 AMP YANG KURANG MENDAPAT PERHATIAN 1. Bin dingin 7. Pipa pemasok aspal 2. Feeder, 8. Bin Panas 3. Dryer 9. Pugmill/mixer 4. Exhaust fan 10.Thermometer 5. Filler feeder 6. Timbangan
AMP COLD BIN CONVEYOR BELT : sobek tidak ? DRYER : sisa minyak yang tidak terbakar ? DUST COLLECTOR : primair & sekunder SCREEN : ukuran, aus atau berlubang ? TIMBANGAN KALIBRASI : HARUS NOL JIKA TIDAK BERMUATAN PUGMILL PADDLE : TIDAK AUS, ARAH SESUAI MANUAL HIDROLIK : TIDAK BOCOR SAAT DRY MIX 77
78 PENIMBUNAN DUA JENIS AGREGAT
79 Tidak terdapatnya pembatas tiap fraksi agregat pada cold bin
80 Kesalahan pada bin dingin
81 Akibat: Tidak konsistennya pasokan gradasi agregat ke hot bin Mutu campuran tidak konsisten Kemungkinan overflow lebih banyak terjadi
82 Kondisi lubang pengeluar agregat (gate) cold bin tidak memenuhi syarat
83 Tidak sesuainya lebar bucket loader pemasok dengan mulut cold bin
COLD BIN TIDAK ADA SKALA TIDAK ADA PENGUNCI PINTU TERLALU LONGGAR ADA PENGUNCI TAPI GOYAH SKALA TERLALU KASAR 84
LANJUTAN COLD BIN TIDAK ADA SEKAT PADA BAGIAN ATAS COLD BIN MATERIAL TUMPANG TINDIH CONVEYOR PANJANG JARAK COLD BIN RAPAT, DAPAT DIRENGGANGKAN ? 85
UKURAN KAWAT utk AYAKAN RUJUKAN AASHTO M92 SETIAP AYAKAN MEMPUNYAI DIAMETER KAWAT YANG TERSENDIRI SEMAKIN BESAR AYAKAN SEMAKIN BESAR DIAMATER KAWAT ARTI #4 : SETIAP INCH ADA 4 LUBANG # 4 = 4,75 mm DIA. KAWAT= (25,4 – 4 x 4,75)/4 = 1,6 mm DIA. KAWAT SESUAI AASHTO = 1,54 mm 86
87 Kondisi belt conveyor yang tidak laik pakai
88 Agregat basah
89 Kesalahan pada dryer Warna asap hitam akibat dryer (sistem pembakaran) tidak sempurna Agregat tercemar
90 Kemiringan drum tidak sesuai persyaratan dan bocor
91 Polusi debu di AMP
92 SARINGAN PANAS TIDAK SEMPURNA
93 Timbangan yang tidak berfungsi dengan baik akibat tidak dikalibrasi
94 Kotoran yang menempel pada pedal mixer
95 Campuran tidak homogen
KALIBRASI COLD BIN DURASI HARUS CUKUP AGAR KESALAHAN DAPAT DIPERKECIL KOREKSI KADAR AIR DIHARUSKAN PLOTTING HARUS PADA 1 LEMBAR KERTAS UNTUK SEMUA GRAFIK TITIK 0 (NOL) SEBAGAI TITIK BANTU GRAFIK BERUPA GARIS LENGKUNG X : OUTPUT & Y : OPENING GATE MAKA BENTUK KURVA CEMBUNG 96
LANJUTAN COLD BIN Grafik ada yang lurus & kurva dalam 1 lembar Grafik Sand & 0-5 saling berpotongan Grafik lurus dalam 1 lembar Pada bukaan 0 tapi ada output 97
OVER HEATING ASPHALT STORAGE 200°C SIFAT-SIFAT KIMIA ASPAL BERUBAH, MENJADI GETAS HOTBIN 260°C DAPAT DISEBABKAN OLEH BERVARIASINYA KADAR AIR DALAM STOCKPILE AGREGAT 98
KESALAHAN UMUM PADA PAVER HOT MIX PADA HOOPER DIHABISKAN HOT MIX DITEBAR DIDEPAN PAVER HOT MIX DI TEBAR DIBELAKANG PAVER KEMUDIAN DI-RAKING 99
100
benar salah 101
102
OPERATOR FINISHER Harus mengatur kecepatan finisher sehingga harus selalu dalam keadaan bergerak menyebar material. Tidak boleh sering berhenti Track Finisher tidak boleh menginjak kotoran- kotoran, batu-batu ataupun tumpahan- tumpahan aspal Daerah yang akan diinjak track finisher harus bersih Tidak boleh menyetel ketebalan terlalu sering Kalau tidak perlu benar tidak boleh merubah- rubah tebal 103
104
Sebelum mengoperasikan finisher maka screed harus bersih dan licin tidak boleh ada bekas-bekas aspal yang melekat Tidak boleh menabur-nabur material dan melakukan rigging bila tidak perlu Material sisa rigging tidak boleh dikembalikan ke finisher Truck tidak boleh membentur Finisher, tetapi yang membentur dan mendorong truck Sebelum Finisher beroperasi Truck dengan muatannya harus terkumpul dulu beberapa buah, baru operasi penghamparan dimulai. Sebelum muatan di Hopper habis, truck berikutnya harus sudah menempel ke Finisher dan siap untuk menumpahkan muatannya. 105
Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemadatan Pemadatan dengan Roller apapun harus dari bagian yang terendah dulu kemudian menggeser ke bagian yang lebih tinggi. Roller harus berjalan mundur (Roda penggerak di depan) Pemadatan bagian tepi harus dipadatkan paling akhir dari suatu pemadatan dengan Roller tertentu dengan lebar 20 cm Roda-roda Roller (baik besi maupun karet) harus dibasahi dengan air agar butir-butir pasir pada lapisan yang dipadatkan tidak melekat pada roda. Tetapi air tidak boleh terlalu banyak yang dapat menyebabkan temperatur aspal menjadi cepat dingin. 106
Selama roda masih dilekati oleh pasir, maka ini tanda bahwa aspal masih terlalu panas dan pemadatan tidak boleh diteruskan. Apabila terus terjadi demikian pada temperature pemadatan, hal diatas dapat dihindari dengan mencampurkan sedikit deterjen pada tangki air. Dalam hal digunakan dua buah Roller sejenis secara bersamaan, maka kedua Roller tersebut tidak boleh bergerak berdampingan. Satu harus kedepan yang lain dengan bekas jejak roda berhimpit selebar + 20 Cm Roda Roller selalu harus bersih tidak boleh ada aspal atau kotoran yang melekat 107
Larangan-Larangan Pada Waktu Pemadatan Tidak boleh menghentikan Roller diatas material yang sedang dipadatkan kecuali untuk tujuan membalik arah. Tidak boleh menggunakan rem pada waktu pemadatan. Tidak boleh membalik arah dengan mendadak harus berhenti dulu baru membalik arah. Tidak boleh merubah-rubah kecepatan pada waktu pemadatan kecuali pada waktu akan bergerak atau berhenti. Tidak boleh merubah arah gerakan diatas aspal yang sedang dipadatkan, merubah arah harus didaerah yang sudah ditinggalkan dan tidak boleh secara mendadak (sudut belokan patah). 108