Pertemuan II - 23 Februari SOSIOLOGI LINGKUNGAN: Hubungan Manusia dan Alam Perspektif Sosiologi Modern
Materi Presentasi Hubungan Manusia dan Alam : Refleksi Kritis terhadap Pemikiran Sosiologi Klasik Hubungan Manusia dan Alam : Pemikiran Sosiologi Modern Kemunculan dan Makna Penting Sosiologi Lingkungan
Pemikiran Sosiologi Klasik : Refleksi Apakah teori-teori Sosiologi Klasik (Marx, Durkheim dan Weber) memiliki perspektif (sosiologis) yang jelas dalam melihat hubungan antara Manusia dan Lingkungan Fisik mereka ?
PERSPEKTIF SOSIOLOGI MODERN Hubungan Manusia dan Alam
Manusia dan Alam : Perspektif Sosiologi Modern Teori-teori sosiologi klasik (Marx, Durkheim dan Weber) dinilai telah gagal mewariskan teori-teori sosiologi yang jelas dalam melihat keterkaitan antara masyarakat dan lingkungan fisik mereka
Buttel, F.H., Dickens, P., Dunlap, R. E. and A. Gijswijt (2002) ‘Sociological theory and the environment: an overview and introduction’ Keengganan sosiologis terhadap lingkungan alam sering dikaitkan dengan fakta : Pada dasarnya, tiga teori klasik utama meski berbeda namun memiliki pandangan sama bahwa sosiologi harus menekankan ‘penyebab sosial’ dari sebuah fenomena sosial jika ingin berhasil membedakan diri dari psikologi, biologi, ekonomi dan geografi Karena itu, teori klasik utama begitu menekankan konsep sosiologis secara jelas baik sebagai ‘kondisi/penyebab’ (variabel bebas) maupun sebagai ‘konsekuensi’ (variabel terikat)
Buttel, F.H., Dickens, P., Dunlap, R. E. and A. Gijswijt (2002) ‘Sociological theory and the environment: an overview and introduction’ Pemikiran sosial pada Abad ke-19 telah memiliki steering effect (dampak pengendali) ke arah warna teori sosiologi periode selanjutnya dengan kecenderungan pengabaian terhadap sumberdaya alam dan lingkungan. Tidak mengherankan jika pada sebagian besar paruh kedua Abad ke-20 sangat jarang sekali jurnal-jurnal sosiologi terkenal memuat sebuah artikel di mana fenomena lingkungan dijadikan ‘penyebab’ (variabel independen) dan lebih khusus lagi menjadi variabel dependen utama
Grundmann, R and N. Stehr Climate Change: What Role for Sociology? : A Response to Constance Lever-Tracy. Current Sociology : 897. Pemisahan alam dari masyarakat dianggap sebagai salah satu keberhasilan besar dari masyarakat modern dan ilmu sosial modern. Ciri khas modernitas telah banyak mengabaikan alam dari refleksi terhadap masyarakat dan ilmu sosial pada umumnya kecuali pada pemikiran Marx.
Lidskorg, R The Re-Naturalization of Society? Environmental Challenges for Sociology. Current Sociology 2001, 49 : 113. Alam sebagai prasyarat untuk kehidupan sosial dan ketergantungan padanya dinilai tidak begitu penting bagi analisa sosiologi masyarakat. Lingkungan alam didefinisikan negatif sebagai ‘non sosial’ dan berada di luar masyarakat sehingga tidak menjadi obyek dalam penelitian sosiologis.
Earth Day 1970 Momentum penting bagi kajian Sosiologi Lingkungan
Para sosiolog telah menemukan diri mereka sendiri tanpa adanya body of theory atau penelitian sebelumnya yang mengarahkan mereka menuju sebuah perbedaan pemahaman tentang hubungan antara masyarakat dan lingkungan Hannigan, J Environmental Sociology : The 2 nd Edition. Taylor & Francis e-Library. Para peletak dasar sosiologi (Marx, Weber dan Durkheim) hanya memiliki pemikiran implisit terkait dimensi lingkungan dan tidak pernah diungkapkan secara lebih detail oleh pemikir selanjutnya
Para sosiolog Amerika lebih menyukai penjelasan struktur sosial daripada faktor fisik atau lingkungan. Hannigan, J Environmental Sociology : The 2 nd Edition. Taylor & Francis e-Library. Pelan tapi pasti, pemikiran sosiologi berkaitan dengan sumberdaya alam dan lingkungan hidup muncul terutama dalam kajian sosiologi perdesaan serta berkembang menjadi sebuah body of work tersendiri Dmikian juga halnya dengan teori-teori gerakan sosial di bidang lingkungan.
Pada kajian-kajian tersebut, pemikiran sosiologi klasik telah dijadikan landasan teoritis. Hannigan, J Environmental Sociology : The 2 nd Edition. Taylor & Francis e-Library. Dengan demikian, teori-teori klasik sesungguhnya telah meletakkan dasar munculnya teori-teori sosiologi kontemporer dalam mengkaji hubungan masyarakat dan lingkungannya.
Teori Treadmill of Production oleh Schnaiberg (1980) dalam artikel The Environment ; From Surplus to Scarcity Teori-Teori Marxist Ekologi Kontemporer Teori Metabolic Rift oleh Foster (1999) Hannigan (2002) : Teori-Teori Marxian Kontemporer menekankan tidak hanya para kapitalis tapi juga Negara sangat berperan dalam mendorong kehancuran ekologis.
Raymond Murphy (1994), Rationality and Nature Teori Neo-Weberian Rasionalisasi menurut Murphy (1994) terdiri dari beberapa komponen kelembagaan yang dinamis. Peningkatan pengetahuan ilmiah dan teknis membawa serta orientasi baru. Keberadaan alam hanya untuk dikuasai dan dimanipulasi oleh manusia. Industri dan pemerintahan dikendalikan oleh aparat birokrat dengan dukungan sistem hukum guna mencapai tujuan utama yakni tingkat efisiensi tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka rasionalitas formal bisa memilih penebangan hutan sebagai satu tindakan yang dinilai paling efisien meskipun sama sekali bertentangan dengan sudut pandang ekologi.
Catton dan Dunlap (1978) mengelaborasi pemikiran Durkheim guna memberikan definisi yang jelas terkait bidang sosiologi lingkungan sebagai sebuah studi interaksi antara lingkungan dan masyarakat dengan satu perspektif baru. Dunlap dan Catton (1979) : sosiologi lingkungan mencakup pengakuan terhadap fakta bahwa lingkungan fisik dapat mempengaruhi (dan pada gilirannya dipengaruhi oleh) masyarakat dan perilaku manusia Pemikiran Durkhemian
Sosiolog lingkungan beranjak dari penegasan pemikiran Durkheim bahwa fakta sosial hanya dapat dijelaskan oleh fakta-fakta sosial lainnya. Menjadikan “lingkungan” sebagai variabel bermakna dalam penelitian sosiologis dapat dilakukan dengan menjadikan sosiologi lingkungan sebagai ‘wilayah kajian’ tersendiri. Pemikiran Durkhemian
PERSPEKTIF SOSIOLOGI LINGKUNGAN Hubungan Manusia dan Alam
Penulis melakukan kritik terhadap persaingan berbagai perspektif sosiologi kontemporer (fungsionalisme, interaksionisme simbolik, etnometodologi, teori konflik, Marxism dll) yang cenderung membesar-besarkan perbedaan satu sama lain. Semua perspektif tersebut memiliki sifat dasar yang sama yakni antroposentrisme atau diistilahkan sebagai Human Excemptionalism Paradigm (HEP). Manusia sebagai entitas penentu atau pusat dari alam semesta ini. Pemikiran Catton dan Dunlap (1978)
Penerimaan terhadap asumsi-asumsi HEP telah membuat sebagian besar sosiolog (terlepas dari orientasi mereka) kesulitan untuk menguraikan implikasi sosial dari masalah dan kendala ekologis. Hal ini dimungkinkan karena adanya pengabaian terhadap faktor alam (ekosistem) dalam penjelasan atas dinamika kehidupan masyarakat. Pada sejumlah kajian sosiologis, istilah ‘lingkungan’ seringkali mengacu pada ‘lingkungan simbolik masyarakat’ (sistem budaya) dan ‘lingkungan sosial’ (sistem sosial). Pemikiran Catton dan Dunlap (1978)
Keterbatasan perspektif HEP mulai disadari oleh para sosiolog saat itu seiring dengan kemunculan berbagai permasalahan lingkungan pada era 1970an. Realitas hambatan ekologi telah menimbulkan persoalan serius bagi masyarakat dan tentu saja disiplin sosiologi. Berangkat dari pemikiran teori sosiologi klasik Durkheim bahwa “sebuah fakta sosial dapat dijelaskan hanya dengan menghubungkannya dengan fakta sosial lainnya”, maka pemikiran ulang keterkaitan manusia dengan lingkungannya mulai dikembangkan sebagai dasar bagi sosiologi lingkungan. Hubungan Manusia dan Alam : Perspektif Baru
“Lingkungan” menjadi aspek atau variabel yang bermakna dalam penelitian-penelitian sosiologi. Para sosiolog tidak memiliki kesulitan dalam melihat relevansi sosiologis atas fakta terjadinya kelangkaan sumberdaya energi yang melanda Amerika saat itu. Saat itu, Pemerintah Amerika mengeluarkan biaya sebesar $ 36 Miliar untuk mengimpor minyak; sebagian besar dibiayai oleh hasil ekspor $ 23 Miliar dari produksi pertanian yang cenderung mengorbankan biaya untuk pemulihan kondisi tanah. Jika sosiolog masih berpegang teguh pada HEP, maka ‘minyak’ dan ‘tanah’ tidak memiliki relevansi sosiologi. Sebaliknya, bagi sosiolog lingkungan menjadi kajian menarik tentang perubahan sosial apa yang terjadi dalam kondisi keterbatasan sumberdaya tersebut atau jika kedua-duanya habis terkuras Hubungan Manusia dan Alam : Perspektif Baru
Dengan kata lain, berpijak dari pandangan Durkheim Catton dan Dunlap (1978) ingin menjelaskan bahwa sebuah fakta sosial bukan hanya dapat dijelaskan dengan fakta sosial lainnya saja melainkan juga dapat dihubungkan dengan fakta-fakta non-sosial dari lingkungan alam. Dalam perkembangannya, kajian tentang interaksi antara lingkungan dan masyarakat kemudian menjadi inti dari sosiologi lingkungan, misalnya : dampak lingkungan terhadap masyarakat (kelangkaan atau kelimpahan sumberdaya dengan stratifikasi); atau kehidupan masyarakat terhadap lingkungan (kontribusi dari perbedaan sistem ekonomi terhadap kerusakan lingkungan). Hubungan Manusia dan Alam : Perspektif Baru
Dengan kata lain, berpijak dari pandangan Durkheim Catton dan Dunlap (1978) ingin menjelaskan bahwa sebuah fakta sosial bukan hanya dapat dijelaskan dengan fakta sosial lainnya saja melainkan juga dapat dihubungkan dengan fakta-fakta non-sosial dari lingkungan alam. Dalam perkembangannya, kajian tentang interaksi antara lingkungan dan masyarakat kemudian menjadi inti dari sosiologi lingkungan, misalnya : dampak lingkungan terhadap masyarakat (kelangkaan atau kelimpahan sumberdaya dengan stratifikasi); atau kehidupan masyarakat terhadap lingkungan (kontribusi dari perbedaan sistem ekonomi terhadap kerusakan lingkungan). Hubungan Manusia dan Alam : Perspektif Baru
Environmental sociology has been defined : narrowly as the study of the relationships between modern industrial societies and their biophysical environments (or the “study of societal- environmental interactions”) ; and more broadly as the sociological investigation of environmental issues It was born in a disciplinary context that was not receptive to sociological analyses of bio-physical phenomena. Sosiologi Lingkungan: (Dunlap : PPT File, Oklahoma State University)