AVIAN INFLUENZA
PENGERTIAN UMUM Influenza A (H5N1) adalah bagian dari jenis virus influenza tipe A. Burung-burung liar adalah tempat tinggal alami dari virus ini, maka dinamakan flu burung atau “avian influenza”. Virus ini beredar diantara burung-burung di seluruh dunia. Virus ini sangat mudah berjangkit dan dapat menjadi sangat mematikan bagi mereka, terutama pada unggas jinak misalnya ayam.
YANG TERINFEKSI Virus ini tidak menulari manusia pada khususnya. Namun pada tahun 1997, kejadian pertama penularan langsung virus influenza A (H5N1) dari burung ke manusia di Hong Kong; menyebabkan sakit pernafasan yang parah pada 18 orang, 6 diantaranya meninggal. Sejak saat itu, terdapat kejadian penularan H5N1 pada manusia. Namun sejauh ini virus H5N1 tidak bisa menular dari manusia ke manusia. tanggal 17 Oktober 2007, Indonesia telah melaporkan 109 kasus flu burung H5N1 pada manusia. 88 diantaranya mematikan. 3 kasus mematikan dilaporkan telah terjadi di Bali sejak bulan Agustus 2007.
PENYEBARANNYA Burung-burung yang terinfeksi menyebarkan virusnya di air liur, cairan saluran pernafasan, dan kotorannya. Virus flu burung menyebar diantara burung-burung yang rentan saat mereka terkena kotoran yang telah terkontaminasi. Sebagian besar kasus infeksi H5N1 pada manusia disebabkan oleh kontak dengan unggas yang telah terinfeksi atau lingkungan yang telah terkontaminasi.
SUSPECT AI Demam tinggi (>38°C) Batuk Kesulitan bernafas Memiliki latar belakang kemungkinan terkena
SUSPECT AI Kontak (dalam jarak 1 meter atau kurang) dengan dengan ternak unggas atau burung liar baik hidup atau mati Berada pada tempat dimana ternak unggas pernah atau sedang dikandangkan selama 6 minggu sebelumnya Berhubungan (dalam jarak jangkauan sentuhan atau percakapan) dengan orang yang didiagnosa menderita influenza A (H5N1) Berhubungan (dalam jarak jangkauan sentuhan atau percakapan) dengan orang yang menderita penyakit pernafasan akut yang tidak dapat dijelaskan yang kemudian berakhir pada kematian (atau) Selama 7 hari sebelum terkena, pernah bekerja dalam suatu laboratorium dimana ada pengolahan sampel dari orang atau binatang yang dicurigai menderita penyakit flu burung.
VAKSINASI Vaksin yang ada saat ini belum melindungi diri anda dari penyakit yang disebabkan oleh H5N1. Vaksin yang ada saat ini melindungi anda dari influenza musiman tipe A dan B. Vaksin untuk H5N1 sedang dalam tahap pengembangan di beberapa negara.
KEUNTUNGAN VAKSINASI Tujuan dari vaksinasi adalah untuk mengurangi kesempatan terjadinya infeksi yang bersamaan antara influenza manusia dan flu burung. Infeksi ganda yang bersamaan tersebut akan memberikan kesempatan pada virus manusia dan virus dari flu burung untuk pertukaran gen atau mutasi, yang kemungkinan akan menghasilkan jenis influenza baru yang mana akan mudah menyebar sebagaimana influenza manusia namun akan mematikan sebagaimana flu burung
Konsumsi produk ternak unggas dengan aman Untuk mengkonsumsi daging ayam, masak daging pada suhu mendidih lebih dari 1 menit, karena virus AI akan mati pada suhu 80 derajat celcius pada pemanasan selama 1 menit. Sedangkan untuk merebus telur dapat dilakukan pada suhu di atas 64 derajat celcius selama 6 menit, karena virus akan mati pada suhu 64 derajat celcius pada pemanasan selama 4,5 menit).
Gejala klinis yang sering ditemukan pada unggas yang terinfeksi flu burung, antara lain: Jengger dan pial membengkak dengan warna kebiruan Perdarahan merata pada kaki yang berupa bintik-bintik merah atau ada sering disebut juga "kaki kerokan" Adanya cairan pada mata dan hidung (gangguan pernapasan) Keluar cairan eksudat jernih hingga kenthal dari rongga mulut Diare Haus berlebihan Cangkang telur lembek Tingkat kematian sangat tinggi mendekati 100% (kematian dalam waktu 2 hari, maksimal 1 minggu)
Media penyebaran dan penularan dapat melalui kotoran unggas, sarana transportasi ternak, peralatan kandang yang tercemar, pakan dan minuman unggas yang tercemar, pekerja di peternakan, burung.
Pencegahan, Pengendalian, dan Pemberantasan Mencegah kontak antara hewan peka dengan virus AI Menghentikan produksi virus AI oleh unggas tertular (menghilangkan virus AI dengan dekontaminasi/disinfeksi) Meningkatkan resistensi (pengebalan) dengan vaksinasi Menghilangkan sumber penularan virus, dan Peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness)
TINDAKAN PENCEGAHAN Konsumsi daging ayam dan produk unggas yang aman, apabila bahan makanan tersebut telah dimasak secara matang, baik itu digoreng, rebus atau panggang. Jangan memakan daging ayam atau jenis unggas lainnya jika masih berwarna merah muda. Selain itu, hindari juga untuk memakan telur setengah matang. Jaga kebersiham lingkungan. Jangan membuang kotoran (jeroan, bulu ayam, dll) sembarangan. Bungkuslah dengan plastik dan buang di tempat sampah. Bersihkan makanan ternak atau burung agar tidak mengundang burung liar yang kemungkinan terinfeksi virus. Gunakanlah penutup mulut serta hidung, sarung tangan, dan sepatu boot apabila memasuki daerah yang telah terjangkit virus flu burung. Rajin cuci tangan dengan sabun atau cairan antiseptik setelah menangani unggas atau burung. Jauhkan kandang burung ataupun unggas dari tempat tinggalmu.
1918 dunia dikejutkan oleh wabah pandemi yang disebabkan virus influenza, yang telah membunuh lebih dari 40.000 orang, dimana subtipe yang mewabah saat itu adalah virus H1N1 yang dikenal dengan “Spanish Flu”. 1957 kembali dunia dilanda wabah global yang disebabkan oleh kerabat dekat virus yang bermutasi menjadi H2N2 atau yang dikenal dengan “Asian Flu” yang telah merenggut 100.000 jiwa meninggal. 1968, virus flu kembali menyebabkan wabah pandemi dengan merubah dirinya menjadi H3N2. Mutan virus yang dikenal dengan “Hongkong Flu” ini telah menyebabkan 700.00 orang meninggal dunia. Saat ini dunia kembali dikagetkan dengan merebaknya avian influenza H5N1 yang pertama kali menyerang dan menewaskan 6 orang penduduk Hongkong.
1997 dari 18 orang yang terinfeksi (Horimoto T, Kawaoka Y. 2001). 2003 sebanyak 83 orang terinfeksi dengan subtipe virus lainnya yaitu H7N7, dan H9N2. 2004, subtipe H5N1 dan H7N2 telah menginfeksi puluhan penduduk Vietman, Thailand, dan Kanada. Virus H5N1 lebih patogen daripada subtype lainnya sehingga disebut dengan Highly Pathogenic H5N1 Avian Influenza (HPAI). Agustus 2006, telah dilaporkan sebanyak 241 kasus infeksi dan 141 diantaranya telah meninggal dunia. Berdasarkan hasil kajian secara genomik, dikenal beberapa subtipe dari avian influenza, namun demikian selama 6 tahun terakhir hanya subtipe H5, H7 dan H9 yang diketahui mampu menyebar dari unggas ke manusia.
KARAKTERISTIK VIRUS INFLUENZA Virus influenza merupakan virus RNA termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenzamempunyai selubung/simpai yang terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Virus ini mempunyai tonjolan (spikes) yang digunakanuntuk menempel pada reseptor yangspesifik pada sel-sel hospesnya padasaat menginfeksi sel. Terdapat 2 jenis spikes yaitu yang mengandung hemaglutinin(HA) dan yang mengandungneuraminidase (NA), yang terletak dibagian terluar dari virion
KATAGORI INFLUENZA A BERDASARKAN STRUKTURAL GLIKOPROTEIN DI PERMUKAAN VIRUS HEMAGGLUTININ (H) Fungsi menempelkan virus ke reseptor sialic acid pada permukaan sel manusia RNA virus masuk nukleus membentuk virus baru NEURAMINIDASE (N) Fungsi membawa virus baru dari sel host ke sel-sel lain lewat saluran pernafasan.
ANTIGEN AI Virus influenza mempunyai 4 jenis antigen yang terdiri dari Protein nukleo kapsid (NP) Hemaglutinin(HA), Neuraminidase(NA), protein matriks (MP).
DASARKAN JENIS ANTIGEN Berdasarkan jenis antigen NP dan MP, virus influenza digolongkan dalam virus influenza A, B, dan C.(Horimoto T, Kawaoka Y. 2001). Virus Influenza A sangat patogen baik bagi manusia, dan binatang, Virus influenza A ini dapat menyebabkan pandemi karena mudahnya mereka bermutasi, baik berupa antigenic drift ataupun antigenic shift sehingga membentuk varian-varian baru yang lebih patogen. Terdapat 15 jenis subtipe HAdan 9 jenis subtipe NA. Subtipe virus influenza A telah menyebabkan wabah pandemi antara lain H7N7 (1977), H3N2(1968), H2N2 (1957), H1N1 (1918),H3N8 (1900), dan H2N2 (1889)(Yuen, KY and Wong SS, 2005). Virus influenza B adalah jenisvirus yang hanya menyerang manusia, Virus influenza C jarang ditemukan walaupun dapatmenyebabkan infeksi pada manusiadan binatang. Jenis virus influenza B dan C jarang sekali atau tidak menyebabkan wabah pandemis.
PATOGENESIS Mutasi genetik virus avian influenza seringkali terjadi sesuai dengan kondisi dan lingkungan replikasinya. Mutasi gen ini tidak saja untuk mempertahankan diri akan tetapi juga dapat meningkatkan sifat patogenisitasnya.Penelitian terhadap virus H5N1yang diisolasi dari pasien yang terinfeksi pada tahun 1997, menunjukkan bahwa mutasi genetik pada posisi 627 dari gen PB2 yang mengkode ekspresi polymesase basic protein(Glu 627Lys) telah menghasilkan highly cleavable hemagglutinin glycoprotein yang merupakan faktor virulensi yang dapat meningkatkan aktivitas replikasi virus H5N1 dalam selhospesnya (Hatta M, et. al. 2001). Adanya substitusi pada non structural protein (Asp92Glu),menyebabkan H5N1 resisten terhadapinterferon dan tumor necrosisfactor á (TNF-á) secara invitro (SeoSH, et.al. 2002).
PATOGENESIS Infeksi virus H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospessetelah terjadi penempelan spikes virion dengan reseptor spesifik yangada di permukaan sel hospesnya. Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan materi genetiknya di dalam inti selhospesnya, dan dengan menggunakanmesin genetik dari selhospesnya, virus dapat bereplikasimembentuk virion-virion baru, dan virion-virion ini dapat menginfeksikembali sel-sel disekitarnya. avian influenzaH5N1 dapat bereplikasi di dalam selnasofaring (Peiris JS,et.al. 2004), dandi dalam sel gastrointestinal (de JongMD, 2005, Uiprasertkul M,et.al.2005). Virus H5N1 juga dapat dideteksidi dalam darah, cairanserebrospinal, dan tinja pasien(WHO,2005). Fase penempelan (attachment)adalah fase yang paling menentukanapakah virus bisa masuk atau tidakke dalam sel hospesnya untuk melanjutkan replikasinya.
Virus influenza A melalui spikes hemaglutinin(HA) akan berikatan dengan reseptor yang mengandung sialic acid (SA)yang ada pada permukaan sel hospesnya. Ada perbedaan penting antara molekul reseptor yang pada manusia dengan reseptor pada unggas. Reseptor pada jenis unggas terdiri dari oligosakharida yang mengandung N-acethylneuraminicacid á-2,3-galactose (SA á-2,3-Gal), Reseptor yang ada pada permukaan sel manusia adalah SA á-2,6-galactose (SA á-2,6-Gal), Secara teoritis virus flu burung tidak bisa menginfeksi manusia karena perbedaan reseptor spesifiknya. Namun demikian, dengan perubahan hanya 1 asam amino saja konfigurasi reseptor tersebut dapat dirubah sehingga reseptor pada manusia dikenali oleh HPAI-H5N1. Potensi virus H5N1 untuk melakukan mutasi inilah yang dikhawatirkan sehingga virus dapat membuat varian-varian baru dari HPAI-H5N1yang dapat menular antar manusia kemanusia
GEJALA KILINIK Masa inkubasi virus avian influenza A (H5N1) sekitar 2- 4 hari setelah terinfeksi (Yuen KY, et.al.1998), bisa mencapai antara 4-8 hari(Chotpitayasunondh T, et.al. 2005). Gejala awal berupa demam tinggi (biasanya lebih dari 38o C) dan gejala flu serta. Gejala lain dapat timbul adalah diare, muntah, sakit perut, sakit pada dada, hipotensi, dan perdarahan dari hidung dan gusi. Gejala sesak nafas mulai terjadi setelah 1 minggu berikutnya.
GEJALA KLINIS Gejala klinik dapat memburuk dengan cepat yang biasanya ditandai dengan pneumonia berat, dyspnea,tachypnea, gambaran radiografi yangabnormal seperti diffuse, multifocal,patchy infiltrates; interstitial infiltrates;dan kelainan segmental atau lobular. Kematian dan komplikasi biasanya disebabkan oleh kegagalan pernafasan,acute respiratory distress syndrome(ARDS), ventilator-associatedpneumonia, pulmonary hemorrhage,pneumothorax, pancytopenia, Reye’s syndrome,sepsis syndrome, dan bakteremia(Chotpitayasunondh T, et.al.2004). Gambaran lain yang jugasering dijumpai berdasarkan hasillaboratorium adalah, leukopenia, lymphopenia,thrombocytopenia, peningkatan aminotransferase, hyperglycemia, dan peningkatan creatinine (Hien TT,et.al. 2004).
DIAGNOSIS LABORATORIUM Penderita yang terinfeksi H5N1 pada umumnya dilakukan pemeriksaan spesimen klinik berupa swab tenggorokan dan cairan nasal. Untuk uji konfirmasi terhadap infeksi virus H5N1, harus dilakukan pemeriksaan dengan cara : mengisolasi virus, deteksi genom H5N1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan sepasang primer spesifik, tes imunoflouresensi terhadap antigen menggunakan monoklonal antibodi terhadap H5, pemeriksaan adanya peningkatan titer antibodi terhadap H5N1, pemeriksaan dengan metode western blotting terhadap H5-spesifik. (Beigel JH, et.al. 2005, WHO,2005). Untuk diagnosis pasti, salah satu atau beberapa dari uji konfirmasi tersebut diatas harus dinyatakan positif.
PENGOBATAN terdapat 4 jenis obat antiviral untuk pengobatan ataupun pencegahan terhadap influenza, yaitu: amantadine, rimantadine, zanamivir, oseltamivir (tamiflu). Mekanisme kerja amantadine dan rimantadine adalah menghambat replikasi virus. Namun demikian kedua obat ini sudah tidak mempan lagi untuk membunuh virus H5N1 yang saat ini beredar luas (Beigel JH, et.al.2005). zanamivir dan oseltamivir merupakan inhibitor neuraminidase. Sebagaimana kita ketahui bahwa neuraminidase ini diperlukan oleh virus H5N1 untuk lepas dari sel hospes pada fase budding sehingga membentuk virion yang infektif. Bila neuraminidase ini dihambat oleh oseltamivir atau zanamivir, maka replikasi virus tersebut dapat dihentikan.