High Speed Photography Pemotretan Objek Berkecepatan Tinggi Oleh Salahudin Damar Jaya medicoursefoto.com
High Speed Photography (HSP) atau Fotografi kecepatan tinggi biasa digunakan oleh Ilmuwan untuk keperluan riset dibidang antara lain Fisika, kimia, metalurgi, biologi dll. Dua faktor yang diperlukan pada HSP adalah : Kecepatan expose yang super tinggi (1/ – 1/ detik keperluan khusus 1/ detik), •Tidak bisa di lakukan oleh bukaan Rana •Diperlukan pendekatan lain yaitu dengan durasi nyala lampu kilat yang singkat. Moment expose yang harus tepat, •Sulit jika hanya mengandalkan panca indra, ada delay expose/sutter lag dari kamera yang tidak memungkinkan kita menggunakannya, tapi ada beberapa moment (splash air), yang masih bisa di coba dg kecepatan memencet tombol rana •Diperlukan sistem sensor yang bisa mentriger lampu kilat pada saat yang kita inginkan.
1. Lampu Kilat Lampu kilat yang ada dipasaran bisa digunakan dengan memodifikasi lampu kilat tsb (rangkaian elektronikanya ada yang dirubah), yang mudah memodifikasi adalah lampu kilat yang mempunyai fungsi Auto atau TTL, • •Permanen dengan membongkar alat elektronikanya (Hanya menghubung singkat rangkaian tyristornya saja) • •Memanipulasi sensor lampu kilat dengan sebuah kertas putih saja. Paling mudah lagi jika lampu kilatnya mempunyai fasilitas mengecilkan power (1/2, 1/4¼, 1/8, …, sampai 1/128) • •semakin kecil power yang dihasilkan maka semakin kecil durasi nyala lampu (lihat gambar)
Kurva Durasi Lampu Kilat Kurva hitam karakteristik nyala lampu kilat dengan kekuatan penuh. Kurva hijau, adalah kurva lampu kilat tipe khusus (HSP) Kurva merah /biru karakteristik nyala lampu kilat pada umumnya jika dikurangi kekuatan powernya. (durasi lebih pendek, Intensitas juga lebih kecil). Yang digunakan biasanya adalah Te yaitu durasi nyala pada 1/3 (atau1/2) peak power.
Te lampu kilat dengan Wmax sekitar 1/500 – 1/1.000 detik ( – mikrodetik. Dengan mengecilkan besar kekuatan maka kita bisa mengecilkan Te sampai 200 – 20 mikrodetik atau 1/ / detik) Semakin kecil seting powernya semakin kecil durasi nyala lampu, dengan lampu kilat power besar sangat besar jika 1/32 power, GN-nya masih cukup besar untuk expose foto. Berikut contoh tabel hub power dangan Te untuk flash SB 80-DX Pengaturan Power Te (detik) M 1/1 (full)1/1.050 M 1/21/1.100 M 1/41/2.700 M 1/81/5.900 M 1/161/ M 1/321/ M 1/641/ M 1/1281/41.600
Sensor yang mengenali momen seperti •Suara •Gerak/cahaya •Kontak •lintasan. Disini saya merakit sistem sensor yang peka terhadap suara dan cahaya (opto coupler). Penunda waktu (delay timer) untuk memastikan kapan lampu kilat menyala, Penunda waktu ini bisa diatur lama-tidaknya dalam orde mikro dan milidetik dengan mengubah nilai kapasitansi Capasitor dan/atau nilai hambatan resisstor. •Pengaturan hanya analog saja, ada yang digital Sensor kontak dapat dibuat secara manual, dengan prinsip ketika ada objek mengenai (menekan) sensor kontak (seperti bola jatuh) maka ia akan terhubung 2. Sensor Triger
Probe sensor Sistem sensor Penunda waktu Lampu kilat Probe sensor Sistem sensor Penunda waktu Kamera Lampu kilat Sistem HSP
3. Menghitung lama durasi lampu dan delay timer gunakan kipas angin/motor dinamo, dengan mengetahui secara tepat RPM kipas angin yang kita punyai, kita bisa menghitung secara tepat berapa milidetik Te lampu Caranya : buat tanda garis putih pada karton hitam yang ditempel di kipas angin/moror foto diruangan yang cukup gelap dengan menggunakan lampu kilat yang akan diukur Te-nya Ukur bayangan garis putih yang ada Dengan matematika sederhana kita bisa ukur berapa Te lampu kita. Pada percobaan yang saya lakukan Te lampu kilat = 1/900 detik (didapat dari speksifikasi lampu kilat) dan simpangan garis =5,5 derajat maka dengan power = 1/16 didapat simpangan garis =0,4 derajat sehingga didapat Te 1/16 = 0,4/5.5*1/900 = 1/ detik. Pada percobaan yang saya lakukan Te lampu kilat = 1/900 detik (didapat dari speksifikasi lampu kilat) dan simpangan garis =5,5 derajat maka dengan power = 1/16 didapat simpangan garis =0,4 derajat sehingga didapat Te 1/16 = 0,4/5.5*1/900 = 1/ detik. jika tidak diketahui RPM, hanya bisa mengukur secara kualitatif saja.
Untuk mengukur interval (jeda waktu delay timer) dibutuhkan 2 buah lampu kilat, yang satu dihubungkan kabel trigger input delay timer dan yang satu output delay timer. Atur varibel resistor dan foto di ruangan yang gelap. Dari dua garis putih didapatkan perbedaan sudut sehingga kita dapat menghitung jeda delay timer. Te: 1/900 detik Te: 0,4/5.5*1/900 = 1/ detik
Kunci dari keberhasilan pemotretan adalah : Mengatur delay timer agar kita bisa mendapat moment yang tepat, ini memerlukan percobaan berkali-kali, catat setiap perubahan setingan delay timer dan jarak sensor ke POI kita. Pencahayaan, ini karena kita hanya mempunyai 1 lampu yang ber GN kecil. Bisa juga kita mengunakan 2 lampu kilat asal lampu kilat itu dihubungkan ke trigger yang sama, jangan menggunakan sistem slave unit, karena slave unit akam menyebabkan waktu nyala yang berbeda (walaupun hanya berkisar mili detik, tapi pada HPS, ini ditabukan). Jika kita memakai satu lampu usahakan lampu dekat dengan objek, jika objeknya cukup besar maka kita harus memakai pembaur (soft box kecil) agar kontras dan bayangan objek terjaga. Lalu gunakan refektor yang nilai reflektifnya tinggi (bisa kertas alumunium atau bahkan cermin).
Jika kita punya DSLR, akan lebih membantu lagi, karena kita bisa pasang di ISO 400 atau 800, jadi keterbatasan GN kecil bisa direduksi, dan kita bisa menggunakan diafragma yang cukup kecil bukaannya, untuk mendapatkan DOF yang rentangnya lebar. Karena kita akan menggunakan kecepatan B, atau beberapa detik (1-2 detik), maka ruangan harus cukup gelap (tidak harus gelap total), dan ini menimbulkan kesulitan lain, seperti pengaturan gerakan kita, gunakan senter kecil untuk mempermudah percobaan kita. Gunakan Alat Bantu agar percobaan berhasil, seperti dudukan sensor, tripot, isolasi, kain hitam dll, agar tidak terlalu pusing dalam melakukan percobaan. Dan terakhir..., banyak-banyak bermimpi dan berkhayal mau bikin eksperimen apa yang belum pernah dicoba.